Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 1 Part 2

Duduk di sofa sambil memeluk bantalnya, perasaan Chelsea teraduk-aduk waktu melihat pacarnya dari kaca internet.

Astaga, kenapa Ryu cocok sekali kalau jadi model seperti ini? Bentuk tubuhnya yang tinggi, wajah menawan dan tatapan menusuk, yang selama ini selalu membuatnya tak berhenti menyumpah. Bagaimana dagunya terangkat waktu ia menyambut kilat potret, membayangkan visualnya terpampang di poster jalanan, Ryu ada di mana-mana. Benar-benar ada di mana-mana. Bahkan Chelsea baru sadar kalau Ryu seakan-akan sudah menjadi model utama di Youtube agensi itu.

Pintu toilet terbuka, Chelsea tak mengubah posisinya, ia terlalu fokus pada tatapan manik cokelat yang ada youtube itu. Video itu tentang wawancara dan behind the scene Ryu soal produk yang sedang dikomersilkan itu. Tiba-tiba, dari belakang, Ryu melingkarkan lengannya, memeluk Chelsea dan menghirup aroma tubuh gadis itu ketika menariknya mendekat. Kepalanya bergerak menelusup ke sekitar pundak dan leher Chelsea.

"Ryu hentikan," pinta Chelsea yang merasa geli.

Ryu tersenyum pelan, "bagian mana? Ini? Ini?" Pemuda itu malah semakin menciumi leher belakang Chelsea hingga ia terlonjak menjauhi pemuda itu.

"Ryu! Astaga, kau tahu kesalahanmu?"

Bibir pemuda itu melengkung ke bawah, ia menatap Chelsea seperti anak kecil yang minta maaf pada ibunya, "maafkan aku. Rencananya aku ingin memberimu kejutan, tapi malah aku yang kelupaan karena ketika bertemu denganmu, rasanya aku ingin memilikimu seutuhnya terus."

"Astaga," Chelsea mengusap wajahnya. Ia pasrah dengan itu semua. Apa yang Ryu inginkan, apa yang Ryu sedang kerjakan, dan wajah menawan Ryu di youtube itu.

Memiliki kekasih semenarik ini ternyata menyulitkan.

"Kalau kau ingin menyuruhku mundur dari agensi itu akan kulakukan. Aku tahu kau pasti--"

"Tidak. Aku tidak berencana melakukan itu," potong Chelsea. "Aku hanya benar-benar terkejut. Statistik kehidupanmu sungguh..." Chelsea bisa merasakan alisnya terangkat kagum, "sungguh meningkat pesat."

Ryu tersenyum sambil tak melepas tatapannya dengan lembut. Ia mendekat ke arah Chelsea, kali ini ia membiarkan Ryu memeluknya dan mencium pipinya dengan lembut. "Kau wangi sekali, Asuka. Wangi yang selama ini kurindukan," bisik Ryu di sebelah telinganya.

Hal-hal yang Chelsea tahu soal Ryu adalah, pemuda itu seberbahaya ini. Mendapati informasi tentang ini, sejujurnya sangat sulit bagi Chelsea untuk menerima keadaan. Di satu sisi, ia seperti merasa yakin kalau karir Ryu akan meningkat suatu saat nanti. Pesona yang dari dulu terpancar hingga ke satu sekolah itu, bagaimana cara Ryu memperlakukan seseorang, cara ia sopan santun, cara ia mendekatkan diri. Semua itu bisa membuat orang bahkan langsung jatuh hati padanya. Dan Chelsea tinggal menunggu rasa ketakutan menjalarinya setiap malam jika Ryu tidak memberinya kabar kapan ia pulang. Belum lagi perselingkuhan, belum lagi kehidupan menjadi dewasa yang selama ini sangat ia takuti. Apapun keadaannya, ia tidak pernah ingin membayangkan Ryu pergi dari kehidupannya.

Ia pernah kehilangannya sekali, dan ia tidak mau hal itu terjadi.

"Asuka, lihat aku."

"Tidak. Aku tidak mau melihat wajah cabulmu itu."

"Siapa bilang? Mau kau yang melakukannya atau aku?"

"Tidak," jawabnya bersikeras. Ia masih berfokus pada video di ponselnya. Memikirkan segala kemungkinan mengerikan yang menjadi keraguan dalam bibit pikirannya.

Tangan Ryu terangkat, ia merenggut wajah Chelsea hingga membuatnya menatap Ryu paksa. Tapi Chelsea langsung memejamkan mata, Ryu tertawa pelan.

"Hey, Asuka. Jangan melakukan itu, kau hanya membuatku semakin gemas."

Seketika Chelsea membuka mata dan memukulnya. "Kalau begitu jangan seperti ini."

Ryu menarik tubuh mungil Chelsea semakin mendekat. Hidung mereka bersentuhan, senyum Ryu masih menggantung, seakan menikmati setiap ketegangan di wajahnya.

"Pipimu merah," kata Ryu pelan.

"Astaga. Lepaskan aku."

"Tidak. Aku hanya ingin matamu, aku hanya ingin kau menatapku."

Degup jantung Chelsea sudah mendentum tak keruan. Kalau ia melihat manik itu sekarang, bisa jadi semua kulitnya mengeluarkan uap panas yang semakin membuatnya gugup. Tapi suara Ryu seakan melekat dalam benaknya bergaung tak berhenti hingga kepalanya sendiri yang mendongak hingga mata mereka bertemu.

Tangan Ryu terangkat, menyingkap anak rambut Chelsea ke belakang telinganya.

"Maaf ya, kalau kau terkejut." Ryu berujar pelan, seakan-akan tak mau memberi jarak yang semakin meluaskan pikiran buruk Chelsea. Bagaimanapun, Chelsea selalu bisa merasakan Ryu tahu semua isi pikirannya. Bersama Ryu, Chelsea sudah tahu kalau semua gerakannya akan dimiliki Ryu seutuhnya. Tangan pemuda itu menyentuh pipinya dengan lembut.

"Sebenarnya, ayahku agak tidak setuju. Tapi aku menyukai dunia itu. Aku suka menjadi populer," kata Ryu sambil terkekeh pelan, "bagaimana menurutmu?"

Ia menatap Chelsea lurus sementara dirinya berusaha menahan untuk tidak tertawa.

"Makhluk sepertimu memang sangat cocok di dunia itu, Ryu. Aku selalu percaya apa yang kau lakukan. Hanya saja.." suara Chelsea menghilang di udara seraya matanya beralih ke jendela di sebelahnya, alih-alih menghindar dari tatapan Ryu.

"Hanya saja apa?" Ryu menarik dagu Chelsea lagi supaya menatapnya.

Dari pantulan mata cokelat itu, Chelsea bisa melihat dirinya sendiri. Menatap ragu, menggigit bibir bagian dalamnya, berusaha menyembunyikan ketakutan terdalamnya. Ia percaya Ryu, tapi di satu sisi, bagaimana kalau hubungan mereka akan lepas oleh jarak dan kehidupan menjadi dewasa yang rumit? Bagaimana kalau ada masalah yang tidak bisa mereka selesaikan bersama? Bagaimana kalau ada seseorang yang mengganggu mereka? Astaga, apakah ia sudah berubah menjadi dewasa sekarang? Apakah tingkat protektifnya sekarang semenjengkelkan ini?

Tiba-tiba dari depannya, mata terpejam Ryu mendekat, dan dalam sedetik, pemuda itu mendapatkan bibir mungil Chelsea di atasnya.

Bahkan ketika memiliki Ryu saja, ia bisa ketakutan seperti ini.

Chelsea bisa merasakan tekanan pelan di atas bibirnya, cara Ryu menguasai seluruh jiwanya, merenggut kepalanya mendekat dengan pelan, dan perasaan yang berputar selama itu, hanya ketakutan yang semakin terasa. Chelsea takut kehilangan itu.

"Asuka. Kau tidak akan kehilangan siapapun kalau kau takut. Aku tahu dunia itu sangat berbeda dengan kuliah. Tapi," Ryu meletakkan kedua tangannya menangkup wajah mungil Chelsea. "Tapi aku hanya butuh kepercayaanmu. Kita bisa melewatkan ini semua, bagaimana?"

"Ryu," tenggorokan Chelsea tersekat. Wajah mereka terlalu dekat. Entah kenapa, baru kali ini Chelsea menginginkan Ryu tetap di sana, menatapnya dengan senyum tulus dan napasnya yang terasa hangat menerpa wajahnya.

"Berjanjilah padaku."

Kepalanya yang menempel di kening Ryu ikut mengangguk. "Apa?"

Sejenak, ia menarik napas pelan. "Aku terlalu menyukaimu. Terlalu sulit untuk mengucapkan ini, tapi..." Chelsea mendongak, menatap mata Ryu yang terlihat bingung. "Jangan katakan pada siapapun kalau aku adalah pacarmu."

Kepala Ryu tersentak menjauh, tapi matanya masih di sana.

"Ma-maksudmu?"

"Aku hanya takut, kalau orang-orang tahu kau punya pacar, kau akan dipersulit. Terlebih, penggemarmu nanti--"

Dalam gerakan sedetik, tiba-tiba Ryu menelusupkan tangannya ke belakang leher Chelsea, menariknya mendekat kemudian menciumnya. Ryu memegut bibir Chelsea untuk membukanya paksa. Chelsea memberontak, tapi Ryu selalu memenangi permainan ini. Mulut mereka membuka, Chelsea menggeram dan berteriak untuk melepaskan diri. Tapi tubuhnya terlalu mungil dan ia tidak bisa merasakan tangannya bisa memisahkan itu. Ryu menyesap setiap sisi Chelsea tanpa memberinya napas hingga akhirnya Chelsea menginjak kaki Ryu hingga ia sendiri terlonjak kesakitan.

"Ryu! Apa yang kau lakukan!?"

Di depannya Ryu memegang kakinya, tapi ketika ia menatap Chelsea lagi, ia seperti melupakan sakit itu dan kembali menerjangnya. Chelsea menjerit, Ryu meraih pinggang mungilnya, tapi nyatanya ia hanya digendong.

"Kau mau aku melakukannya sekarang?" tanya Ryu dengan nada marah yang agaknya ia pendam. Chelsea mengerjap singkat, bingung dengan apa yang terjadi. Ia tidak bisa melompat turun karena Ryu benar-benar mengepit semua kaki dan pinggangnya, bahkan seluruh tubuh Chelsea ke dalam dirinya.

"Kalau kau mau aku tidak mengatakan kau pacarku, aku akan menikahimu sekarang." Ryu berjalan ke arah kamar, sementara Chelsea yang akhirnya tersadar, buru-buru melepaskan diri meski kemungkinannya 0 persen. Ia memukul pundak pemuda yang wajahnya kaku seperti batu itu. Chelsea tidak mengerti, ia menawarkan itu supaya pekerjaan Ryu mudah. Karena setahu Chelsea, kalau seorang idola sudah memiliki pacar, itu akan menyulitkannya mendapat penggemar.

"Aku benar-benar akan melakukannya, Asuka."

"Ryu, kumohon hentikan. Baiklah, baiklah!"

Langkahnya berhenti, Chelsea menarik napas lega.

"Turunkan aku," perintah Chelsea.

"Berikan aku alasan dulu kenapa aku tidak boleh memberi tahu kalau Asuka adalah satu-satunya istriku. Katakan."

Chelsea bisa merasakan seluruh pipinya semerah jambu. Kata-kata Ryu yang begitu persis seperti anak kecil yang sok pintar.

"Aku... Aku hanya takut kau kesulitan mendapat penggemar. Aku takut gara-gara aku kau jadi dikucilkan, di jauhi oleh wanita-wanita yang seharusnya menjadi penggemarmu, aku taku kerjakeras yang selama ini kau lakukan jadi sia-sia gara-gara aku."

Kepala Ryu menjitak kening Chelsea.

"Ah! Sakit!"

"Asuka, kenapa kau bodoh sekali? Sebentar, kau berat juga ternyata," Ryu menurunkan Chelsea ke lantai lalu agak terengah beberapa detik.

"Apa aku peduli terhadap semua yang kau katakan tadi?" Ryu menatap Chelsea lurus.

"Kau tidak peduli?"

"Tidak," mata Ryu menerjang masuk ke dalam dada Chelsea, membuatnya kian berdentum tak keruan. "Kalau bisa lebih pintar sedikit, sebaiknya aku akan keluar dari agensi itu supaya kau tidak takut lagi. Kau tidak percaya padaku, bukan?"

"Eh, bukan begitu!" Chelsea merenggut lengan Ryu yang tiba-tiba membalikkan badan. Ia memberi jeda sejenak sebelum Ryu kembali menoleh padanya.

"Ryu," Chelsea tertunduk, rasanya hal yang paling memalukan dalam hidupnya adalah ketika ia merasa seperti ini. Ketika Ryu menghukumnya untuk memaksakan kalau rasa sayangnya lebih besar daripada apapun. "Maaf. Sepertinya semakin aku bersamamu, semakin aku takut kehilanganmu," sahut Chelsea pelan, semakin menunduk dan menghindari tatapan pemuda yang ada di depannya itu.

Sebelah tangan Chelsea mengendur, hendak melepas genggamannya tapi Ryu buru-buru meraihnya duluan dan berbisik pelan, "apa katamu tadi? Boleh diulang?"

Chelsea berdecak, "ah sudahlah lupakan saja, anggap saja aku tidak pernah mengatakan--"

Lalu, untuk yang terakhir kalinya, Ryu meraih pundak Chelsea, memutarnya hingga kembali berhadapan dan saat itulah, detik yang kesekian kalinya Ryu memberi keyakinan.

Sambil melepas ciuman itu, Ryu membuka matanya, mengangkat sebelah tangannya dan mengusapkan jemarinya ke bibir mungil Chelsea, "aku mencintaimu, Asuka."

Lalu, ketika suara itu menelusup masuk, Chelsea yakin bahwa ini adalah terakhir kalinya ia merasa gugup. Pada masa depan, ataupun Ryu.

***

Akutu berusaha bgt biar ngga cringe tiap bahas Ryu tapi... kayaknya gagal. Ryu cuma diri dia sendiri emang😂
Semoga part ini ga garing ya hehe. Ditunggu besok😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro