Musim gugur, bulan September tahun 19XX

Kabarku? Oh, tentu baik-baik saja. Kelihatannya kabarmu dan Aisha juga baik. Setidaknya rumah itu masih ada dan kalian masih hidup. Itu sudah cukup membuatku bersyukur.

Tapi, hei, sudah kubilang berkali-kali bukan? Jangan hina rumah itu—rumahku! Uyutmu sudah berpesan padaku, Nak, untuk mewariskan rumah tersebut turun-temurun dari garis keturunan Wallena. Tunggulah sampai kau sedikit lebih besar dan dewasa, baru kau akan menyadari seberapa berharganya rumah yang kaukata tua dan reyot itu.

Lagi pula, kalian tak akan sendiri. Aku yakin Tsana senantiasa menjaga kalian di sana. Dahulu ia sering bermain petak umpet dengan Aisha, jadi kalian pasti mengenalnya. Namun, jika kau dan Tsana belum bertegur sapa, Aisha bisa memperkenalkannya padamu.

Pesanku hanya satu, Nak. Jangan membencinya apa pun yang terjadi. Semoga Tuhan selalu menjagamu dan Aisha.

(Catatan: aku tidak punya banyak uang, asal kau tahu. Apa yang mau kauharapkan dari wanita renta yang semasa hidupnya ditinggal pasangan dan tak punya pekerjaan?)