Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[04]


✧ ✧ ✧

Semua berawal dari satu mulut yang membagi kalimat mematikan. Bersuara mengenai akhir kehidupan, dunia yang terbelah, juga harapan yang menguap. Kalimat pekat yang pada masanya dicurigai, dikecam, dihina, juga dihujat. Namun, yang disebut mendapat wahyu itu tidak pernah berlutut pada olokan.

Berkumpul bersama mereka yang berbagi pikiran sama, kelompok kecil itu justru semakin kokoh berdiri. Mempertahankan apa yang dipercaya.

Hingga satu per satu kalimat itu semakin berat dan memelintir takdir.

Retakan yang memotong-motong wilayah subur, amukan makhluk tanpa akal, dan kabut mematikan yang menarik setiap jiwa yang ia lewati, adalah perkara awal yang dihadapi dunia ini. Selanjutnya tidak ada yang berani bercerita, sebab mereka lebih memilih membunuh dirinya dibanding menderita di tanah yang tidak lagi penuh berkah.

Kini semua rekaman kengerian itu hanya tersimpan di dalam satu kepala. Makhluk terakhir yang bernapas di antara tumpukan mayat. Makhluk terakhir yang berdiri dengan kedua kaki di antara mereka yang tubuhnya tidak lagi dapat dikenali. Makhluk terakhir yang membalas tatapan Sang Akhir.

Sang Akhir, sosok besar mengisi langit hingga warnanya berubah mencekam dengan dua mata merah yang basah oleh darah.

Pria dengan rambut emas yang kini kehilangan warna itu menatap tegak lurus pada penghancur dunia.

Apa yang aku cari pada sebuah Akhir?

Ada masa saat kedua mata itu penuh harap. Kini dua manik hanyalah obsidian pudar, yang lelah menyaksikan sebuah Akhir. Sebagai manusia terakhir, tidak salah ia mempertanyakan perjuangan itu. Apalagi yang perlu diperjuangkan pada dunia di mana hanya ia seorang diri yang tersisa.

Langit gelap seketika robek, membuka ruang mematikan dengan ragam pedang penghabisan yang menarget hanya pada satu. Dulu kematian sangat terlihat menakutkan. Namun kini, membuka tangan pada akhir hidupnya tidak semenyeramkan yang dikira.

Ujian manusia tidak pernah mengenai kalah atau menang, melainkan kegigihan. Menjadi alasan mengapa pedang hitam berlumur darah terhenti tepat di atas kepala sang pria. Ia menarik pandangan dan menangkap, bahwa Sang Waktu, untuk pertama kali, berhenti berputar.

Seakan Pencipta Agung akhirnya memutuskan untuk memberi sedikit belas kasih pada ciptaan-Nya yang putus asa. Sayang, belas kasih itu lebih pantas digunakan untuk mengusap sisa kotoran di bokong Mereka. Tidak lagi berguna.

"KENAPA BARU SEKARANG-"

Belum sempat amarah itu seutuhnya terlampiaskan. Sebuah cahaya bersinar terang, mengikis tubuh Sang Akhir yang sudah menyelimuti satu dunia ini. Cahaya itu semakin lebar hingga surya pertama kali menyentuh tanah penuh darah, setelah ratusan tahun lamanya.

Kekacauan berakhir dengan nubuat yang tidak menjadi nyata. Semudah itu untuk menyapu bersih kekekalan sebuah Akhir, yang seharusnya dapat diberi sejak dari lama.

Rahathus, tidak lagi bersyukur. Ini bagai perderitaan lanjutan dari Akhir yang mereka sebut-sebut itu. Menjadi alasan mengapa ujung pedang miliknya kini mengarah pada lehernya yang terbuka.

Lebih cepat dari kesatria terkuat di dunia ini, suara cerita milik seorang wanita mengisi udara yang penuh keputusasaan.


"Begitulah kisahku yang tragis ini. Tidak perlu menunggu bagaimana ujung kisahnya, dipastikan akan sangat berantakan, yang kurasa tidak baik untuk kebanyakan orang."

Bagi Rahathus itu adalah pertama kalinya mendengar percakapan ringan dari lawan jenis. Suara yang selalu ditangkap tidak jauh dari teriakan. Tidak salah bila air mata mengalir deras pada wajah yang penuh peluh, debu dan darah.

Lalu dari cahaya yang menyilaukan muncul sebuah benda, perkamen tembus pandang yang berisi tiga baris. Suara merdu yang tertangkap telinga pun dipercaya berasa dari benda asing. Ia mendekat dan menyentuh kalimat yang bersinar.

Seketika suara merdu itu kembali mengisi telinga, menjadi satu-satunya lagu yang mengisi dunia sunyi akan kehidupan. Ia tidak perlu membayangkan wujudnya, hanya dari suara saja mampu membuat jantung berdetak keras, mirip ketika pertama kali dilahirkan.


Sebelum makhluk menyebalkan yang Rahathus sebut sebagai Pencipta angkat kaki dari dunia sunyi ini. Titah-Nya memenuhi pandangan.

"Wariskan kisahmu pada mereka yang pantas mendengarnya."

Bila itu artinya mengingatkan manusia lain pada Pencipta yang lalai menjaga ciptaan-Nya, maka ia bersedia. Sebuah luka tipis terbuka pada telunjuk lalu darah jatuh tepat pada perkamen tembus pandang.

Pada waktu bersamaan sebuah nama juga tanggal seketika muncul menyimpan sebuah kisah.

Rahathus, Februari 04

✧ ✧ ✧

Tema cerita: Apocalypse

Baca juga cerita [01] untuk dapat menikmati kisah ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro