Chapter 32
Tenn menumpahkan segala perasaan yang ia pegang sembari menggenggam erat tangan sang adik dengan kedua tangannya.
"Riku aku menyayangimu, aku sangat sedih jika kau terus seperti ini!"
"Kumohon bangunlah... Bukalah kedua matamu..."
"Aku bisa ambruk kapan saja jika terus begini..."
"Riku..."
.
.
.
Tenn berusaha keras menghentikan air matanya, namun itu tidak berhasil. Tangisan Tenn semakin menjadi jadi, Tenn menangis dalam diam dan air mata berjatuhan dengan deras.
Tapi Tenn tidak menyadari bahwa...
Dia telah menerima hadiah ulang tahunnya...
Riku membuka kedua maniknya yang telah lama terpejam, Riku langsung menoleh ke arah sang kakak yang masih menangis. Wajah Tenn terlihat sangat menderita membuat Riku menjadi sangat sedih.
Meskipun terasa kaku dan tidak bertenaga, Riku berusaha mengangkat tangannya perlahan. Riku mengarahkan satu tangannya menuju wajah Tenn dan mengusap pipi Tenn yang penuh air mata dengan lembut.
Merasakan sentuhan di salah satu pipinya, Tenn membuka mata yang awalnya ia pejamkan. Betapa terkejut dan bersyukurnya Tenn melihat sang adik yang telah bangun dari tidurnya.
"Kakakku sayang jangan menangis" Ujar Riku pelan dengan satu tangannya yang mengusap air mata Tenn.
Tenn memegang tangan Riku yang mengusap pipinya dan menggenggamnya erat, dengan air mata yang masih mengalir.
"Riku.."
Riku membalas genggaman tangan Tenn "Maaf aku membuat Tenn-nii bersedih"
"Tenn-nii bisakah kau membantuku duduk, tubuhku terasa lemah..." Pinta Riku.
Tenn menuruti permintaan Riku, ia berpindah ke tepi ranjang dan membantu Riku bangun dari posisi tidur.
Setelahnya Tenn membuat tubuh sang adik bersandar padanya, lebih tepatnya Tenn membawa Riku ke dalam pelukannya.
Karena Riku masih lemah ia tidak bisa bergerak semaunya. Ia ingin membalas pelukan itu namun tubuhnya sangat lemah terlebih dia tidak makan dan minum selama setahun.
"Tenn-nii maaf... Aku membuat Tenn-nii menderita" Ucap Riku kembali.
"Dasar bodoh!" Balas Tenn
"Tenn-nii kau tau aku berada di ruangan gelap dalam waktu lama. Di sana sangat gelap dan tidak ada apapun selain aku sendiri, aku sangat ketakutan di sana"
Tenn mendengarkan cerita Riku dengan seksama "Ruangan gelap?"
"Iya.. Disana aku melupakan siapa diriku, aku merasa kalau aku melupakan sesuatu yang penting. Lalu aku seperti mendengar suara Tenn-nii, lewat suara itu aku tau jika Tenn-nii merasa sedih... Karena aku tidak segera bangun" Sambung Riku.
"Tapi syukurlah aku bisa keluar dari ruangan gelap itu dan saat bangun ada Tenn-nii di sampingku... Sedang menangis... Maaf Tenn-nii" Ucap Riku lirih.
"Dasar adik yang nakal! Lain kali jika kau membuatku menunggu lama aku akan memarahimu" Balas Tenn tersenyum kecil sembari mengelus kepala Riku.
Riku tersenyum lembut dan menikmati belaian Tenn yang ia rindukan. Waktu sangat cepat berlalu, namun selama 1 tahun ini bagi Tenn terasa sangat lama.
Tenn mengeluarkan seluruh perasaannya... Sedih, marah, dan juga bahagia. Tenn sangat bersyukur, kali ini Tenn bertekad tidak akan membiarkan hal buruk kembali terulang. Masalah sudah tuntas jadi mereka bisa menghabiskan waktu dengan nyaman dan bahagia.
"Selanjutnya aku mendengar suara ibu..."
Riku memegang tangan Tenn yang masih memeluknya "Aku tidak merasakan sakit yang seperti sebelumnya.."
"Jantung ini milik ibu iya kan..."
Setelahnya Riku diam dan tidak mengatakan apapun, suasana menjadi hening membuat Tenn menjadi khawatir.
"Riku..."
Riku tidak menjawab panggilan Tenn, pandangan mata Riku tertuju lurus ke depan.
Beberapa saat kemudian Tenn merasakan air menetes pada tangan dan membasahi sedikit bajunya.
"Tenn-nii aku... Baru saja melihat ibu, jadi ibu sungguh telah tiada dan.. Ini karenaku"
"Meski ibu telah mengatakan ini bukan kesalahanku, tapi tetap saja..."
"Tetap saja aku merasa bersalah"
Nada bicara Riku terdengar bergetar karena dirinya menangis. Riku meremas selimut yang menutupi kedua kakinya.
"Aku membuat ibu... Tia..da"
"Ini kesalahanku... Ibu tidak akan... Pergi, jika bukan karenaku.."
"Riku-"
Air mata mengalir keluar dari kedua matanya "Aku selalu saja menyusahkan dari kecil.."
"Dengarkan aku-"
"Aku membuat semua orang khawatir...."
"Aku membuat Tenn-nii menderita..."
"Riku..."
"Aku... Aku ini pembawa sial!"
"Aku seharusnya tidak dilahirkan ke dunia ini-"
"Riku dengarkan Tenn-nii!"
Tenn melepaskan pelukannya dan memangkuk wajah Riku. Tenn menghela nafas dan memberikan senyuman tulus kepada Riku.
"Semua akan baik baik saja"
Tenn menempelkan dahi nya pada dahi Riku "Jika kau merasa sangat bersalah, aku juga begitu. Kita adalah saudara kembar Riku, apa yang kau rasakan aku juga akan merasakannya"
"Jangan menyalahkan dirimu sendiri, ibu akan merasa sedih jika melihatmu seperti ini"
"Aku sangat bersyukur bisa terlahir bersamamu"
"Apa Riku tidak senang jika terlahir bersamaku?"
"Tentu saja aku senang! Aku sangat bersyukur karena terlahir sebagai adik kembar Tenn-nii... Tapi.."
"Kau bisa membalas pengorbanan Ibu, kau hanya tinggal hidup dengan nyaman dan bahagia. Ibu akan senang jika kau melakukan itu" Ujar Tenn menghapus air mata Riku.
"Benarkah?... Apa tidak masalah aku meminjam kehidupan ibu?"
Tenn beralih memeluk Riku dan mengelus bagian belakang kepala "Kehidupan itu sekarang milikmu, maka dari itu jalani hidupmu tanpa penyesalan"
"... Baiklah...."
Setelah Riku sedikit lebih tenang Tenn memberitaukan pada Akira untuk memeriksa kondisi Riku. Tentu Akira sangat senang, wajahnya berseri seri karena temannya telah bangun.
Akira membawakan beberapa makanan untuk Riku, Akira bilang jika Riku harus makan banyak untuk mengembalikan energinya.
"Akira apa aku boleh meminta obat penurun demam?" Tanya Riku, saat ini ia ada di dalam kamar bersama Akira.
"Boleh sih, tapi kau kan tidak demam Erin" Balas Akira nampak bingung.
Riku menatap aneh wajah Akira yang saat ini terlihat seperti orang polos. "Aku terkadang bingung apakah kau benar benar dokter"
"Aku ini dokter Erin, jangan meremehkanku hahaha!" Balas Akira dengan nada sombong.
"Terus kau itu gatau atau pura pura gatau?!" Tanya Riku kesal.
"Apanya?" Tanya Akira
"... Ya sudah berikan obatnya saja"
"Oke"
"Oh ya sekarang tanggal berapa?"
"9 Juli ****"
"Apa?" Riku bertanya memastikan telinganya berfungsi dengan baik.
"Kau koma hampir 1 tahun" Jawab Akira keluar dari kamar setelah memberikan Riku apa yang diminta.
"Pastikan Tenn-san sudah makan sebelum minum obat, kalau ada yang kau butuhkan atau Tenn-san tambah parah, beritau aku" Intruksi Akira.
"Ternyata kau tau toh..."
"Kan aku dokter!!"
Riku memasang ekpresi serius membuat Akira yang melihat itu kembali serius juga "Apa ada yang ingin kau tanyakan Erin?"
"Tolong jelaskan apa saja yang terjadi dari saat itu"
🌹🌹
Langit mulai berganti gelap dan matahari mulai turun berganti dengan bulan. Riku sedari tadi masih bangun, karena ia benar benar tidak mengantuk saat disuruh tidur.
Riku menaruh buku yang baru saja selesai dibacanya dan beralih menoleh ke arah Tenn yang tidur dengan bersandar pada bahunya.
Tenn tertidur karena efek obat penurun demam.
*Ceklek
Tak lama pintu ruangan Riku terbuka menampakkan 2 member Trigger.
"Yo Nanase syukurlah kau sudah bangun" Sapa Gaku dengan suara sedikit pelan.
"Yang lain sedang sibuk tapi mereka sangat senang mengetahui kau sudah sadar" Ryuu~
"Arigato Yaotome-san Tsunashi-san"
"Emm... Gomene aku membuat center Trigger jatuh sakit" Ucap Riku.
"Itu salah bocah itu sendiri karena tidak menjaga kesehatan" Gaku~
"Haha.. Hati hati nanti kena marah Tenn-nii loh" Goda Riku.
"Apaan sih? Jelas tuh bocah masih ngorok" Balas Gaku sedikit kesal.
"Gaku kalau suaramu sekeras itu lama kelamaan nanti Tenn beneran bangun" Ucap Ryuu.
"Ah.. Yaudah daripada buang buang energi ayo kita kembali. Aku ogah diomeli bocah itu" Balas Gaku.
"Hahaha... Riku-kun kami akan datang besok, jaga diri ya. Kami pamit dulu~" Ujar Ryuu berpamitan.
"Jangan banyak gerak Nanase cukup istirahat di sana sampai sembuh!"
Riku melambaikan tangan sebagai pengantar kepergian 2 member Trigger, lantas menoleh ke arah Tenn yang masih terlelap.
"Yaotome-san memang orang yang baik" Monolog Riku.
Riku menghela nafas untuk kesekian kalinya dan menatap langit langit.
"Seharusnya aku lebih cepat bangun, tak kusangka aku tertidur hampir 1 tahun. Aku membuat semua orang cemas..."
"Hari ini 9 Juli ya...."
Riku menaruh kepalanya di atas kepala Tenn yang bersandar pada bahunya.
"Selamat ulang tahun Tenn-nii~"
"..."
"Maaf aku membuat Tenn-nii menjadi stress dan berakhir sakit. Seharusnya aku tidak membuat Tenn-nii menunggu lama, Tapi..."
"Terimakasih telah selalu bersamaku"
"Terimakasih telah menungguku..."
Riku memejamkan kedua matanya, sebelum memasuki alam mimpi Riku mengatakan sesuatu...
"Aku sangat menyayangimu Tenn-nii... Baik sekarang maupun seterusnya"
"Terimakasih telah terlahir sebagai kakakku"
Tak lama Riku sudah terjatuh ke alam mimpi, Tenn membuka kedua matanya dan menampakkan senyum tulus di wajahnya. Tenn sebenarnya sudah terbangun saat 2 member Trigger datang.
"Terimakasih juga telah terlahir sebagai adikku"
"Aku juga sangat menyayangimu Riku"
Tenn menggenggam tangan milik Riku sebelum kembali menuju alam mimpi.
To be Continue~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro