Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16 || Pick Me

Aku melambaikan tangan ke arah Fira yang sudah berlalu dengan motornya. Menyisakan aku juga beberapa anak lain yang masih berada di parkiran. Jadi sekarang hari sudah sore dan langit mulai menunjukkan semburat jingga. Kelas sudah berakhir, karenanya parkiran sekolah kini tumpah-ruah dibanjiri oleh anak-anak yang ingin cepat sampai rumah.

Aku tidak ingin terburu-buru pulang sebab seperti biasa, aku mau menikmati jalan dan isi pikiran. Toh buat apa buru-buru, nanti juga terkena macet di mana-mana.

Selain daripada itu, aku juga sedang menimbang-nimbang soal permintaan yang akan aku ucap nanti kepada Ibu Peri. Sebenarnya aku sudah terpikirkan, hanya saja masih kurang yakin. Apakah nanti aku benar-benar akan meminta hal itu?

Ketika parkiran mulai berkurang intensitas orangnya, baru aku memakai helm lalu mengeluarkan motor dari barisan. Tapi lantas gerakanku tertahan karena mendengar percakapan telepon seseorang.

Bukannya apa-apa sih, tapi percakapan itu terdengar menarik.

"Hah? Sopirnya nggak bisa jemput? Terus aku pulangnya gimana, Pa?" rengeknya.

Aku menaikkan kaca helm dan melihat--dari spion motor--orang itu, Nadin, sedang merengek dengan Papanya di telepon. Dari percakapannya aku bisa mengambil kesimpulan, bahwa sopir mobil Nadin sedang berhalangan, makanya sekarang ia seperti anak kecil yang tidak diizinkan membeli mainan baru.

Manja betul.

"Kalau gitu aku pulangnya sama temen-temenku aja ya, Pa? Di sini tinggal ada Rayhan, Aldo, Danu."

Eh, tunggu ... apa?

Tinggal ada mereka?

Aku mendengus kasar.

"Iya Pa, cuma ada cowok aja. Yang lain udah pada balik. Gimana dong? Kalau naik ojek aku takut, Pa. Nanti kalau aku diculik gimana?"

Astaga, cewek ini benar-benar berlebihan. Maka selanjutnya aku bisa mengambil kesimpulan lagi bahwa Nadin ini tampak tidak diizinkan untuk berboncengan satu motor dengan laki-laki. Papanya pasti tipe orang tua yang protektif terhadap anak.

Tapi bodohnya juga, Nadin bilang bahwa tidak ada lagi cewek di sekolah? Padahal ada aku, dan BANYAK. Masih ada cewek-cewek lain yang bisa membantunya kalau cuma mau minta tolong pulang bersama.

Kenapa harus berbohong dengan orangtuanya?

Lagipula semua orang berkesempatan menculiknya kalau memang mau, jangankan ojek, teman laki-laki juga bisa. Dan sayangnya, kenapa juga ia harus berpikir negatif dengan profesi orang?

Ah, sudahlah.

Aku tidak habis pikir dengan cewek tengil satu ini. Buang-buang energi orang lain saja.

Jadi kemudian aku menurunkan kaca helm, dan mulai membawa motor untuk keluar dari area sekolah. Berusaha tidak peduli seandainya Nadin malah diantar pulang oleh pacarku sendiri, Aldo.

Karena memang benar ya, seperti kata orang-orang, semakin digenggam malah semakin menyakitkan. Yang rugi? Tentu saja diri sendiri. Maka alih-alih menggenggamnya semakin kuat, kini aku belajar untuk melepas sesuatu yang sudah tidak mau dipegang.

Jadi, selamat tinggal, Aldo. []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro