Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5 || Pentingnya Komunikasi

Fira adalah teman semejaku sejak kelas 10. Hm ... dari awal aku memang dekat dengannya, tapi kami tidak pernah benar-benar sedekat itu. Maksudku, kedekatan kami itu sekadar membahas tugas-tugas yang sulit di sekolah saja dan mengerjakan tugas kelompok bersama sambil ngumpul di kafe, tidak sampai membahas hal-hal yang personal. Lagipula, aku memang dekat dengan siapapun di sekolah. Aku juga dekat dengan Rayhan (teman semeja Nadin) yang menyukai film-film produksi Marvel lebih dari apapun. Tapi kembali lagi, aku tidak pernah membahas sesuatu yang bersifat personal kepada siapapun.

Jadi ketika Fira bilang mau main ke rumah sepulang bimbelnya, aku agak syok. Karena aku tidak pernah berbagi kehidupan pribadiku kepada siapapun, tentu saja aku juga tidak pernah mengajak teman-teman di sekolah untuk bermain ke rumah.

Makanya jujur, sekarang aku kaget betul!

"Gimana? Bisa nggak kalau nanti gue main?" tanya Fira lagi memastikan.

Jam pelajaran sudah usai, dan hari telah menjelang sore. Kami membereskan berbagai alat tulis di meja untuk dimasukkan ke dalam tas, lantas berjalan beriringan keluar kelas bersama segerombolan anak-anak lain yang hendak pulang juga.

"B-bisa..." jawabku.

Fira nyengir. "Oke, nanti gue main, ya! Abis gue bimbel tapi... dan agak malem. Nggak apa-apa, 'kan?"

"Iya, nggak apa-apa kok."

"Sip. Bye, Vi! Gue duluan, ya!"

Aku membalasnya dengan lambaian tangan yang ragu. Dan rasanya agak aneh untuk menerima seseorang masuk ke dalam hidupmu sejauh itu, kecuali pacarmu sendiri.

Fira lambat laun ditelan anak-anak lain yang sama-sama bergerak menuju parkiran. Katanya cewek itu harus buru-buru berangkat kalau tidak mau terlambat mengikuti kursus bimbelnya. Jadilah tadi ia ngibrit seperti dikejar anjing. Aku tertawa kecil saja melihat kelakuan anehnya.

Namun tidak disangka-sangka, seseorang menghampiriku dari belakang. Ia menarik lenganku untuk menepi dari jalur orang-orang, padahal area parkiran tinggal beberapa langkah lagi.

"Ngapain, Do?" tanyaku, begitu tahu siapa empunya tangan yang sembarangan main tarik-menarik lengan orang.

"Aku mau ngobrol bentar."

"Ngobrol apa?"

Aldo mengeluarkan cokelat batangan dari dalam tas hitamnya. Itu dua Silverqueen Chunky Bar yang diikat cantik dengan pita warna merah maroon. Pertanyaanku, kapan ia membelinya?

"Sama mau ngasih ini juga."

Anak-anak yang tak sengaja melihat tindakan Aldo langsung tertawa dan bersiul-siul, apalagi melihat ekspresi wajahku yang berubah drastis menjadi lunak.

"Cieee," seru mereka berbarengan.

"Singanya langsung luluh cihuy!" teriak salah seorang cowok, yang membuatku ingin menggetok kepalanya.

Akan tetapi, Aldo sama sekali tidak merasa terganggu dengan mereka. Alih-alih terusik, raut wajah cowok itu justru masih serius dan lurus. "Aku minta maaf soal tadi. Aku tau aku salah, nanti nggak diulangi lagi, Vi. Janji," katanya kemudian bersama raut memohonnya.

"CIEEEEE!"

"ALDO SWEET BANGET!"

"ADOH KLEPEK-KLEPEK, DEH!"

Maka aku menunduk malu dan menyimpan senyum. Aku tidak mengerti apa yang tubuhku lakukan, tapi aku merasa bahagia karena dibuat merasa spesial di depan banyak orang. Malah lebih daripada itu, Aldo berhasil menciptakan kerumunan. Orang-orang yang tadinya berniat langsung pulang, kini diberi tontonan manis dan gratis yang biasa tayang di televisi-televisi. Ya ampun.

"Maafin aku ya, Vi?" pinta Aldo sekali lagi.

Cewek-cewek di sekitar menutup mulutnya dan berteriak tertahan. Dalam hati masing-masing, pasti mereka berharap bisa mendapatkan cowok sebaik dan setulus Aldo. Bodoh.

Dan kamu mau tahu siapa yang lebih bodoh lagi?

Aku.

Aku menerima permintaan maafnya begitu saja, padahal kami belum mengomunikasikan masalahnya sampai tuntas. []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro