Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 29 (😭)

Keributan sudah tak terelakan bahkan sempat ada yang mengambil foto di situasi seperti itu. Akira selaku polisi mengungsikan fans dan para idol terlebih dahulu.

Akira terlihat sedih di saat yang bersamaan ia bingung harus bagaimana. Api telah menjalar kemana mana dan jalur untuk menyelamatkan si kembar tertutup api. Butuh beberapa menit menunggu pemadam kebakaran.

Akira semakin kesal karena pemadam tak kunjung datang, terlebih asap telah memenuhi stadion.

Tenn terbatuk batuk karena asap memasuki penciumannya. Tenn berusaha memfokuskan pandangan matanya yang mengabur.

"Riku"

Tenn mendapati tubuh Riku yang berada tepat di atasnya serta satu tangan Riku menjadi sandaran kepala Tenn agar tidak terbentur.

Tenn menatap ngeri lampu panggung yang jatuh dan sudah pecah. Meski beberapa tulangnya terkilir, Tenn berusaha membangunkan tubunya dan balik menopang tubuh Riku.

"Riku buka matamu!!"

Mata Tenn berkaca kaca dan air mata mulai berjatuhan deras. Tenn berusaha menghentikan pendarahan di kepala Riku, Tenn semakin kelabakan melihat kostum adiknya penuh darah. Meski begitu darah terus mengalir keluar dari area perut dan kepala Riku.

"Be-Bertahanlah kumohon..."

"Siapun... Siapapun tolong adikku!!"

Tenn bingung harus melakukan apa karena di sekelilingnya hanya ada api. Mau menerobos pun itu akan berbahaya baginya dan Riku.

Nafas Tenn menjadi sesak karena asap semakin tebal sehingga oksigen yang ada berkurang. Tenn memeluk tubuh Riku karena api semakin mendekat ke arah mereka.

"Riku"

"Riku bangunlah!"

Rasa takut akan kehilangan semakin memenuhi Tenn, Ia takut adiknya akan kesusahan bernafas. Tenn terus berteriak berharap seseorang akan segera menolong adiknya.

4 menit berlalu...

Meski hanya 4 menit bagi Tenn itu sangat lama. Riku semakin banyak mengeluarkan darah. Tenn melakukan segala cara, berteriak dan berdoa agar Riku baik baik saja.

"Setidaknya biarkan adikku tetap hidup" Ucap Tenn masih memeluk tubuh adiknya.

Tak lama bayangan beberapa orang mulai terlihat. "Erin, Kujou!!" Panggil Akira berteriak keras.

Meski terbatuk batuk Tenn berusaha berteriak agar Akira mendengarnya "Kami di sinii!!! Tolong cepatlah!!"

Tak lama api sedikit padam dan terlihat Akira masih kesusahan memastikan keberadaannya karena asap. Tanpa basa basi Tenn mengangkat tubuh adiknya dan menghampiri Akira.

"Tenn-sa- Erinn?! Cepat bawa ke mobill!" Titah Akira pada asistennya. Kedua saudara itu diungsikan dan segera dilarikan ke rumah sakit. Akira mempercayakan urusan stadion itu kepada bawahannya.

Air mata masih mengalir keluar, Tenn terus memanggil nama adiknya. "Detak jantungnya sangat lemah... Ba-bagaimana ini? Ba-bagaimana?"

Akira mengebut dan memastikan tidak menabrak, ia berusaha untuk setenang mungkin "Tenanglah Tenn-san aku pasti akan menyelamatkan adikmu, Erin pasti baik baik saja"

'Kumohon bertahanlah sebentar Erin!' benak Akira.

***

Sesampainya di rumah sakit Riku segera dilarikan ke UGD dan Akira masuk sebagai dokter.

Tenn awalnya memaksa masuk tapi ia dipaksa untuk menunggu di luar. Akira berjanji akan berusaha sekeras mungkin untuk keselamatan Riku.

Tenn mondar mandir dan menggigit ujung jempolnya, keringat terus bercucuran dari wajahnya bercampur dengan bekas air mata.

Beberapa menit setelah terlihat member Idolish7 berlari masuk dengan terburu buru disusul oleh 2 member Trigger dan Re:vale.

Yamato yang pertama sampai melihat Tenn yang mondar mandir. "Kujou ini bercanda kan?"

Tenn tidak menjawab karena dipikirannya hanya dipenuhi oleh Riku yang menjadi seperti ini karena melindunginya.

"Nanase-san baik baik saja kan?" Sejujurnya Iori tau jika Riku tidak baik baik saja. Ia hanya berusaha menghibur dirinya dan berharap ini hanyalah mimpi.

"Kujo bagaimana Riku?! Riku baik baik saja kan?! Iya kan?!" Mitsuki~

"Riku-kun pasti baik baik saja kan?" Tanya Sogo dengan nada bergetar kepada Tenn.

"Hiks... Tenten.. Ini bohong.. Hiks.. Iya.. Kan hiks" Tamaki~

"Kujoushi bagaimana kondisi Riku?" Nagi~

"Tenn-kun sebenarnya apa yang terjadi?!" Yuki~

"Riku hanya pingsan biasa kan? Bagaimana keadannya?!" Momo~

"Kujou kenapa kau hanya diam?! Hei jawab kami.. Riku baik baik saja kan.." Mitsuki~

"Tenn-"

Tenn menjadi kesal karena mereka mengajukan pertanyaan yang jelas sudah mereka ketahui sendiri, terlebih emosi Tenn saat ini sedang tak karuan. "TIDAK BISAKAH KALIAN DIAM?!!!! BUKAN HANYA KALIAN YANG MERASA SEDIH DAN KHAWATIR!!" Bentak Tenn.

Para Idol terkejut melihat Tenn membentak mereka, sejujurnya mereka yang salah karena mendesak Tenn dengan pertanyaan yang mereka sudah tau jawabannya.

"RIKU KRITIS! PUAS KALIAN?!!!" Bentak Tenn namun kini air mata menyertai bentakannya.

Wajah Tenn terlihat sangat tersiksa, para Idol tentu tau jika Tenn adalah yang paling menderita di sini.

"DAN ITU KARENA SALAHKU!! RIKU MENJADI KRITIS KARENA MENYELAMATKU!! AKU...aku.. Itu salahku!!" Racau Tenn.

"Itu kesalahanku!! Aku pembawa sial bagi Riku!"

Ryuu mendekati Tenn dan memeluknya, Tenn sangat rapuh di keadaan seperti ini. "Tenn jangan salahkan dirimu. Riku-kun pasti akan marah jika kau begitu"

"Dengar Tenn, adikmu pasti baik baik saja!" Gaku~

Setelahnya mereka menunggu dari luar, berharap jika Riku baik baik saja. Hingga 30 menit berlalu...

Pintu dibuka dan Akira keluar dengan raut wajah yang jelas merasa sedih.
"Tenn-san kondisi Erin kritis, tulang² nya banyak yang retak, di bagian perut pendaharannya sangat banyak karena tertusuk pecahan kaca, kepalanya juga sama. Terlebih asap tadi memenuhi paru parunya, ia jadi kesulitan bernafas. Begini... "

Akira menghela nafas dalam. "Karena hal itu kemungkinan Erin hanya akan bertahan sampai besok. Kusarankan untuk segera melakukan transplantasi dan berbagai operasi, jika tidak ini akan terlambat. Tapi..."

Akira menundukkan kepalanya, sementara Tenn dan para idol menyimak perkataannya. "Meski sudah melakukan transplantasi dan operasi.. Kemungkinan selamatnya... Hanya... 30%"

Tenn menjadi marah dan menarik kerah baju Akira "A-apa... Ka-kau bohong kan... Hei Riku baik baik saja kan!"

"Tenn!" Gaku menarik Tenn supaya melepaskan Akira.

"Aku saja"

"Ya?"

"Berikan jantungku pada Riku" Ujar Tenn.

"Apa?!"

"Kujou-san jangan! Nanase-san pasti akan sangat sedih jika kau melakukan itu" Tolak Iori.

"Jadi kau akan membiarkan Riku mati begitu?" Balas Tenn.

Mendengar balasan dari Tenn membuat Iori tidak bisa berkata kata, karena ia sendiri tak ingin kehilangan rekannya. Tapi Riku akan merasa sedih jika saat bangun nanti Tenn tidak ada.

"Ambil saja jantungku dan segera lakukan operasinya!" Tenn~

"Tapi Tenn kemungkinannya hanya 30%.. Bagaimana...bagaimana jika operasinya gagal dan kami kehilanganmu juga!" Momo~

"Masih ada kesempatan meski itu hanya 30% sekalipun. Akira-san berikan jantungku pada Riku" Ucap Tenn menatap Akira.

Akira terdiam dan memutuskan akan menyetejuinya atau tidak. Ia merasa ragu karena Riku itu sangat menyayangi Tenn.

"Kau yakin? Aku hanya memperkirakan, tapi bagaimana jika Erin.. Bunuh diri karena berpikir jika ia menyebakanmu meninggal?"

"Riku tidak akan melakukan itu!"

"sebelum Erin kembali ke jepang, dia selalu menangis di setiap malam karena merindukan kakaknya dan berharap bisa menghabiskan waktu bersamanya. Coba kau bayangkan bagaimana perasaannya saat tau kau sudah tidak ada lagi di dunia ini?"

Tenn meremas bajunya kuat "Kalau begitu apa kau memikirkan bagaimana perasaanku jika Riku menghilang selamanya"

"Aku tidak bisa hidup di dunia ini jika Riku tidak ada! Bagiku Riku lebih beharga daripada nyawaku.. Dan Riku masih memiliki teman² yang akan selalu mendukungnya" Ucap Tenn menatap member i7.

"Tenn..."

Akira akhirnya menyetujui permintaan Tenn, sejujurnya ia tak ingin kehilangan salah satunya. Akira kembali menghela nafas dalam "Baiklah-"

"Tidak! Diantara Tenn dan Riku tidak akan ada yang mati!" Sahut seorang perempuan paruh baya yang datang bersama Takamasa.

Tenn membelalakkan mata terkejut melihat sosok ibunya yang sudah lama tidak dilihatnya. Seorang perempuan paruh baya dengan surai dan manik yang sama dengan Tenn berjalan mendekat ke arah mereka.

"Kaa-san.."

"Eh?" Gaku dan yang lain sedikit loading dan baru mudeng jika perempuan paruh baya itu adalah ibu dari si kembar.

Ibu Nanase itu mengelus kepala putra yang sudah lama tak dijumpainya secara langsung. "Tenn kau sudah sebesar ini ya, kalian berdua tumbuh sangat cepat... Ibu senang melihat kalian tetap akrab dan saling menjaga. Kedepannya tolong jaga adikmu ya"

Ibu Nanase itu menghadap Akira "Saya adalah ibu dari Nanase Riku, Saya akan mendonorkan jantung dan organ lain untuk anak saya"

"Apa anda yakin?" Tanya Akira sebelum membuat keputusan.

"Saya yakin, tolong selamatkan Riku"

"Sebelumnya saya ingin meminta sesuatu pada anda Nyonya Nanase" Ucap Takamasa yang datang bersama Ibu si kembar.

"Meminta apa Takamasa-san?" Tanya Nyonya Nanase.

"Tolong ijinkan Tenn kembali memakai marga Nanase" Pinta Takamasa sedikit membungkuk.

"Apa? Tunggu sebentar ada apa ini?" Tanya Tenn bingung.

"Bagaimana keputusan anda?" Tanya Takamasa mengabaikan Tenn.

Nyonya nanase itu tersenyum tipis dan mengangguk pelan. Lantas berpamitan kepada Tenn untuk terakhir kalinya.

"Tenn aku memberitau ibu kalian tentang penyakit Riku dan ia ingin mendonorkan jantungnya. Serta.. Aku menarik nama keluarga yang kuberikan padamu, kembalilah seutuhnya menjadi saudara Riku, Nanase Tenn. Hanya itu yang bisa kulakukan untuk menebus kesalahanku" Jelas Takamasa dan tersenyum tulus di akhir, bahkan para Idol di sana nampak terkejut melihat ketulusan dari Takamasa.

Tenn dibuat tak bisa berkata apa apa, sungguh banyak kejadian tak terduga yang terjadi. Tenn bingung bila harus memikirkannya satu per satu, dia harus fokus kepada satu hal... Yaitu keselamatan adiknya.

Meski Tenn merasa sedih ketika ibunya akan mendonorkan jantungnya, namun.. Meski susah, Tenn memutuskan untuk memilih Riku. Air mata kembali berjatuhan membasahi pipi yang sebelumnya masih tersisa bekas air mata.

Tak lama lampu menyala merah menandakan operasi akan segera dimulai.

Masing masing merasa gugup, sedih, khawatir, dan sebainya. Mereka berdoa agar Riku dapat selamat meskipun kemungkinannya kecil.

3 jam berlalu..

Tak lama atensi teralihkan pada Zool yang datang dengan berlarian. Mereka baru saja mendengar insiden yang terjadi.

"Bagaimana keadaan Riku?!" Tanya Touma yang panik

"Saat ini operasi sedang berlangsung, kami masih menunggu" Jelas Yuki.

"Loh kalian berhasil mendapat pendonor..Siapa pendonornya?" Torao~

"Mamanya Tenn dan Riku" Jawab Momo.

Minami hanya menghela nafas dan berdiri bersandar pada dinding rumah sakit. Sebenarnya Minami baru saja selesai mengurus masalah Katakagi dulu.

Haruka memasang ekspresi yang sulit ditebak, ia sebenarnya panik dan khawatir namun disembunyikannya. Haruka berjalan pelan dan mengintip dari luar jendela pintu operasi.

Haruka mengerutkan alisnya bingung mendapati perawat yang terlihat panik serta Akira yang membawa suatu alat, terlihat jelas jika Akira sepertinya berteriak dan juga menangis.

Haruka mengalihkan tatapan mata pada layar hijau berharap jika apa yang terlintas di benaknya hanyalah prasangka buruknya. Haruka memfokuskan pandangan dan seketika matanya terbelalak.

Ekspresi wajahnya menjadi sedih dan dipenuhi keringat, tubuh Haruka bergetar, ia menutup mulutnya dengan tangan dan mundur perlahan. Haruka hampir saja terjatuh jika Minami tidak menahaninya.

"Ada apa Isumi-san?" Tanya Minami.

"I-i-itu..."

"Ada apa Isumi?!" Tanya Mitsuki yang tiba tiba menjadi panik. Tidak hanya Mitsuki seluruh idol di sana tiba tiba terlihat panik.

"Itu.... Hiks.. I-itu.. Di-di-dalam.. Hiks" Haruka tidak bisa menjelaskan dengan kata kata, hatinya terasa sakit jika memgucapkan apa yang baru saja dilihatnya.

"Ada apa Haru-kun?!" Tanya Yuki, tidak ada yang berani mengintip lewat jendela.

"Kau kenapa sih Isumi-san?!" Tanya Iori berharap pikirannya salah.

Tenn berdiri dan ingin melihat sendiri apa yang dilihat Haruka sampai ia menangis seperti itu.

Pertama Tenn melihat perawat dan Akira yang terlihat kelabakan, lantas Tenn mengalihkan pandangan ke layar hijau. Jantungnya berdegup kencang, keringat masih bercucuran dari tubuhnya.

Mata Tenn terbelalak melihat hanya ada garis putih lurus pada layar hijau itu.

Haruka yang masih merasa syok kembali membuka mulutnya untuk menjawab orang orang yang terus melontarkan pertanyaan padanya.

"R-Riku.. Riku-san... "

"De-detak jan-jantungnya... Be-berhenti.."

"!!"

.
.
.
.
.
To be Continue

Jangan lupa mampir jika berkenan n berikan vote untuk menghargai kerja keras author☺
Ja bye bye~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro