Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14 || Kehidupan Selanjutnya

Ini kali pertama aku dibawa ke UKS karena pingsan. Biasanya aku masuk ke ruangan UKS karena perutku melilit akibat maag yang kambuh atau mual-mual karena asam lambung yang naik. Intinya bukan karena pingsan. Karena aku pribadi tidak pernah pingsan seumur hidup.

Jadi ketika aku terbangun dari pingsan dan mendapati diri sudah di atas ranjang UKS, aku terkejut. Lebih terkejut lagi ketika didiagnosis anemia, karena kayaknya selama ini aku baik-baik saja.

"Bisa jadi anemia karena mukamu pucat banget, napasmu juga pendek, dan kepalanya pusing, 'kan?" tanya seorang cewek yang biasa menjaga UKS. Ia kakak kelasku, Kak Renatta, yang terkenal cantik dan pintar seantero sekolah (baca: Nadin menganggapnya sebagai saingan).

Ditanya begitu aku mengangguk lemah. Lidahku masih kelu untuk bicara.

"Kamu pernah punya riwayat vertigo?" tanya Kak Renatta lagi, dengan lembut.

Aku menggeleng, bermaksud tidak tahu, bukan tidak sama sekali.

Maka kemudian Kak Renatta mengeluarkan suplemen dari lemari obat-obatan, lalu diberikannya kepadaku bersamaan dengan segelas air. "Ini diminum dulu ya," pintanya. "Kalau masih sering pusing gitu, mendingan cek lab aja biar tau pastinya kondisi kamu. Beneran anemia atau enggak. Kalau anemia parah kan, sampai butuh tranfusi darah," jelasnya lagi.

Aku berusaha menegakkan tubuh, lantas mengambil suplemen dan segelas air itu. "Makasih, Kak." Aku menelan obatnya dan menegak segelas air. "Nanti aku ngomong sama orangtua dulu deh, Kak."

"Oke."

Kak Renatta memerhatikan gerak-gerikku. Lalu mengambil gelasnya kembali setelah aku selesai minum. Ia benar-benar sosok yang perhatian, sabar, tulus, dan lembut sekali. Pantas saja banyak cowok-cowok lebay yang datang ke mari untuk minta rekomendasi vitamin, atau pura-pura sakit sekalian bonus dapat perhatian. Orang penjaganya saja semenarik ini.

Aku tidak menampik kelebihan Kak Renatta, karena ia memang pantas menjadi idola cowok-cowok--calon istri ideal katanya. Selain itu, sikapnya juga seimbang. Ia tidak membedakan perilakunya di depan cewek atau cowok, itu yang kusukai. Sangat timpang sekali dengan tetangga sebelah.

"Tadi aku dibawa sama Aldo 'kan, Kak? Anaknya ke mana, ya?" tanyaku, yang mulai bertenaga.

Kak Renatta meletakkan gelas pada meja lalu kembali lagi ke sisiku dan menjawab, "Iya tadi Aldo yang bawa, terus ada cewek OSIS yang nyamperin ke sini. Habis itu mereka pergi. Kenapa? Mau aku panggilin?"

Cewek OSIS.

Aku meringis tertahan. "Enggak, Kak. Nanya aja."

Buat apa Nadin sampai ke UKS? Urusannya memang sepenting itu dengan Aldo?

Kak Renatta menganggukan kepala tanda mengerti. "Ya udah, kamu istirahat dulu, ya. Kamu kelas 11 IPA 2, 'kan? Nanti aku kabarin ke gurunya kalau kamu lagi sakit dan istirahat di UKS."

Aku memaksakan senyum hangat kepadanya, merasa sungkan karena merepotkan. "Makasih banyak ya, Kak."

Kak Renatta membalas senyumku dengan tulus. "Sama-sama."

Suaranya benar-benar lembut dan adem di pendengaran. Aku akan menyukai Kak Renatta kalau menjadi laki-laki di kehidupan selanjutnya, supaya tidak harus terjebak dengan pacar yang bermuka dua itu. []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro