Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

02. Mantan tunangannya mengejar orang yang salah, what to do?

Al merasa beruntung karena sekolah Shine dan Casey memiliki asrama untuk ditinggali. Jadi, ia tidak perlu repot menyewa rumah di kota yang tentunya memiliki harga mahal. Dirinya memang telah menghasilkan uang dari saham. Tapi jumlahnya masih sangat kecil, hanya cukup untuk biaya sekolahnya.

Sekolah yang dia masuki atau mantan sekolahnya—mengingat dia dulu juga bersekolah disini meski cuma sekadar 6 bulan sebelum diserang oleh Casey—memiliki biaya tinggi. Karena semua muridnya berisi dari kalangan elit kaya atau jenius.

Perlu berhari-hari sebelum Al bisa diterima di sini dengan jalur beasiswa. Jadi, ia tak akan menyia-nyiakan usahanya.

Meskipun dirinya tahu jika kehidupan sekolahnya tidak akan baik karena diskriminasi kemiskinannya. Al sudah memantapkan hati, tanpa perjuangan hidup tidaklah menantang. Ia perlu berusaha lebih keras dan mengasah diri dengan kemampuannya sendiri tanpa backing keluarga Weaver.

Membawa barang-barangnya di dalam tas, Al berjalan di sekolah itu dengan perasaan nostalgia. Setahun lalu, ia masih bisa berjalan disini dengan bangga sebagai penerus keluarga Weaver yang luar biasa.

Berbeda dengan sekarang, dengan pakaian lusuh, penampilan kutu buku dan penyamaran khas orang gugup. Al memperhatikan seluruh sekolah di sudut matanya. Karena ini masih hari libur, sekolah tidak memiliki banyak orang. Jadi, ia bisa berjalan ke asrama dengan tenang.

Membuka salah satu pintu asrama, Al berkedip.

Dia mendapat satu kamar untuk dirinya?

Atau dia satu-satunya yang memakai fasilitas asrama?

Memikirkan kemungkinan kedua, Al sekali lagi menghela napas enggan.

Asrama ini jelas 3x lebih bagus dari sewaan bobrok yang dia tempati di desa. Tapi tidak ada seorang pun yang mau tinggal di sini. Bukankah ini pemborosan?

Yah, dibanding kekayaannya dulu. Asrama ini memang bisa dibilang kumuh.

Menutup pintu asrama, Al memperhatikan dapur kecil toilet dan juga tempat tidur dengan sedikit melankolis. Menggelengkan kepalanya, ia pun mulai membereskan barang-barangnya. Siap untuk tinggal disini selama setahun.

Usai membereskan semua kebutuhan, Al memutuskan untuk mandi dan membersihkan diri. Ia kemudian memasang kembali lensa kontak warna merah seraya menatap pantulan dirinya di cermin.

Penampilannya tidak banyak berubah, hanya warna mata dan rambut yang berbeda. Dilapisi dengan kacamata tebal, mengakibatkan dia tak akan terekspos. Sungguh ironi, penyamaran mudah seperti ini tetapi tidak ada seorang pun yang tahu.

Yah, bagaimana pun. Identitasnya sudah diambil. Meskipun orang lain yang lebih jeli mungkin menganggap dia mirip Casey. Mereka tidak akan berpikir bahwa dia adalah Alcase.

Seperti pepatah dalam buku Sherlock Holmes.

—"You see, but you do not observe"
from A Scandal in Bohemia

Yah, sudahlah. Terus jatuh terpuruk ke dalam depresi tidak baik. Dia masih harus melangkah. Melanjutkan hidup dan mengambil kembali identitasnya.

Membuka laptop murah di atas meja, Al mulai melihat-lihat saham dan menghasilkan banyak uang. Untuk saat ini, dia akan menyimpannya di akun Bank. Modal ini masih sedikit, dia memerlukan lebih banyak uang untuk membangun perusahaan yang bisa bersaing dengan keluarga Weaver.

Melirik jam dinding yang telah menunjukkan pukul 12 malam. Al dengan enggan menghentikan pekerjaannya dan memutuskan untuk tidur. Ia menghabiskan 4 jam penuh untuk berhasil memasuki situs hacker rahasia di dunia dan menjadi anggotanya. Bila dia mendapat misi dari sana dan berhasil, bayarannya sangat tinggi. Namun, Al juga harus sedikit waspada karena dirinya hanyalah seorang remaja. Berbeda dengan para veteran yang sudah berkecimpung di dunia sana selama bertahun-tahun. Ia sudah puas dengan hanya menjadi anggota dan bisa melihat berbagai orang-orang besar di sana. Memiliki koleksi sudah cukup baginya untuk saat ini.

Berbaring di atas tempat tidur, Al pun menutup mata.

.

.

.

Awal tahun pembelajaran, tentunya membuat semua sekolah ramai oleh para siswa yang kembali dari liburan panjang. Sesuai tradisi, hari pertama adalah upacara penerimaan murid kelas satu yang dihadiri oleh hampir semua orang.

Sebagai murid baru, meski Al bukan murid kelas satu. Dia juga ikut duduk di sana, menatap para adik kelas dengan tatapan nostalgia. Wajar, baginya belum satu tahun dia menjadi murid baru kelas satu di sekolah ini. Namun, saat ini dia tiba-tiba menjadi murid kelas 3 karena situasinya yang malang.

Ada rasa kehilangan bagi Al karena tidak bisa menikmati masa-masa sekolah secara penuh. Akan tetapi, melanjutkan studinya lebih penting.

Usai upacara berlangsung, ia berjalan ke arah bangunan kelas 3 dan masuk ke kelas 3-A. Tempat paling elit dan dipenuhi oleh anak orang kaya.

Ah, Al sudah bisa membayangkan bagaimana dirinya diperlakukan oleh Tuan Muda kaya di kelas.

Memasuki kelas, Al seketika menjadi sorotan. Banyak ekspresi yang dikenakan oleh teman-teman sekelas. Namun, ia berjalan dengan santai. Tanpa memperhatikan mereka dan penuh kerendahan hati.

Ketika Wali Kelas datang, ia memperkenalkan Al sebagai murid baru khusus yang masuk ke kelas karena kejeniusannya.

Al memilih untuk low profile, jadi ia hanya bersikap santun tanpa rasa sombong. Untungnya hal itu membuat para elit memperhatikannya dengan jijik dan memutuskan untuk mengabaikannya.

Menghela napas lega, Al pun duduk di bangku kosong. Kebetulan urutan bangku tepat di belakang mantan tunangannya Shine Luceat.

Melihat sosok pemuda perak di depannya, Al dicampur rasa emosi. Sesaat ia berharap jika seseorang mengenalinya. Akan tetapi, hal itu sirna saat Shine hanya melihatnya sekilas lalu kembali menatap ponsel.

Melirik ke bangku kosong di sudut ruangan, Al bisa memastikan jika itu adalah milik 'Alcase' atau Casey.

Imej yang dibuatnya selama 16 tahun, kesempurnaan yang penuh dedikasi disertai oleh kerja kerasnya seketika menghilang, digantikan oleh label bajingan paling sampah di Kota.

Sigh, Al merasa ingin menangis mendayu-dayu, pundung di pojokan serta menggigit tisu —

Lupakan, jika sudah seperti ini. Ia hanya perlu bekerja keras dan mengalahkan gadungan itu.

Seperti yang Al prediksi, tidak ada seorang pun yang ingin berkenalan dengannya. Ia mendapat tatapan sombong dan angkuh dari semua orang.

Kecuali Shine yang sempat menoleh ke arahnya dengan tatapan penasaran, lalu kembali melihat ke depan.

Ketika waktu istirahat berlalu, pintu kelas dibuka diiringi dengan sosok Casey yang masuk dengan wajah bau. Pakaiannya sangat terlihat mahal, meski ekspresi wajahnya terlihat lelah dan kesal. Khas seorang yang bangun secara paksa setelah banyak minum alkohol.

Al mengalihkan tatapannya pada Shine yang menatap Casey dengan tatapan sedih juga bingung. Ia bisa menebak jika pemuda perak itu masih ingin pergi ke Casey. Tapi, Casey sudah di kelilingi oleh teman-teman sekelas yang berusaha untuk menyanjung dengan menjijikan.

Menepuk pundak Shine pelan, Al bertanya. "Apakah dia juga murid baru?"

Shine yang tiba-tiba diajak bicara terkejut, menatap Al dengan aneh lalu menggelengkan kepala. "Tidak, dia bukan murid baru."

"Oh, namaku Al Maxwell, bolehkah aku bertanya namamu?"

Berkedip lucu, Shine terdiam sejenak lalu menjawab pelan. "Shine Luceat."

"Salam kenal."

"Salam kenal, juga."

Percakapan mereka berakhir, tapi ini awal yang bagus. Setidaknya Shine tidak melihatnya dengan tatapan cemooh seperti yang lain.

Mari kita memulai rencana, "observasi bajingan dan 3000 cara untuk mengalahkannya."

TBC

Salam,
Yoru

[1 Feb 2025]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro