Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. It's a Match!

Masih dalam rangkaian kasus lemak babi, hari ini aku dan tim juga Madam British sedang di Bogor bersama orang-orang yang kami undang untuk melihat langsung pembuatan susu bubuk--setelah minggu lalu, kami menggelar conference pers di sebuah hotel bintang lima di Jakarta. Kini aku hanya duduk manis di conference hall pabrik tersebut. Aku malas ikut keliling pabrik yang luas dan mendengarkan penjelasan tentang ini-itu.

Well, sebenarnya aku ini bukan orang yang jago beramah tamah. Ya tapi, karena terjun di dunia PR, mau tidak mau aku harus bisa beramah tamah dan bawel tentang apapun, like, APAPUN. Aku harus dituntut up-to-date dengan segala berita yang lagi panas-panasnya (minus berita selebriti yang kayak drama korea), juga perkembangan teknologi. Tapi, karena hal itu lah, setiap hari ada saja aku mengirim BBM ke client atau relasi dengan:

Wah, rambut baru, Bu? Cantik. Salon mana?

Pak, perusahaan A baru aja launching produk baru. Menurut bapak bagaimana?

Bu, NYX ngeluarin lisptik terbaru. Saya rasa warna merah cocok dengan Ibu. Jadi kelihatan muda.

Semacam dan sejenis itu lah, ya. Karena PR nggak hanya dituntut untuk jago koar-koar di publik tapi juga menjaga hubungan baik dengan orang lain.

Aku kemudian memgeluarkan iPhone-ku. Kayaknya kemarin-kemarin itu Fala menginstal dating application bukan? Dan aku belum membukanya lagi semenjak makan siang kemarin, woman, lemak babi lebih menyita perhatianku. Kayaknya kalau aku punya pacar, dia bakal cemburu dengan lemak babi ini. Lagian nih ya, kalau kata Fala--yang menurut aku sudah mahir di dunia pacaran--kalau pacar kita cemburu, "ya ampun, easy girl," dengan wajah songongnya, "kasih aja ciuman tornado juga kicep."

Setelah beberapa kali swap kiri karena dari foto awal suja sudah nggak menarik, akhirnya aku menemukan juga yang... well lumayan oke. Profil wajahnya nggak begitu jelas, tampak samping, dia mengenakan helm proyek berwarna kuning dengan kemeja berwarna biru muda yang lengannya digulung. Hmmm, otot lengannya lumayan lah. Lalu aku membuka profilnya, ada sekitar 5 foto. Satu foto yang tadi, lalu back view-nya di... gunung--soalnya dia pakai semacam jaket gunung gitu. Foto ketiga menampilkan dia mengenakan suit hitam dengan dasi kupu-kupu bersama 4 orang temannya dengan baju serupa--woman! he's hot in suit anyway--sepertinya diacara pernikahan. Foto ke-empat nggak begitu jelas, dan foto terakhir menampilkan profil wajah dia secara lengkap dengan senyum tipis. God, lagi-lagi dia hot dengan brewok tipis dan rambut potongan rapi.

Lalu aku scroll kebawah, umurnya 30 tahun. Lumayan beda tiga tahun dari umur aku. Dan dia bekerja di PT Semen Jayakarta. Scroll kebawah lagi aku menemukan foto-foto yang terhubung dengan instgramnya. Aku buka, dan kebanyakan hanya foto gunung dan tentang pendakian.

Well, not bad lah ya. Aku kemudian swap kanan. Dan nggak butuh waktu lama untuk muncul notifikasi 'It's a match!' yang bikin aku spechless nggak tahu harus ngapain setelahnya. Aku lalu menutup aplikasi tersebut dan mengirim pesan kepada Fala.

Arawinda Kawi: Hey, It's a match!

Fala Nabila: What?

Arawinda Kawi: Ituuuu... aplikasi tinder yang lo instal ke hape gue!

Fala Nabila: Wohoo! Ada juga yang suka lo ya. hahaha

Arawinda Kawi: Kampret! Terus ini gue mesti gimana?

Fala Nabila: Cakep nggak? umur berapa? kerja dimana? namanya?

Arawinda Kawi: HOT as hell.

Fala Nabila: kidding me?

Arawinda Kawi: gue jujur nih! umurnya 30, mateng ya bok! kerja di pabrik semen. Namanya... wait a minute. gw lupa namanya.

Aku lalu kembali membuka aplikasi tinder dan melihat nama pria tersebut.

Arawinda Kawi: Rajiman Aksa

Fala Nabila: Udah lo kepoin belum?

Arawinda Kawi: dikit. terus ini gw mesti apa?

Fala Nabila: udah, biarin aja dulu. tunggu dia chat duluan. cewek chat duluan itu forbidden

Arawinda Kawi: yadeh, ntar lo jadi nginep di apartemen gw?

Fala Nabila: jadi. lo balik jam berapa?

Arawinda Kawi: sore. ntar kalo gw belum balik, lo masuk aja. keychard gw titipin satpam di lobby. dah, apal kan lo?

Fala Nabila: Sip! beliin manisan bogor ya cantik!

Arawinda Kawi: kalo madam british mau diajak mampir di pinggir jalan

***

Aku sudah berada di apartemen, dan menikmati satu toples besar popcorn dengan asin mentega yang bikin nagih. Setelah bergumul dengan lemak babi beberapa minggu ini, weekend ini aku butuh hiburan. Dan maraton serial How I Meet Your Mother menjadi pilihan kami. Ya, sebenarnya kami nggak begitu fokus dengan ceritanya--toh, ini sudah kesekian kalinya kami tonton ulang--tapi Fala lebih tertarik dengan pria yang match denganku di aplikasi Tinder.

"Dia chat lo nggak?" Fala meraup popcorn dalam toples yang aku pangku.

"Nggak tau deh," Aku meraih iPhone-ku yang tergeletak di atas meja. "Cara dia tahu chat kita gimana?"

"Ada notifnya kok! Buka aja aplikasi lo!"

Aku lalu membuka aplikasi Tinder tersebut. "Yang mana, sih?" Aku menyurukkan iPhone ke depan wajah Fala membuatnya berdecak.

"Yang ini nih!" Aku memperhatikan saja. "Cuman match satu doang, Wi?"

"Iya. Habis match satu itu, nggak gue lanjutin lagi. Males."

"Eh, dia chat lo tuh! Hai, katanya. Hmm, biasa banget basa-basinya. Nggak seru!"

Aku mengeryit heran. "Emang menurut lo yang seru itu gimana sih, Fa?"

"To the point, dong! Tanya 'mau nikah sama aku', kek! Atau 'ukuran BH kamu berapa?'"

"Sakit jiwa lo emang!" Aku menoyor kepalanya tapi dia malah cekikikan. "Yang ada gue gampar tuh cowok kalau baru ketemu udah ngomong gitu. Eh, terus ini gimana?"

"Berapa km sih, jaraknya? Bales halo aja."

"Tadi sih, pas gue di Bogor jaraknya cuman 2 km. Uhhh, kalau gue sekarang di Jakarta berarti jauh dong, ya?"

"Udah lo bales belum?" Aku mengangguk dan menunjukkan padanya kalau aku sudah membalas sapaan dia dengan 'Halo'. Standar sih, emang. "Kepoin IG-nya dong, wi!" Fala tiba-tiba merebut iPhone-ku dan aku membiarkan dia melakukan apapun. "Eh, dia baru upload foto dua menit yang lalu nih! Kayaknya ini di Cimory, deh. Emang pabrik yang lo datengin deket Cimory, Wi?"

"Ya, nggak jauh-jauh amat lah! Masih satu kawasan juga."

"Uluhh, sok misterius fotonya. Gue bacain captionnya ya, Wi. Weekend, work never end." Fala menunjukkan fotonya padaku. Dari tampak samping dan dia sedang ngobrol dengan lima orang disana. Setelah menunjukkan fotonya padaku, Fala kembali sibuk dengan aksi kepo-nya. "Wih, Wi. Lulusan Oxford lho, dia. Widihhh, pernah ke Alpen Wi! Keren fotonya! Kayaknya dia anak gunung deh, Wi. Lo sabar ya, kalo pacaran sama dia, ditinggal-tinggal mendaki gunung mulu. Eh, kalo dia puas sama 'gunung' lo, nggak bakal naik gunung kayaknya. Hahahaha."

"Gendeng!"

***

Jam 2 malam kami masih belum bisa tidur, How I Meet your Mother masih menemani kami mengobrol ngalor-ngidul. Dan setelah sapaan basa-basi tadi, obrolan di Tinder dengan pria bernama Rajiman Aksa tidak berlanjut. Berhenti. Stuck.

"Umur 30 masih main Tinder, dia nggak laku apa ya, Fa?" Kami sudah tidur-tiduran di karpet depan TV, meja sudah kami singkirkan.

Benar kan, kataku? Pria, tampan, Hot, 30 tahun dan belum menikah tapi masih main Tinder. Mengenaskan sekali hidupnya, kan? Memangnya di kantor tempat dia bekerja nggak ada wanita seksi yang bisa bikin dia jatuh cinta apa? Lagian, kalau aku lihat dari foto-foto Rajiman Aksa ini, dia itu tipikal cowok banyak penggemar. Apalagi, di tempat dia bekerja posisinya bisa beliin bini dia tas LV atau Hermes yang harganya dua kali dari gaji aku sebulan.

"Iseng, mungkin."

"Iseng?" Aku mengeryit bingung. "Fa, menurut gue nih, ya, orang-orang yang pakai Tinder itu udah desperate banget mau nyari jodoh tapi nggak dapet-dapet."

"Ah, nggak juga. Temen kantor gue, mainin itu buat have fun doang, nggak dibawa serius. Ya tapi, kalau nyangkut mah, ya syukur."

"Lagian ya, Fa, si Rajiman, Rajiman ini ganteng tau! Ini penilaian pertama gue lho, ya. Dia menarik. Nah, kalau dia ganteng ngapain mainin Tinder? Emang dia punya banyak waktu buat swap kanan-kiri milihin cewek di Tinder? Selow banget hidup dia. Ya, berarti dia di Pabrik Semen kerjaannya ngaduk semen doang kali ya, jadi, sambil ngaduk sambil mainin. Hehehe."

"Ngaco!" Fala menimpuk kepalaku dengan boneka kelinci milikku. "Bisa jadi... eumm, apa ya, bisa jadi..."

"Nah! Lo nggak punya alasan kan? Bener kan, kesimpulan gue tadi? Hidupnya selow, dan desperate banget! Ganteng-ganteng nyari pacar cantik satu aja kok, nggak bisa!"

"Lo ngomong depan kaca sono!"

Aku memberengut kesal. "Kan, gue beda kasus! Gue bukannya desperate gitu, cuman masih males aja. Lagian terakhir gue pacaran juga eummm, dua tahun lalu, kan? Ya, nggak lama-lama amatlah."

"Eh, Wi!"

"Apa?"

"Kalau dia ngajak meet up, gimana?"

"Ya, ketemu mah, ketemu aja. Kenapa repot?" Tepat setelah aku mengatakan itu, notifikasi di iPhone-ku berdering. Aku melihatnya dan ada logo Tinder di sudut kiri atas. Penasaran, aku membukanya dan dihantarkan pada chat Rajiman Aksa. Dua kata, tapi, bikin aku sama Fala berteriak heboh.

Rajiman Aksa: Let's meet!

***


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro