Chapter 5 Part 3
Genggaman Ryu mengendur begitu mereka memasuki rooftop luas di lantai paling atas gedung Clai're. Sesekali angin bertiup kencang. Di bawah, pemandangan kota yang membentuk akar jalanan dan lalu lintas berendengan di antara komplek perkantoran. Jalan Shibuya membentang luas, diiringi orang-orang yang menyebrang. Samar-samar suara klakson mobil, desir tanaman pot di sekitar rooftop terdengar sayu, Chelsea berhenti terisak.
"Asuka, ada apa?"
Pundak mungil gadis itu ia remas, berharap bisa memberi sentuhan hangat untuk membuatnya lebih baik. Chelsea menengadah, bulu mata gadis itu basah, rasanya Ryu ingin menciumnya hingga kering.
"Kato bilang kemarin..."
"Kato menemuimu lagi?" Pertanyaan itu membuat Chelsea terdiam beberapa saat. Ada gugup dan takut ketika ia menatapnya, tapi mulut Ryu terasa pahit. Jangan bilang kalau anak itu memberitahu soal...
"Kemarin waktu aku di rumah Kato, ia sempat memberikanku sebuah mp3," kata Chelsea pelan. Kepalanya tertunduk seakan mengingat hal itu membuatnya terbebani.
"Mp3?"
Gadis itu mengangguk samar, kembali mendongak. "Mp3 itu adalah bukti yang Kato miliki dari Gilbert waktu melakukan aksinya. Aku mendengar seorang gadis yang harus membayar sesuatu. Aku tidak tahu apa tapi dia sempat bilang kalau Gilbert menyentuhnya setiap malam..."
Jantung Ryu mencelus, ia menarik Chelsea, mendekapnya seiring bahu gadis itu berguncang tangis. Dia tahu. Kato pasti memberitahunya soal piyama itu. Dari belakang punggungnya, ia merasa cengkraman Chelsea menguat, rasanya ada takut mendalam seiring ia menangis. Bagaimana kalau ada hal mengerikan lain yang bakal terjadi jauh sebelum ia sampai? Bagaimana kalau ia tidak mendapat pesan itu? Bagaimana...
Tanpa sadar Ryu juga memeluk Chelsea terlalu kencang sampai Chelsea mengerang kecil.
"Asuka..." rasanya Ryu ingin mengatakan banyak hal, tapi mulutnya terasa beku tak mampu mengatakan apapun selain memeluk Chelsea erat.
Chelsea melepas dekapan itu, memandang Ryu dari dekat.
"Aku hanya berharap perjanjian yang kulakukan dengan Kato berujung kepercayaan. Aku percaya dia memiliki hubungan dengan Gilbert, tapi waktu aku tahu kalau Kato bukan anak Gilbert, aku merasa dibohongi..."
Gadis itu terdiam sesaat, Ryu ingin menatapnya, ingin membacanya. Ingin melihat bagaimana pandangan pacarnya itu terhadap Kato, pemuda bertampang preman yang tak kelihatan takut pada apapun, tapi bisa mendapat kepercayaan itu. Ia ingin tahu, sejauh apa kemampuan Kato melakukannya pada Chelsea.
"Aku berpikir bisa membantumu menghadapi artis senior. Kato bilang artis senior itu berkelompok, dia menunjukkanku bukti untuk meretaskan ayahnya juga mungkin semua artis senior di industri ini. Waktu aku berhadapan dengan Gilbert malam itu, aku kira aku mendapat keberanian. Tapi ternyata aku salah," Chelsea mendongak, menatap Ryu dengan kerut samar yang terlihat sangat menyakitkan. Ia menenggak ludahnya kuat-kuat, "aku takut. Aku tidak mau takut. Tapi nyatanya aku takut. Aku mempercayai Kato sebagaimana itu bertolak dengan semua keinginanku. Kato bukan anak Gilbert dan dia ingin aku menjauhimu, ingin aku menjauhi semua orang karena dia tahu bahaya besar yang akan aku hadapi jika bersamamu."
Chelsea kembali menunduk, menahan napas pada emosi yang nyaris keluar lagi. Ini jalan yang berat dan Ryu selalu terlambat menyadari itu. Ada liku yang amat tajam hingga sekarang, mereka mungkin sudah bertabrakan. Tak ada tindakan untuk mencegah karena saat mereka ingin melakukannya, Kato dan Gilbert sudah masuk dan menyelinap lebih dulu.
Jadi, Kato berpihak hanya pada Chelsea? Kalau ia tahu sebesar apa bahaya yang akan dilakukan ayahnya sementara penyebabnya itu muncul dari dirinya sendiri, apakah Ryu sadar ada langkah mundur ke belakang? Apakah melepaskan Chelsea untuk membuatnya aman bisa menghapus air mata ketakutan di mata gadis itu?
Memikirkan itu membuat Ryu sakit. Ia tidak bisa meninggalkannya, tidak pernah bisa. Tapi surel semalam...
"Asuka, aku terlalu mencintaimu sampai aku begitu egois untuk melepasmu."
Kening Chelsea mengernyit dalam. "Apa maksudmu?"
Ryu mengangkat sebelah tangannya, menyentuh pipi Chelsea dan menciumnya lembut. Menahan ciuman itu seakan Ryu ingin bercerita bagaimana ia bisa begitu mencintai tiap inci dari Chelsea. Bagaimana harum rambut gadis itu, betapa lembut kulit di atas bibirnya dan betapa keindahan itu terus menetap dalam raganya.
"Aku terlalu menginginkanmu hingga kau sendiri tersiksa," kata Ryu lagi kian membuat Chelsea tak paham. Kalau Ryu bilang soal surel yang dikirim Kato, ia hanya membuat Chelsea kian mendekati Kato untuk mencegah ayahnya menyentuh Ryu. Melindungi Ryu sementara ia sendiri mendekatkan diri pada kandang singa.
Tapi dengan Kato...
Kalau ia ingat tatapan lelah penuh gemetar untuk membantunya melepaskan Chelsea, apakah ia sedang mencari secercah kepercayaan terhadap pemuda itu? Apa yang membuat pemuda itu kini berbalik membantu Chelsea?
"Ryu-kun, aku ingin kau percaya kalau aku bisa membantumu. Aku ingin mengulik semuanya dari Kato, aku ingin membantunya membunuh Gilbert diam-diam..."
"Asuka, kau tidak perlu."
Sesaat, angin kencang bertiup lagi. Rambut Chelsea yang dikepang dua dengan poni bertebaran menatapnya bingung. Ryu mengelus pipi gadis itu, dadanya bergolak begitu ia mengingat betapa manis kenangan lama sebelum semuanya menjadi rumit seperti ini. Chelsea tak akan membiarkan karirnya hancur, gadis itu adalah orang nomor satu yang amat mendukungnya, bahkan rela tak memberitahu siapapun kalau ia pacarnya.
Meski mungkin habis ini satu studio Clai're akan tahu.
"Aku yang akan melindungimu. Mulai sekarang, kau tak perlu lagi memikirkan Kato, memikirkan Gilbert. Biar aku saja. Mereka menginginkanku, dan aku akan memastikan mereka mendapatkannya."
Chelsea tersontak, ia melangkah mendekat. "Kau ingin menyerahkan diri dan membuat Gilbert mengendalikanmu?"
Kalau ini untuk melindungi Chelsea, ya, ia akan melakukannya. Ia tidak akan membiarkan orang-orang itu menyentuh Chelsea satu inci pun.
Dengan gerak pelan, Ryu merunduk, menatap gadis itu dalam. "Tidak. Mungkin awalnya iya, tapi aku akan menyelinap. Seperti caramu. Asuka, dengar, semua orang di sini tahu kalau artis senior berbahaya. Dan mereka hanya berpikir bagaimana caranya keluar dari sana bukan melawannya," Ryu menyelipkan sejumput rambut ke balik telinga gadis itu, "ne, Asuka, apa kau percaya padaku?"
Suara Ryu mendesir pelan, ia menerbitkan senyum kecil yang ia yakini mampu menghipnotis Chelsea. Gadis itu tergagap pelan, raut bingungnya membuat Ryu tak tahan untuk mencium pipinya lagi.
"Kurasa kau mempercayaiku."
"Ryu! Berhenti menciumku. Kau hanya membuatku tak fokus." Gadis itu memukul pundaknya sekali, lalu menunduk sedikit.
"Eh? Suruh siapa kau menangis? Kalau kau di atas pangkuanku, mungkin nasibmu akan habis malam ini."
Chelsea tergagap lagi, kali ini ia menahan semu di pipinya. "Aku menangis karena aku merasa ditipu sekaligus percaya pada Kato. Aku takut kau di bawa oleh Gilbert itu. Pergi dari hidupku, menghilang dan..."
Matanya yang mulai berkaca-kaca langsung menghindar. Ia bergerak menjauh, menuju pinggiran balkon, menyambut angin yang kian menerpa rambutnya. Ryu menghampiri dari belakang dan memeluk gadis itu seperti besok akan kehilangannya. Chelsea segera berbalik, awalnya ia ragu, tapi ketika Ryu meminta, Chelsea langsung membiarkan Ryu mengecup bibirnya lembut.
Ciuman itu tak sebentar, bahkan sebelum Ryu sadari, ia lupa kapan terakhir bisa memiliki Chelsea seperti ini. Ryu mencecap semua sisi bibir gadis itu seakan lupa rasanya, ia menyatukan semua kehampaan dan ketakutannya selama ini, luruh bersama cinta mereka, di antara ributnya angin di sisi kiri dan kanan. Rekat genggaman yang kian panas bergelora di antara leher hingga merasuk ke dada mereka. Tapi sayangnya, itu tak lama dan Chelsea sudah kehabisan napas.
"Ryu--" Chelsea mendorong Ryu agak menjauh, tapi Ryu masih bisa jelas merasakan semu di antara wajahnya. Hanya Chelsea yang mampu membuatnya selemah ini. Dan jika ada perpisahan lagi... ia menggeleng.
"Asuka, tunggu aku ya. Kapanpun aku pergi, itu hanya sebentar. Dan aku pasti kembali padamu. Seperti harapanmu di hari natal bulan Desember itu."
Chelsea menatap tak mengerti. Tapi raut keyakinan dari matanya seakan mengedip bertambah kuat. Kepercayaan yang sudah terukir sejak empat tahun yang lalu berpengaruh hingga kapanpun mereka melepas genggaman namun bisa kembali. Ryu kembali memiringkan kepalanya mencapai bibir gadis itu. Ia mencumbu pelan, menyesap setiap rasa, meniti semua keberadaan cinta mereka, bergulat dalam panas lagi. Merekatkan tubuh mereka seakan besok tidak ada lagi hari ini.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro