Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5. Pada tekanan normal

Kembali pada suhu nol derajat celcius.

.

.

.

Vale dengan lesu melangkah memasuki rumah saat baru pulang dari sekolah. Ini adalah tiga hari dari tanggal kecelakaan pesawat itu terjadi.

Mata Vale terbelalak saat mendengar teriakan Aditya yang membuatnya melangkah cepat ke arah sumber suara.

"Ada apa, Ma?" tanya Vale saat sudah berada di ruang tengah dengan raut wajah khawatir.

Di sana sudah ada Kenzi, Aditya dan Wulan. Kebetulan Keira sedang tidur di kamar.

"Kita kaya, Kak. Kita kaya," ucap Kenzi dengan gaya pengucapan yang agak cadel.

Sedangkan alis Vale tampak berkerut, ia bingung dengan ini semua. "Maksudnya apa?"

Melihat hal itu Wulan tersenyum. "Sini, Kak. Duduk dulu."

Vale pun menurut.

"Lepas dulu tasnya," ucap Wulan kemudian.

Kali ini Aditya yang berbaik hati menawarkan diri untuk melepaskan tas Vale. "Sini, biar gue bantu."

Lalu Kenzi menyerahkan segelas air putih kepada Vale saat sebelumnya Wulan yang menyuruhnya.

"Minum dulu, Kak," kata Wulan lagi.

Aneh. Hanya kata itu yang muncul di benak Vale.

Tanpa basa-basi lagi Vale langsung menghabiskan air putih itu lalu mengusap sisa-sisa air di sekitar bibir.

Dengan tersulut emosi Vale bangkit. "Kenapa sih? Siapa yang kaya? Ada penagih hutang lagi? Mana?"

Lalu kembali duduk lagi saat ditahan oleh Wulan.

"Tenang dulu, Kak," ucap Wulan.

"Tau tuh. Marah mulu hobinya," sahut Aditya.

Lantas perkataan itu malah membuat Vale naik pitam dan saat ingin membalas, lantas cepat-cepat Aditya langsung bersembunyi di punggung Wulan. "Ma, kakak!" teriaknya.

"Sini lo! Beraninya ngumpet di ketiak mama. Dasar cupu!"

Sebelum pertengkaran itu semakin besar, Wulan pun langsung menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. "Uang asuransi kecelakaan papa udah cair, Kak."

Mendengar hal itu langsung membuat Vale terdiam di tempat lalu menoleh ke arah Wulan.

"Serius, Ma?" tanyanya tak percaya.

"Kita bisa pindah dari rumah ini dan cari rumah yang agak besar. Mau?"

Dengan bangga Aditya menepuk dada sebelah kanannya sendiri. "Gue emang the best sih kalo ngurus asuransi kecelakaan di Jasa Raharja tuh ... meskipun ditemani Pak Joko," kekehnya kemudian.

Jasa Raharja adalah tempat mereka melakukan proses pencairan asuransi.

Asuransi kecelakaan pesawat sendiri adalah perlindungan penumpang pesawat terbang jika terjadi kecelakaan dalam perjalanan.

Asuransi jenis ini memberikan perlindungan dalam bentuk uang santunan kepada korban atau ahli waris penumpang yang mengalami kecelakaan.

Biasanya perusahaan asuransi wajib menyelesaikan proses pencairannya paling lama tiga puluh hari. Namun, berbeda di PT Jasa Raharja ini karena pelayanan terbilang cepat bahkan ada yang sampai hitungan jam saja.

"Dih, iya yang paling tau!" sambung Vale kemudian kembali menatap Wulan. "Berarti uang jajan Vale bisa kayak dulu lagi dong, Ma? Vale nggak enak banget nih kalo nggak megang uang, gatel."

Mendengar hal itu, hati Wulan agak tersentuh. Mengingat mereka terbiasa hidup mewah dan serba ada.

Dengan cepat Wulan mengambil ponselnya yang tergeletak asal di meja dan mengetikkan sesuatu hingga terdengar suara notifikasi di kedua  ponsel anaknya--Vale dan Aditya.

"Udah, Mama udah kirim ke rekening kalian. Gunakan dengan baik, ya."

Dengan cepat, Vale dan Aditya langsung mengecek bunyi notifikasi tersebut lalu memeluk Wulan.

Beberapa detik kemudian Aditya memberikan kode agar Kenzi juga ikut memeluk Wulan lalu mencium pipi wanita paruh baya itu secara bersamaan.

"Makasih, Mama, yang cantik dan baik hati."

***

Malam harinya Vale mentraktir teman-temannya untuk berpesta. Kali ini Rio mengajak mereka untuk memasuki dunia klub malam untuk pertama kalinya.

Meskipun Vale terlihat seperti anak nakal tapi tak sedikitpun ia berani melakukan perbuatan di luar batas pergaulan.

Mengingat Vale melakukan perundungan di sekolah hanya untuk ajang mencari perhatian karena di rumah, Vale merasa Wulan pilih kasih dan lebih peduli Aditya ketimbang dirinya padahal sifat Vale sendirilah yang mengakibatkan situasi rumah menjadi bersitegang.

"Gilak. Gue belum punya KTP," sahut Vale saat Rio memberi saran agar mereka berpesta di klub malam.

Dengan santai Heera menjawab, "Tenang aja. Klub malam itu punya paman gue. Jadi aman."

Awalnya Vale ragu dan ingin menolak, sementara Freeya langsung memilih mundur.

Keputusan itu membuat Jovanka menyoraki."Gak asyik lo, Free."

Freeya tak menghiraukan perkataan itu lalu menoleh ke arah Vale.

"Jadi gimana, Ve? Lo mau balik bareng gue apa lanjut sama mereka?" tanya Freeya kemudian.

Setelah sedikit mendapatkan hasutan dari Jovanka dan Veronica, terlihat Vale sedang menimbang-nimbang.

Beberapa menit kemudian Vale baru memutuskan. "Okelah gue ikut ke klab."

Jawaban tersebut membuat Jovanka dan Veronica berteriak senang.

"Sorry ya, Free." Vale menoleh ke arah teman-temannya yang lain. "Ayo, gas kita party malam ini!"

Sebenarnya Vale bukan tipe orang yang mempunyai perasaan bersalah. Namun, karena itu adalah Freeya dan
bagaimanapun Freeya adalah teman  kecil Vale sedangkan permintaan maaf itu hanya sebagai wujud menghormati keputusan Freeya saja.

Mendengar Vale tak berada di pihaknya, Freeya langsung pergi dan Heera mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

"Ini ada kartu. Kebetulan kartu ini emang gue simpen di tas ini."

Vale mengernyit. "Kartu apaan?"

"Kartu spesial sih. Cuman orang-orang tertentu yang bisa masuk klab itu meskipun tidak memenuhi syarat."

"Maksudnya?" tanya Veronica dengan polos.

"Kan kita masih di bawah umur, Dodol!" timpal Jovanka sangking gemasnya dengan kepolosan temannya itu. "Jadi, ya, nggak memenuhi syarat buat masuk klab itu tapi karena dapet kartu, ya, bisa masuk gitu, Nyai!"

"Iya nggak usah mukul kepala gue juga. Dasar, Tengiri!" balas Veronica tak kalah ngegas.

Dengan segera mereka pun pergi ke klab malam saat sebelumnya berkumpul di restoran.

Sesampainya di klab malam, Vale tampak terkejut dengan suasana yang ada di tempat ini. Suara hingar-bingar dengan keramaian yang menjadi kesukaannya langsung membuat Vale terpanah.

Jovanka langsung mengajak Veronica pergi saat melihat Rio terlihat ingin bersama kekasihnya. Namun, dicegah oleh Heera yang mengakibatkan Vale berjoget dan menikmati musik itu sendiri.

"Mari kita berpesta!" teriak Vale mengikuti irama musik itu melaju.

Di lain sisi Rio merasa heran saat Heera menarik lengannya untuk menjauhi Vale. "Apaan, sih!"

"Kita kan belum kenalan," ucap Heera dengan nada sensual.

Rio dan Heera memang hanya sebatas tau tapi belum pernah mengobrol berdua saja seperti sekarang. Mereka bertemu karena dekat dengan Vale.

Titik terlemah Rio berhasil dikuasai Heera hingga mengakibatkan cowok itu terbuai akan permainan Heera saat bermain di bibirnya.

***

Pukul dua belas malam terlihat Vale berjalan sempoyongan di pinggir jalan. Setelah Jovanka mengantarkan cewek itu di rumahnya yang dulu, kini Vale sedang berjalan mencari angkot untuk menuju ke rumah kontrakannya yang sekarang.

Di tengah-tengah perjalanan pulang, terlihat ada gerombolan cowok yang mendekati Vale.

Mereka tampak menggoda Vale yang sedang berjalan sendirian dengan pakaian semini ini.

"Mau apa kalian?"

Sekuat tenaga Vale berusaha mengembalikan kesadarannya tapi nihil karena terlalu banyak minum. Lagi, dan lagi Vale kembali meracau tak jelas.

Para gerombolan itu semakin mendekati dan menyentuh tubuh Vale hingga kedatangan seseorang membuat Vale tetap dalam racaunya saat di tengah malam buta ada pahlawan kesiangan yang menolongnya.

***

Jangan lupa meninggalkan jejak.

28 Maret 2022.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro