1: Permulaan
To Artha,
Boy I've Loved Before
💌🍦🌈
_______
NAMA lengkapnya Artha Timotius Chandra.
Laki-laki tulen. Tinggi, ganteng, pintar, ramah, dan yang paling penting; baik hati dan sangat budiman. Oh, oh! Satu lagi. Statusnya single, jadi pria super ini bisa digebet siapa saja.
Sayangnya, status Irene dan cowok itu hanya teman sekelas. Payah total. Mengobrol pun hanya sepatah dua kata. Kalau bukan karena dimintai tolong oleh Ibu Sarah untuk membagikan hasil ujian, Irene yakin bunyi "Terima kasih," dari bibir Artha takkan pernah ia dengar.
Bukan soal Artha irit bicara, tapi memang mereka bukan teman dekat. Teman sekelas. Titik. Tidak lebih. Yang lebih cuman perasaan Irene. Ha. Bodoh. Sampai-sampai Irene kehabisan akal cara menjelaskannya sebab isi kepalanya hanya ada Artha, Artha, dan Artha.
Bagaimana, yah, Irene Valeria punya hati yang gemar berontak. Dia sudah berulang kali menceramahi hatinya untuk tidak tertarik pada Artha, tapi tetap saja sang hati mengarah ke sana. Bebal sekali.
Hati Irene terlalu bebal untuk kalem sementara pesona Artha terlalu tebal untuk dipatahkan.
Namun sebagai wanita berprinsip "gengsian is my style, you better shut up!"ㅡIrene berusaha memendam dan tidak ingin mengumbar perasaannya kemana-mana. Sebab ia tipe wanita pasif. Cupu memang, padahal ini sudah tahun 2019.
Irene tak punya banyak keberanian, yang bisa ia lakukan hanya menuangkan semua perasaan kagumnya terhadap Artha pada sebuah diari berwarna kuning muda kehijauanㅡsudahlah, sebut saja kuning. Lagipula di mata laki-laki semua warna terlihat sama.
Pada sang diari kuning, Irene suka mencurahkan semuanya. Mulai dari betapa keren dan seksinya rambut basah Artha saat terlapis peluh usai bermain basket, kemudian betapa macho Artha saat menghadiri acara Sport Day dengan baju kaus kasual yang sederhana
Atau juga yang paling berkesan, impresi pertama mereka. Saat itu Artha dengan kerennya membantu Irene mencari air mineral karena ia tidak bisa minum soda di hari pertama Masa Orientasi Sekolah.
Hanya satu kebaikan itu saja. Serius. Tahu-tahu Irene sudah jatuh cinta dan jatuh terperosok lubang teman-sekelas-zone. Itu zona baru terobosan apa pun sebenarnya Irene tak tahu. Tapi kira-kira seperti ituㅡmirip Artha alias tidak jelas.
Faktanya Artha Timotius Chandra memang sosok yang selalu seperti itu. Dia hobi membantu banyak orang. Bersikap baik kepada semua orang dengan wajah tampan dan dengan tidak sopannya bertutur manis hingga membuat para wanita jatuh cinta.
Padahal Artha tak berniat menggubris satupun. Kedengarannya memang kurang ajar, tapi sebenarnya, itu tak disengaja apalagi direncanakan. Artha hanya terbiasa bersikap baik tanpa jalinan romansa.
Tidak tahu salah Artha yang terlalu baik, atau salah Irene (dan siswi lain) yang salah mengartikan. Artha Timotius suka membuat ketenangan dan kegaduhan di saat yang sama. Tenang karena tutur kata dan attitude manisnya sampai tanpa izin membuat kegaduhan di jantung orang dengan senyumnya yang menyilaukan mata.
Haish. Sudahlah. Intinya, Irene sangat menyukai Artha Timotius Chandra! Kalian semua sudah tahu, kan?
Sumpah, itu fakta yang tak terelakkan kendati Irene ingin mengubur rahasianya dalam-dalam. Ini sebuah dilema sepanjang abad, asal kalian tahu. Jika tak dituangkan dalam tulisan, hari-hari Irene bakal dihantuiㅡmalahan digentayangiㅡdengan skenario imajinatif ala drama.
Ada macam-macam. Kalau mau tahu, salah satunya ada adegan saat Irene menembak Artha di bawah pohon dekat halaman sekolah. Hasilnya bagaimana? Yah, kalau di mimpi, tentu saja Irene diterima. Ha. Ha. Ha.
Arthaㅡdalam mimpi ituㅡmalah memeluk Irene dengan erat dan berbisik dengan lembut sekali, "Harusnya kamu sabar sedikit. Biar aku duluan yang menyatakan perasaanku."
Wadidaw. Prikitiw. Sudah cukup kehaluan ini. Jangan tiru Benedicta Irene dari novel wattpad yang ia baca semalam, pikirnya seraya mengingatkan diri dan menguatkan iman.
But, yeah. Namanya juga mimpi.
Selagi gratis, percantiklah sebanyak mungkin. Sebab kalau di dunia realita, peluang Irene ditolak itu lebih tinggi. Mungkin sekitar sertus dua puluh tujuh koma sembilan persen. Hasil statistik mengatakan: Ending-nya pasti jelek.
Alasannya sederhana saja. Irene itu hanya gadis sederhana.
Cukup, 'kan?
Oh. Masih belum paham.
Jadi begini... Artha Timotius itu cowok luar biasa. Sedangkan Irene Valeria hanya cewek biasa.
Lagipula, dari begitu banyak teman perempuan yang mengitari lingkungan Artha, banyak sekali yang cantik dan menarikㅡbeberapa diantaranya seksi dan punya dada besar yang ugh, Irene iri sekali. Dia juga mau punya yang begitu. Meskipun Irene pernah iseng menyumpal dengan pad busa milik Mama atau bahkan kaos kaki sekalipunㅡIrene tetap tidak ditakdirkan punya buah bulat seksi seperti itu.
Oke, kembali ke topik. Sehingga inti dan konklusinya, mengapa pangeran Artha harus repot-repot melirik seorang Irene Valeria yang tidak punya kelebihan apa-apa untuk ditonjolkan?
Sederhana sekali, bukan?
Yup! Dan... Kesederhanaan itu mendadak membuncah jadi bahan tertawaan dan buah bibir paling hangat seantero sekolah. Itu adalah ketika suatu hari semua fakta rahasia yang dipendam Ireneㅡsi gadis upik abuㅡitu dicetak banyak-banyak dan dipajang di mading sekolah.
Surat cinta anonim untuk Artha Timotius Chandra.
Saat itulah opera sabun murahan ini mulai punya jam tayang.
_____
》 Kepada Artha, laki-laki yang kusukai.
Aku suka sekali padamu, sebanyak anak gendut yang suka makan es krim.
Setahuku kamu tidak suka makan cokelat dan kue. Jadi kalau es krim, kamu pasti suka, 'kan?
Seandainya aku punya keberanian, aku akan berdiri dengan percaya diri bersama rambut panjang bergelombang cantik dan tubuh semampai sembari menatapmu dengan seksi. Kira-kira kau akan terpana, 'kan?
Habis itu akan kuajak kencan makan es krim sampai puas. Soalnya aku suka es krim. Apalagi kalau makannya sama kamu. Hehehe.
Soal pintar mungkin aku biasa saja. Menulis puisi juga biasa saja. Tapi kalau urusan berimajinasi aku luar biasa. Talentaku hanya itu.
Tapi, wahai Artha Timotius Chandra... Meskipun hanya ada 0.01% peluang bahwa kamu akan melihat isi diariku, maukah kamu kencan es krim bersamaku? 《
_____
"Anjay! Siapa yang nulis?"
"Ciyeeeeee Artha! Dari siapa, tuch?"
Ya Tuhan. Di detik ini, Irene lebih menyesal karena pernah menulis diari daripada pernah makan Indomie Boba. Gadis itu sudah berlari tanpa arahㅡkemana saja yang penting dia aman dari keramaian!
Meskipun surat itu anonim dan anak-anak masih menerka-nerka siapa penulis aslinya, rasa malu itu masih menjalar ke akal sehat Irene. Pertama, dia menggunakan kata-kata menjijikkan seperti 'menatapmu dengan seksi'. Dua, berani sekali ia mengajak Si Ganteng Artha untuk kencan es krim menajiskan itu?!
Oh My God. Muka Irene tidak bisa dipindah ke pantat begitu saja. Sekarang wajahnya harus ditaruh dimana?
Ia tak sanggup membiarkan kepala beserta sepasang netranya terletak di atas leher dan harus pergi ke sekolah dengan tatapan polos. No, no, no!
Di satu sisi kepanikan, sisi lain Irene mulai mensugesti diri. Okay. Sekarang tarik napas. Tenangkan diri dan stay cool. Jangan berlagak aneh dan coba pikirkan apa yang bisa dilakukan. Ia berusaha kalem meski dari cermin toilet dahinya jelas mengernyit gelisah.
Mulai sekarang, 'Irene Valeria menyukai Artha Timotius Chandra' adalah rahasia publik paling memalukan yang cepat lambat akan terkuak saat seseorang menyebarkan bahwa surat cinta robekan dari diari kuning tersebut adalah milik Irene.
Tinggal menunggu bom waktu berdetik memunculkan namanya secara dramatis danㅡBaam!! Akan terlahirlah satu pemeran wanita utama baru di SMA Chandrawaka.
Yup. Irene Valeria. Si gadis sok cool yang mengajak Artha Timotius Chandra kencan es krim melalui buku diari yang payah. []
NOTES:
GIMANA? SUKA GAK!?
Ini super pendek. Cuman 8/9 chapter gitu. Kangen bikin kpoplokal tapi mager bikin panjang.
Dari judul juga kalian tahu lah terinspirasi dari mana. Tapiiiiii jelas plot dan endingnya beda, ya. Jauh malah :D
Semoga enjoy.👍
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro