4. Pertunangan
Dua tahun lalu, di acara pertunangan Alcase dan Shine.
Saat itu, banyak para petinggi menghadiri pesta pertunangan besar yang dijalin oleh 2 keluarga terkenal. Protagonis dari pesta, keduanya masih berusia 15 tahun. Memang masih kecil, namun ketika keduanya berdiri berdampingan. Kesan mereka seperti pasangan muda yang menggemaskan.
Banyak diantara tamu yang mencoba bersosialisasi, sebagai penerus Weaver yang menjunjung kesempurnaan. Al menjawab semuanya dengan sopan. Sementara Shine bertindak seperti remaja normal, yang antusias dan pemalu ketika seseorang menggodanya.
Melirik Shine yang nampak kelelahan, Al pun mengajak tunangannya untuk beristirahat di balkon sepi jauh dari tamu.
"Melelahkan bukan?" Al tersenyum seraya bersandar di pagar balkon.
Shine yang berhasil keluar dari acara sosial, cemberut lalu mengangguk. Ia ikut bersandar dengan helaan napas. "Aku tidak terlalu suka bertemu dengan mereka. Ekspresi mereka terasa palsu."
"Shine, aku tahu pertunangan kita hanya demi keuntungan kedua keluarga. Tapi, apakah kau menyesalinya?"
Mengedipkan mata, Shine menoleh dengan polos. Memperhatikan Al dengan seksama sebelum bertanya. "Apakah kau menyesalinya juga?"
"Tidak? Kita sering bertemu sebelumnya. Aku rasa aku tidak keberatan untuk menikahimu di masa depan." Al berkata dengan jujur. Ia sebelumnya telah melihat banyak orang yang mencoba menjalin hubungan romantis dengannya. Tapi, semuanya selalu menyimpan rencana sesat di mata mereka. Hanya Shine yang selalu memandangnya riang tanpa makna terselubung.
Shine tersenyum. "Kalau begitu aku juga tidak keberatan!"
Meraih sebuah kotak di saku. Al membukanya dan menunjukan sebuah kalung dengan batu permata warna indigo yang indah. Ia memasang kalung itu di leher Shine lalu berlutut seraya menggenggam tangan Shine.
"Dengan ini, aku berjanji bahwa aku akan menikahi mu di masa depan." Ucap Al tulus lalu mencium punggung tangan Shine.
Keduanya saling menatap, lalu memalingkan muka, menyembunyikan rona merah di kedua pipi mereka.
.
.
.
Shine terbangun dari mimpinya dengan kesedihan. Ia memandang kalung indigo pemberian Alcase dengan ekspresi rumit.
Malam itu, ketika Al berjanji padanya. Shine merasa jantungnya berdebar kencang. Membuat wajahnya memanas dengan rasa malu dan kebahagiaan.
Baginya sosok Alcase itu terlalu sempurna, ia sering mendengar dari orang tuanya bahwa pemuda bluenette itu selalu dipuji dalam melakukan apapun.
Sosok seperti itu, terasa jauh bagi Shine yang biasa-biasa saja.
Maka dari itu, meski mereka bertemu beberapa kali setiap tahun. Bahkan pergi ke sekolah yang sama meskipun berbeda kelas. Shine mendengar segala hal baik mengenai penerus Weaver itu.
Sosok sempurna tanpa cela!
Jadi, ketika ia diberitahu jika dirinya akan bertunangan dengan Alcase. Shine merasa kesurupan. Hei, apakah tidak masalah baginya memiliki pasangan sesempurna itu?
Dengan gugup, Shine pun pergi untuk menemui Alcase dan saling mengenal lebih lanjut. Seperti yang dikatakan rumor, Alcase memang pemuda sopan yang ramah. Menyenangkan untuk diajak bicara dan tentunya juga orang yang baik.
Setelah pesta pertunangan, Shine mulai membuka hatinya pada Alcase. Ia berceloteh, membahas apapun yang disukai atau tidak disukai pada tunangannya.
Hari-hari bersama Alcase sangat nyaman dan menyenangkan. Keduanya memupuk perasaan dan mengikuti arus mengenai rasa membuncah di hati yang kian hari menjalar hampir menjadi romantisme.
Alcase sangat perhatian, pemuda itu seolah tahu apa yang disukai Shine dan selalu memberikan hadiah yang diinginkannya.
Shine merasa beruntung, memiliki tunangan sempurna seperti Alcase. Seseorang yang bisa memenuhi segala harapannya dan memperlakukan dia dengan baik.
Sayang, hari-hari menyenangkan itu hilang dalam sekejap.
Ketika Alcase pergi ke luar negeri untuk belajar bisnis. Ia menderita kecelakaan, membuat Shine khawatir dan terus menunggu akan kabar sang tunangan.
Ketika ia menemukan 'Alcase' baik-baik saja, kecemasan Shine sirna. Ia bahkan hendak memeluk sang tunangan ketika tubuhnya di dorong.
Shine mundur seketika, ia menstabilkan tubuhnya untuk tidak jauh dengan ekspresi tak percaya.
"Alcase...?" Shine bertanya dengan tak percaya, menatap 'tunangan'nya yang mencibir seraya membersihkan tangan nya yang sempat menyentuh Shine.
"Oh itu kamu? Untuk apa kau kemari. Menggangu mood ku saja. Pergilah. Aku tak ingin melihatmu." 'Alcase' melirik Shine dengan dengusan jijik dan melenggang pergi.
Shine mematung dengan tak percaya, bertanya-tanya apa yang terjadi dengan sang tunangan hingga memperlakukannya dengan buruk.
Dengan perasaan rumit, Shine pulang ke rumahnya dan berbaring di tempat tidur. Berusaha berpikir tentang sikap 'Alcase' yang berubah.
Awalnya, Shine pikir 'Alcase' hanya shock terhadap kecelakaan dan tidak sengaja melampiaskan hal itu padanya. Jadi, ketika Shine melihat berita baru mengenai 'Alcase' yang tertangkap kamera tengah pergi ke klub malam dan berpesta ria. Ia tidak mempercayainya!
Namun, saat semua pesan yang ia kirim tak mendapat jawaban. Ingin bertemu pun tidak bisa karena sering ditolak. Lalu masalah lain makin bertumpuk dengan fakta-fakta jika 'Alcase' telah berubah semenjak kecelakaan dan kehilangan orang tuanya.
Shine merasa jika 'Alcase' adalah orang asing yang tidak dia kenal.
Apakah semua kelembutan sang tunangan padanya itu palsu?
Shine tak bisa berpikir jernih, apalagi saat melihat 'Alcase' dengan tidak tahu malu banyak bermain dengan wanita-bahkan beberapa rumor berkata jika 'tunangan'nya selalu 'tidur' dengan wanita yang berbeda setiap malam.
Hatinya hancur seketika.
Kenapa semuanya jadi seperti ini?
Bagaimana dengan janji Alcase dulu?
Shine ingin penjelasan, jadi dia selalu mengejar 'Alcase'. Meskipun dirinya berakhir dengan sakit hati yang lebih parah. Mengurung diri di kamar beberapa jam menahan air mata yang jatuh.
Ia ingin semua ini hanya mimpi, mimpi buruk dimana suatu saat Alcase akan kembali padanya.
Namun, setelah satu tahun usahanya sia-sia. Tunangannya dengan 'Alcase' pun hancur. Meskipun Shine tidak tahu kenapa dirinya yang disalahkan padahal sudah jelas 'Alcase' yang mengkhianati dia duluan. Shine masih ingin mencari tahu, apa yang membuat pemuda biru itu berubah.
Shine tahu jika mereka tidak memiliki hubungan apapun. Namun, ketika dirinya disebut sebagai jalang tak tahu malu yang mengejar 'Alcase' layaknya orang bodoh menjijikan. Apalagi 'Alcase' sendiri yang mengatakan hal itu di depan teman-temannya. Shine tidak bisa menahan emosinya lagi.
Hatinya hancur, ia merasa bahwa sudah tidak memiliki harapan.
Ketika sebuah tangan menggenggamnya lembut, mengajak dirinya duduk di bangku sepi tanpa suara. Shine merasakan perasaan aneh, layaknya dejavu.
Melirik murid baru yang tidak disukai semua orang, Shine tertegun. Bertanya-tanya kenapa pemuda asing itu membantunya.
Mungkin karena hatinya sudah sangat kesakitan, Shine pun memutuskan untuk berteman. Ia memuntahkan segala emosi terpendam di hati. Membiarkan murid bernama Al itu menjadi pendengar.
Pilihannya benar, sejak itu. Shine mendapat seseorang teman curhat. Sedikit mengubah kehidupan suramnya.
Hanya saja, Shine tidak menyangka. Bahwa Al benar-benar memilih untuk pergi ke universitas luar negeri. Meninggalkannya dalam kesendirian lagi.
TBC
5 Feb 2025
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro