Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 2 Part 3

"Ryu! Ayo cepat, kita ditunggu produsernya sekarang!" Kyoto berteriak dari lorong ruang makeup waktu ia tak mendapat balasan pesan dari Chelsea lagi. Sepertinya ia sudah masuk kelas, jadi Ryu segera berderap dan turun ke bawah.

Dinding gedung agensinya yang di cat putih jadi terlihat luas dimanapun ia melangkah. Terdengar gumam para kerabat penting di bawah. Rencana rapat temu itu disuguhkan sedikit pesta kecil. Ada beragam minuman yang dipajang di meja panjang tengah lounge besar itu. Semua orang rata-rata memakai jas dan setelan rapi dengan dasi. Sementara Ryu yang tidak tahu kalau acaranya akan seresmi ini hanya menggerutu pada Kyoto.

"Kau bilang aku tidak perlu jas," gumamnya sambil menjabat beberapa tim dari Clai're.

"Memang tak perlu. Kemeja putih dan mantel panjang dari Balenciaga sudah cukup elegan untukmu. Ini demi Rin yang tidak suka sesuatu berlebihan," satu kalimat terakhir yang menyerupai bisikkan. Ryu mengendus pelan.

Tadi pagi, ia baru lagi menelusuri rekam prestasi Rin. Gadis itu lebih tua dua tahun darinya, meski begitu wajahnya amat muda dan manis. Rambutnya lurus kejur, bibirnya tipis memikat dan tatapannya cerah penuh keyakinan. Dilihat dari foto saja auranya sekuat itu. Apalagi jika bekerja sama? Apa ia bisa menyeimbangi kekuatan itu?

"Jangan berlebihan, tapi kau sendiri yang melebihkannya."

Kyoto dengan topi bundar yang selalu ada di kepalanya menoleh tak setuju. "Itu fakta, Ryu. Ingat, kau harus menyatukan chemistry supaya hasil foto kalian bagus."

"Aku tahu."

Beberapa tamu baru berdatangan dari pintu utama. Ada beberapa produser dari produk komersial yang ia kenal. Ada juga fotografer yang ia lumayan dekat sedang memotret untuk dokumentasi. Kru dari tim fanbase Ryu juga sibuk merekamnya sesekali.

"Jadi kau sudah memutuskan hubunganmu dengan kekasihmu?"

Ryu menoleh kesal. "Kau pikir memutuskan hubungan itu seperti memetik daun teh ya? Aku tidak akan memutuskan hubunganku, dengar? Dan jangan bertanya atau mengatur hubungan asmaraku. Aku tahu harus melakukan apa."

Kyoto nampak tak terima. "Tidak. Kau tidak tahu apa-apa," Kyoto memelankan suaranya di antara lounge yang mulai penuh, "kau tidak tahu seberapa populer nanti ketika Rin bersamamu. Dan ketika kau sadar akan hal itu, bukan kau saja yang berbahaya. Tapi orang disekitarmu juga."

"Jangan memikirkan hal yang belum tentu terjadi. Jangan sok tahu. Rin dan aku hanya teman kerja, ada batas itu, bukan?"

Mata Ryu seakan berkilat ketika mengatakannya. Kenapa sih dengan semua orang ini? Mana ada cinta yang bisa dikalahkan oleh popularitas?

"Anak ini benar-benar. Kau harusnya--"

"Ssttt!" Ryu memotong ocehan Kyoto waktu melihat seorang wanita dengan mini dress dari kain bulu berwarna kuning masuk ke dalam lounge bersama pria berjas lainnya. Rambutnya keriting panjang di jepit oleh tiara yang berkilau. Dari kejauhan, saat itu, kali pertama Ryu bertemu pandang.

"Itu Rin," bisik Kyoto bergerak menjauh. Langkah wanita itu langsung mengarah ke arahnya. Dengan satu senyuman anggun, Ryu langsung menegapkan dada dan membungkuk.

"Senang bertemu denganmu, saya Ryu Otosaka." Ryu mengenalkan diri lebih dulu. Wajah cerah Rin tak berpaling dan ikut mengangguk juga.

"Hai, Ryu Otosaka. Orang yang sedang melejit di kota-kota," katanya sambil tertawa pelan. Ryu menunduk untuk menyembunyikan senyumnya.

Pria berjas lain yang nampaknya dari pihak majalah Clai're itu berjalan mendekat. Senyumnya hangat sambil menjalin jabat tangan. Dagu Rin tegas dan tatapannya amat menawan penuh sorot anggun.

"Dua model terhebat musim ini! Bagaimana kabar kalian?" Setahu Ryu, dia adalah Rozak Pollisian. Pria keturunan Russia yang menjadi kepala bagian direksi majalah Clai're. Bahasa jepangnya lancar dan bersih.

"Terima kasih, baik," sahut Rin santai. Ryu membeo sambil membungkuk hormat.

"Kau tahu, sekarang Clai're sangat beruntung bisa bekerja sama denganmu. Apalagi Ryu, bintang kelas atas yang bahkan mengalahkan senior. Kau tahu, bakal banyak tawaran film dan drama setelah ini." Rozak nampak sumringah. Meskipun jabatannya tinggi dan penting, tapi gaya bicaranya santai sekali.

Di sebelahnya Rin menimpal. "Ah, kudengar produser filmku ingin merekrut aktor baru. Apakah itu kau?"

Ryu mempertahankan senyumnya yang berujung pudar. Tak ada tawaran film. Dan ia tidak akan memainkan peran sebelum meminta izin pada Chelsea.

"Eh, bukan. Aku tidak yakin, tapi sepertinya bukan," sahut Ryu sopan. Di sebelahnya Rin hanya mengangguk ragu sebelum topik kembali diambil oleh Rozak.

"Ada beberapa tiga seri sampul majalah yang akan terbit. Dan ketiga sampul itu tentu jatah kalian. Well, kalian harus mempersiapkan chemistry karena aku tak mau dua model papan atas ini tak mengeluarkan gairahnya," ujar Rozak penuh semangat. Dari antara kerumunan, seseorang memanggil Rozak. Ia berteriak sebentar sebelum akhirnya mengangguk dan pamit pada Rin dan Ryu.

Tersadar belum mengambil minuman, Ryu mengajukan diri apakah perlu diambilkan minum, tapi Rin menggeleng sopan. "Tidak perlu. Aku hanya sebentar. Oh ya, untuk masalah chemistry, berhubung pemotretan berlangsung tiga hari, apa kau mau mengajakku ke suatu tempat?"

Sebenarnya Ryu hampir tersedak waktu menyesap sojunya, tapi kemudian ia memikirkan jawaban yang tepat.

Apa benar chemistry itu harus nyata? Bukan kah asal di pemotretan itu mereka bisa langsung menyatukan chemistry? Ryu belum tahu konsep fotonya apa, dan mungkin pertemuan besok akan dibahas. Tapi sekarang..? Yang ada di kepalanya hanya tower Tokyo berdua dengan Chelsea.

"Ah... apa kau punya rekomendasi?"

Rin berdiri sedikit mendekat sambil berpikir. "Malam ini aku ada pool party di tempat Senoo. Kau kenal dia?"

Senoo Yuki maksudnya? Dia artis. Wah, sekarang Ryu merasa terjebak dalam langkahnya sendiri. Dari ponselnya, tiba-tiba masuk pesan dari Chelsea. Ia meminta izin sebentar pada Rin lalu bergerak menjauhi pesta dan membaca pesannya.

"Ryu, malam ini aku pulang telat. Honomi dan teman-temannya mengajakku nabepa*. Aku akan mengabarimu lagi kalau sudah mau pulang dari sana ya."

Ryu langsung mengetik balasan. "Apa perlu kujemput?"

Kotak chat kembali bergulir, Chelsea membalas lagi. "Tidak perlu. Aku dan Honomi searah. Kau istirahat saja jika sudah di rumah duluan."

Karena rasanya kurang puas, ia pun langsung menekan tombol dial dan menelepon. Sayangnya, sudah tiga kali mencoba, Chelsea mereject itu semua. Lalu sebuah pesan muncul lagi. "Ryu, aku sedang ada kelas. Jangan telepon sekarang, oke?"

"Baiklah. Aku hanya ingin bilang sepertinya ada rencana dadakan dengan Rin."

Chelsea membalas lebih cepat. "Oh, kau sudah bertemu?"

"Ya, nanti kuceritakan. Sekarang aku harus hadir di tengah direksi. Sampai nanti, Asuka," plus emoticon kecup dan nada khas yang berharap bisa tersampaikan. Ia menoleh ke belakang dan menghampiri Rin.

Kalau lusa sudah pemotretan, ia tak punya waktu lagi untuk membahas chemistry, jadi lebih cepat lebih baik.

"Bisa kau beri tahu alamat Senoo-san?" tanya Ryu sesampainya ia disamping Rin. Wanita itu menoleh dan tersenyum mengangguk.

"Tentu. Jam delapan malam, oke?"

Ryu mengembuskan napas sebelum menjawab, "oke."

***
*Nabepa=japanese hotpot/jenis masakan Jepang yang dihidangkan di panci besar.

Kalian terka sendiri ya mereka bakal pool party kayak apa. Tunggu part selanjutnya besok😉

P.s mulmed di atas Ryu versiku :3 versi kalian gimanaa?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro