23
Bagian 8: Sesuatu Yang Berbeda
Porsche hitam itu dikendarai dengan kecepatan yang sederhana, seolah orang yang di dalamnya tidak memiliki sesuatu untuk dikejar. Berangsur lambat dan mulai menepi untuk memasuki pelataran gedung radio. Setelah menemilan lahan parkir dan memosisikan mobilnya dengan benar, si pemilik keluar dari mobil, berlari kecil untuk menuju sisi lain dan membukakan pintu untuk-
"Terimakasih." Gadis dengan blus berwarna plum dan rok flare berwarna dark gret itu tersenyum, dan mendapati pria di hadapannya hanya mengerutkan kening seraya menatapnya. "Kenapa?" Mendapatkan kerutan kening di pagi hari bukanlah pertanda baik, detik berikutnya segera menunduk untuk memerhatikan penampilannya sendiri. "Ada yang salah dengan pakaianku?" Kembali bertanya setelah menemukan keadaan pakaiannya baik-baik saja.
Pria di hadapannya menggeleng. Lalu menarik napas panjang sebelum akhirnya berkata, "Apakah lain kali kau bisa berdandan biasa saja, Cherry?" Menemukan raut wajah tidak mengerti pada gadisnya, ia kembali menjelaskan. "Kau terlalu cantik jika hanya untuk pergi bekerja. Bukankah kau hanya menggunakan suaramu, pendengar tidak akan melihat penampilanmu? Jadi... Kau berdandan secantik ini-"
"Jadi besok aku jarus menggunakan piyama?" Sakura, gadis itu mengerucutkan bibirnya, mulai merajuk. "Jangan mulai untuk berdebat di pagi hari, Sasuke-kun."
Sasuke mengangguk mengalah, walau mendapatkan wajahnya tidak bisa menerima. Dengan cepat ia mengamit lengan Sakura untuk segera memasuki lobi. Seperti yang ia lakukan setiap harinya-mulai beberapa hari ke belakang-mengantar Sakura menuju ruangan kerjanya.
"Kau harus segera bekerja 'kan?" tolak Sakura ketika meteka sudah masuk ruang kerja, dan saat ini Sakura tengah bersiap menuju ruang siaran dengan id-card yang menggantung di tengkuknya, mendapati Sasuke yang akan membuntutinya lagi.
"Tidak masalah. Aku sama sekali tidak keberatan." Sasuke tersenyum.
"Sudah seminggu kau menungguiku siaran pagi, dan kau selalu terlambat datang ke kantor. Kau masih memikirkan karirmu 'kan?"
Sasuke mengangguk. "Dan aku juga masih memikirkan karir menjadi kekasihmu."
Sakura memutar bola matanya kesal. "Apa kau pikir aku akan macam-macam selama bekerja?"
Sasuke mengabaikannya. Seolah tidak mendengar pertanyaan Sakura, tangannya menarik lengan gadis itu untuk segera melangkah ke ruangan selanjutnya, ruang siaran.
Coba tebak apa yang dilakukan pria itu disaba. Ia akan berdiri di ruang operator-di samping kaca setebal sepuluh milimeter yang membatasi ruang operator dengan ruang siaran. Melipat kedua lengan di dada dengan memberikan tatapan mengancam pada dua orang yang ada di dalam, Sakura dan Gaara. Sasuke akan menemukan telubjuknya mengetuk-ngetuk kaca dengan tatapan lebih mengerikan ketika melihat perlakuan Gaara yang tidak ia sukai. Dan perlu dijelaskan, perlakuan tidak disukai itu memiliki batas minimal ketika Gaara mampu membuat Sakura tergelak.
Hal yang lebih parah, jika Gaara tidak sengaja-atau memang sengaja-menyentuh lengan, bahu, rambut Sakura atau bagian terkecil apapun itu, maka Sasuke tidak akan segan-segan berjalan menuju meja operator, merampas mikrofon yang tersambung ke headphone Sakura dan Gaara, lalu berteriak memberi peringatan:
"Jangan mencari kesempatan!"
"Jangan sentuh Sakura-ku!"
"Berani-beraninya kau!"
Dan berbagai peringatan lain dari Sasuke yang mampir untuk mendengungkan telinga Gaara-yang secara tidak langsung sampai di telinga Sakura juga. Menjengkelkan 'kan? Hal itulah yang selalu mengharuskan Sakura meminta maaf berkali-kali pada Gaara dan staf operator ketika selesai siaran.
***
"Akhir-akhir ini kau selalu telat. Aku tidak berpikir kau memiliki pekerjaan lain selain di sini." ujar Naruto ketika menemukan Sasuke baru saja menaruh tas di atas meja kerjanya.
"Aku ada urusan dulu," jawab Sasuke. Lalu menarik kursinya dan segera duduk menghadap meja kerja. Urusan. Ya urusan untuk selalu membayangi Sakur ketika siaran pagi bersama Gaara.
"Urusan?" Naruto menatap jam tangannya. "Kau selalu telat hampir dua jam. Jangan berpikir bahwa tingkahmu itu bisa membebaskanmu dari surat peringatan, Uchiha Sasuke!"
Sasuke hanya menggaruk tengkuknya. Mengabaikan peringatan Naruto, ia hanya menatap bingung layar komputernya sendiri yang tidak memunculkan kiriman pekerjaan.
Memutuskan mengintip layar komputer Naruto yang ternyata memiliki keadaan yang sama. "E-mail ku kosong. Pekerjaan belum datang, ya?" tanyanya.
"Hari ini sepertinya pekerjaan tidak akan datang seberat biasanya," jawab Naruto setelah menyesap ringan kopinya.
"Kenapa?"
"Hari ini akan ada rapat untuk menentukan ketua tim, untuk penelitian baru." jelas Naruto.
"Begitu, ya?" Sasuke menanggapi dengan tidak peduli. Menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, lalu merogoh saku celananya, meraih ponsel. Mengotak-atik layar ponsel untuk menemukan nomor kontak yang selama beberapa hari ini adalah kontak dengan urutan teratas yang sering ia hubungi.
"Halo?" Sasuke berdiri dari duduknya. Melangkah meninggalkan ruang kerja. "Semuanya sudah beres? Ya nanti malam. Terimakasih."
Setelah menutup sambungan telepon, Sasuke kembali nergerak ke ambang pintu. Melongokkan kepalanya. "Dobe!" serunya. Melihat Naruto menoleh ke arahnya, kemudian Sasuke melanjutkan, "Rapat nanti sore... Hanya pengumuman 'kan? Tidak menghabiskan banyak waktu?"
Naruto mwngangkat kedua bahunya. "Mungkin," sahutnya. "Aku harap begitu."
***
Tepuk tangan bergemuruh memenuhi seisi ruangan. Ruang auditoriun yang diisi oleh ratusan ilmuwan. Ruangan luas yang mampu menampung lima ratus kursi ini hanya terisi setengah dari kuota penuh, seharusnya ini tidak terlalu menyesakkan 'kan? Namun Sasuke, pria itu merasa seluruh orang dalam ruangan ini merebut helaan oksigen yang seharuanya masuk ke hidungnya. Sasuke berdiri di depan seluruh ilmuwan dan profesor senior yang datang. Tubuhnya berubah kaku ketika lima belas menit yang lalu di umumkannya krtua tim untuk psnelitian baru. Tubuhnya mematung, seperti seonggok benda mati yang tidak berguna yang patut dilempar bersamaan dengan tumpukan sampah.
Tepuk tangan yang masih bergemuruh memenuhi telinganya, tepuk tangan bangga dan kagum itu malah seperti suara lonceng malaikat maut yang datang menghampirinya dan semakin mendekat. Ada apa ini? Kenapa semuanya jadi seperti ini?
"Selayaknya kita memberi selamat kepada Ketua Tim yang baru," ujar sang Profesor Senior, Profesor Senju Hashirama yang berdiri dari duduknya dan melangkah menghampiri Sasuke. Pria berumur lebih dari setengah abad itu menjabat tangannya erat, menepuk-nepuk pundaknya dan berkata, "Selamat, selamat Uchiha-san," ujarnya.
Sasuke tersenyum samar, wajahnya yang putih pucat terlihat kontras dengan semua rekannya yang memperlihatkan wajah kagum dan bangga.
"Selamat, Chief."
"Selamat, Chief baru."
"Selamat bekerja, Chief."
Tiba-tiba sebuah tepukan keras mendarat di punggung Sasuke, tepukan itu mengagetkan, menyakitkan, sekaligus membuat jengkel, namun setidaknya mampu menarik jiwa Sasuke untuk kembali tersadar dengan situasi yang terjadi di sekelilingnya saat ini. "Selamat, Uchiha Sasuke Teme!" Naruto, tepukan kencang itu hadiah pemberian Naruto. Teman laki-lakinya yang kini menabrak untuk merangkul Sasuke dan kembali menghadiahi punggungnya dengan beberapa tepukan kencang. "Apakah mulai saat ini aku harus memanggilmu Chief?" guraunya, kali ini Naruto menepuk-nepuk pelan pipi Sasuke dan harus berterimakasih karena Sasukr seolah kembali ditarik lebih kencang ke permukaan kesadaran.
"Terimakasih." balas Sasuke, ia tersenyum samar.
"Semangat, Ketua Tim. Aku akan menjadi anggota terbaikmu selama lima tahun berjuang di Kerguelen." Naruto membungkuk kemudian ia tergelak sendiri, membuat Sasuke ingin menyumpal mulut pria kuning itu dengan kepalan tangannya sendiri.
Perlahan Naruto menyingkir ketika beberapa rekan yang lain terlihat mengantri akan mengucapkan selamat pada Sasuke. Banyak. Entah berapa orang yang kini membentuk sebuah antrian panjang untuk mengucapkan selamat pada Sasuke karena terpilih menjado ketua tim yang baru. Demi Tuhan! Kenapa semuanya terjadi tanpa Sasuke inginkan? Ini adalah impian yang Sasuke inginkan menjadi nyata, mimpi yang berubah menjadi obsesi, tali itu dulu! Sekali lagi, itu dulu! Sebelum Sasuke menyadari betapa sia-sianya waktu lima tahun terbuang tanpa Sakura di sampingnya, tanpa melihat Sakura setiap harinya. Tanpa suara lembut Sakura menggumam di samping telinganya.
Selama beberapa waktu ini, ia berusaha menjadi seorang ilmuwan urakan yang selalu datang terlambat dua jam melebihi waktu masuk untuk menyimpan kegiatan 'Memelototi Sakura ketika siaran' menjadi prioritas utama. Sengaja bertingkah asal bekerja hanya agar dirinya tidak terpilih. Apakah usahanya menjadi ilmuwan pembangkang selama ini sia-sia?
"Sasuke-kun?" suara itu menyentuh batas kesadaran Sasuke yang kembali tenggelam. "Sasuke-kun?" terdengar lagi.
Sasuke mengangkat wajahnya, menatap seorang gadis yang kini ada di hadapannya. Lalu tatapannya berpemdar, mengelilingi setiap sudut ruangan auditorium. Sepi. Tidak ada orang sama sekali di sini, kecuali dirinyabdan seorang gadis yang memakai dress sifon berwarna kuning dan lapisi jas lab-yang berdiri di hadapannya seraya menjejalkan kedua tangannya pada saku jas.
"Omedetou." Ucapan itu kembali membuat Sasuke terperangah, membuatnya mengalihkan pandangan menatap gadis itu dari tatapan berpendarnya mencari orang-orang yang ternyata sudah lenyap.
Sasuke mengangguk pelan dengan kesadaran yang belum sepenuhnya timbul. Tunggu! Sasuke benar-benar masih belum mengerti, kembali dia bertanya, Mengapa ruangan ini kosong? Ratusan rekan serta seniornya yang memenuhi ruangan ini tadi, apakah mereka sudah keluar dafi ruangan tanpa Sasuke sadari? Mungkin sedark tadi Sasuke hanya berdiri tanpa jiwa dengan gerakan tangan menyalami satu per satu rekannya yang datang, sampai tidak menyadari bahwa mereka bergerak keluar satu per satu meninggalkannya bersama ruangan kosong auditorium.
Gadis itu maju satu langkah, kedua telapak tangannua di taruh pada dada Sasuke, lalu satu kecupan mendarat ringan di bibir Sasuke. "Selamat. Selama lima tahun ke depan kita akan bersama," ujarnya berbisik. Lalu Sasuke merasakan lengan gadis itu merambat, menelusur melingkar di punggungnya, mendekapnya erat.
Apa yang terjadi? Apa yang Ino lakukan saat ini? Sasuke masih terlalu tertekan untuk menyadari hal yang terjadi padanya, terlalu kaget untuk bergerak menyingkir, kejutan yang tidak diinginkan datang bertubi-tubi hari ini.
***
Ngga terasa ff ini mau tamat. Makasih buat readers sekalian yang udah mau respek sama ff ini selama ini. 😊😊
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro