Pembukaan
Bagian 1
Namaku Keinarra Arisha Tiffany aku adalah seorang gadis remaja yang baru menginjak usia sekitar 15 tahun saat ini. Aku adalah seorang introvert dan tidak mudah akrab dengan orang baru. Menurutku aku bukan orang introvert hanya saja aku selalu berpikir dan berdialog dengan diriku sendiri tentang banyak hal, itulah yang menyebabkan aku selalu terlihat diam. Diamku adalah cara berpikirku, cara imajiku untuk menyampaikan intuisinya. Sedari kecil aku suka bertanya-tanya pada diriku sendiri tentang banyak hal ajaib yang dunia mungkin tak akan paham. Aku selalu suka saat dunia imajiku sedang berkelana menuju tempat paling bahagia, disana aku bisa berandai-andai tentang semua yang dapat membuat hatiku bahagia. Sejak kecil aku tinggal bersama kakek dan nenekku. Aku sangat dekat dengan kakekku, beliau sosok kakek terbaik dalam hidupku yang mengenalkan dan mengajarkanku arti dunia. Aku berpikir aku akan terus memiliki waktu bersama dengan kakekku sampai waktu yang lama. Hingga tiba saat kakekku pergi meninggalkan dunia karena sakit yang di deritanya, aku ingat betul saat itu aku masih kelas 3 SD. Saat itu aku merasa terpukul karena sosok yang aku anggap sebagai pahlawan pelindungku telah pergi meninggalkanku. Setelah kakek tiada duniaku berubah, aku yang dulu ceria menjadi pendiam. Aku merasa tak ada orang lain yang mengertiku sebaik kakekku. Kemudian aku melewati hari-hari berat yang panjang bersama nenekku.
Inilah saat dimana aku akan menginjak bangku Sekolah Menengah Kejuruan, yap Kejuruan bukan Atas. Dari sinilah ceritaku dimulai tentang rasa yang datang tiba-tiba dan kemudian hilang dengan tanda tanya. Hari ini adalah hari pendaftaran murid baru di calon sekolahku, aku daftar bersama ketiga temanku yaitu Ivi, Dinda dan juga Fella. Aku ingat benar bila saat itu aku sedang pusing mau masuk jurusan apa karena disana hanya ada otomotif, komputer dan pertanian. Aku tidak paham otomotif, aku juga tidak mau mempelajari komputer dengan segala kode-kode yang harus dimengerti dan dari SMP aku sama sekali nggak suka dengan yang namanya pertanian. Namun apalah daya, aku hanya manusia biasa yang nggak bisa menebak apa yang akan terjadi. Rasa ketidaksukaanku pada pertanian ternyata malah menyeretku untuk mempelajarinya lebih lanjut. Dengan terpaksa aku memilih jurusan pertanian untuk melanjutkan sekolahku. Kembali ke pendaftaran, hari ini banyak calon siswa yang mendaftar tapi untung saja aku datang lebih pagi sehingga proses pendaftaranku selesai dengan cepat. Saat ini aku dan teman-temanku tidak langsung pulang, kami mau melihat-lihat dulu bagaimana calon sekolah kami yang baru. Setelah lelah berkeliling, kami duduk di kantin yang dekat dengan parkiran. Aku kemudian melihat seorang laki-laki yang akan mendaftar tetapi dia datang kesiangan. Aku seperti tidak asing dengan laki-laki itu dan aku ingat pernah melihatnya di daerah dekat rumahku. Aku tidak mengenalnya, hanya saja aku tahu wajahnya dan ternyata ada salah satu temanku yang tahu tentang dia. Saat itu aku merasa bodo amat dengan dia yang kesiangan mendaftar sekolah karena bukan urusanku dan kuteruskan obrolanku bersama ketiga temanku.
Setelah melewati proses pendaftaran, tes masuk dan juga melakukan pembayaran, akhirnya tibalah hari pertama Masa Orientasi Siswa(MOS) yaitu dimana ajang untuk kakak kelas dapat memberlakuan hal yang menurutku membosankan dan mempermalukan. Aku, Dinda dan Fella satu kelas saat masa orientasi sedangkan Ivi dia berbeda kelas karena jurusan yang kami ambil berbeda. Saat ini aku sedang duduk bersama Dinda dan Fella duduk di belakangku. Aku tipe orang yang nggak suka kenalan dengan orang baru jadi aku memutuskan untuk diam ketika tidak ada yang mengajakku berkenalan. Kembali terjadi lagi aku melihat lelaki yang sama saat pendaftaran dan kali ini dia juga berada di kelas yang sama denganku. Sampai tiba saatnya kami memperkenalkan diri dan sekarang giliranku. Aku yang pemalu ini hanya bisa berbicara dan menatap atas lawan bicaraku dengan hati yang dag-dig-dug jederrr tetapi untung saja aku bisa memperkenalkan diriku dengan baik. Tiba saat giliran lelaki itu memperkenalkan namanya dan saat ini juga aku tahu ternyata namanya adalah Arvin Pranadipa sosok laki-laki yang pernah kutemui dan ternyata dia cucu dari orang sedesaku. Hari-hari selama 3 hari masa orientasi berjalan dengan baik dengan berbagai peraturan ketat dan tentunya atribut yang aneh. Aku merasa senang karena aku mendapatkan teman-teman baru yang menurutku lebih asik dari teman smpku. FYI, aku adalah korban bully saat kelas 3 SMP yang membuatku merasa frustasi dan nggak mau aku ceritain lagi karena rasanya sakit. Aku nggak suka dengan masa smpku yang nggak asik itu. Dan sekarang di SMK aku nggak mau itu terjadi lagi, aku berjanji pada diriku bahwa harus berani dan tidak mau diinjak-injak lagi. Aku berusaha bangkit dan menyemangati diriku untuk terus berubah menjadi lebih baik.
Maaf ya kalau banyak typo soalnya ini cerita pertama yang aku bikin. Aku harap kalian suka ya. Tetep semangat buat kalian semua, doa terbaikku untuk kalian. Love you all...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro