2 || Tawa Getir
"Do, masalah ini nggak akan panjang kalau dari awal kamu ngertiin perasaan aku! Aku 'kan udah sering bilang juga, ngapain sih kamu deket-deket sama dia?"
Sekarang jam istirahat pertama yang dihabiskan oleh kami untuk berdebat di area lapangan basket. Aldo, seperti biasa, akan kabur jika aku membicarakannya terus-menerus seperti ini. Tadi ia hampir berhasil kabur. Tapi untungnya aku lebih jago mengejarnya sampai lapangan basket. Masa bodoh dengan panas matahari. Masalah ini jauh lebih penting.
Aldo mengusap rambut cepaknya frustasi. "Vi, tadi kita bahas OSIS. Kita punya proyek besar yang harus dikawal bareng-bareng. Tadi urusan organisasi, bukan yang lain!"
Napasku memburu. "Bahas OSIS? Terus kenapa bahas di luar rapat? Emang penting banget, ya? Sampai nggak mikirin perasaan aku? Penting banget sampai nempel-nempel aja dinormalisasi?"
Dan dicecar pertanyaan seperti itu, pacarku tampaknya semakin berang. Wajahnya memerah, aku yakin pengaruhnya bukan hanya panas matahari saja, tapi luapan emosi marah juga mulai menjadi bagian.
"Kamu ada masalah apa sih, sama dia?!" Aldo meninggikan nadanya. "Ada masalah pribadi ya selesaikan sendiri! Jangan orang lain juga kena!"
Maka mataku terbelalak. Aku heran, kenapa malah jadi dia yang emosi? Kenapa sejak pagi bukan aku yang divalidasi perasaan cemburunya? Astaga ... ada dosa apa hamba-Mu ini di masa lalu?
Aku tertawa renyah sembari menggelengkan kepala. "Terserah, deh." Kemudian pergi meninggalkannya di lapangan basket yang terik.
Lalu singkat cerita, aku menemukan mereka mengobrol asyik lagi di kantin pada jam istirahat kedua. Aku tertawa getir dari kejauhan. []
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro