Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12

"Aku terpilih menjadi ketua tim di penelitian selanjutnya," Ujar Sasuke. Pemberitahuan ini seharusnya diawali dengan nada yang mendayu-dayu dan melankolis agar Sakura tidak menunujukkan ekspresi kagetnya yang berlebihan seperti ini,

Sakura menegakkan tubuhnya, disusul oleh Sasuke kemudian. "Benarkah?" Sakura berkata dengan memekik keras. "Aku bangga padamu, Sasuke-kun selamat ya..." ucap Sakura dengan suara yang sedikit bergetar. Lalu kecupan ringan mendarat di pipi Sasuke.

"Terimakasih..." Ujar Sasuke. Tangannya memegang lengan Sakura yang kini sedang melingkar indah di sekitar lehernya. "Penelitian ini akan dilakukan di Kepulauan Kerguelen. Jauh sekali, 'kan?"

Lingkaran lengan Sakura pada leher Sasuke mulai mengendur kemudian ia beringsut memundurkan wajahnya dan perlahan melepaskannya dari Sasuke. "Kerguelen?" cicitnya.

Sasuke mengengguk. "Minimal lima tahun aku akan menetap disana bersama dengan tim ku." Jelasnya lagi. "Kau tahu 'kan, Kerguelen adalah kepulauan kecil yang terletak di sebelah selatan Samudra Hindia, tidak ada lapangan terbang disana, dan untuk menuju ke tempat itu saja kami harus naik kapal dari Reunion dan itu membutuhkan waktu enam hari. Bisa kau bayangkan, di sana dipastikan akan sulit untuk menggunakan alat komunikasi, bahkan hampir tidak bisa. Selama lima tahun itu, aku akan kesulitan berkomunikasi dengan orang-orang selain dengan tim ku." Sasuke berharap Sakura mengerti akan penjelasannya, dan ia tidak harus mengulang penjelasan menyakitkan ini.

"Benarkah?" Terdengar suara Sakura seperti tercekik. Sasuke kembali mengangguk. "Aku tahu, lima tahun bukanlah waktu yang singkat." Sasuke mengumpulkan rasa teganya. "Kau... Kau..." Ingin sekali Sasuke mengatakan: 'Kau bisa memilih untuk meninggalkanku.' Namun suara itu tak kunjung lolos dari tenggorokannya yang kini seakan tercekat. "Waktu lima tahun menjalin hubungan dalam keadaan sulit berkomunikasi... itu pasti berat untkmu." Akhirnya kalimat itu yang berhasil lolos.

Sakura menggeleng. "Kita menjalin hubungan ini hampir tiga tahun, dan aku merasa bahwa hubungan ini baru aku jalani selama enah hari. Waktu lima tahun itu tidak berarti apapun." Gadis itu menatap Sasuke dengan mata yang berair, dan hampir berhasil meloloskan satu butiran air mata sebelum ia menepisnya lebih dulu.

"Ini berbeda. Dalam waktu lima tahun itu kita tidak akan bertemu. Ketika aku datang nanti umur kita nanti sudah 29 tahun. Dan aku tidak mau mengikatmu sampai selama itu, menggantungkan dirimu padaku membiarkanmu menikah di usia setua itu."

"Apa maksudmu?" Tanya Sakura. Terlihat wajahnya memerah dan air mata itu mulai merembes banyak dan berangsur-angsur jatuh.

"Kau... Kau bisa memilih untuk tidak mempertahankan hubungan ini." Akhirnya kalimat itu lolos, walau dengan suara yang tersendat-sendat menahan sakitnya denyutan hebat di tenggorokan.

"Apa katamu?" Sakura menatap Sasuke dengan wajah yang tidak percaya. "Kau tidak percaya padaku?"

"Bukan, bukan begitu maksudku! Hanya saja--"

"Aku akan menunggumu," Kata Sakura dengan terbata-bata, menutup kalimatnya dan menyebakan Sasuke bergeming, dalam waktu yang tidak bisa dikatakan singkat.

Apa katanya tadi? Apa jawabannya? Apakah Sasuke tidak salah dengar? Sakura akan menunggunya, selama itu? Sasuke mulai merasa kehilangan akalnya untuk menebak apa yang sebenarnya ada dalam kepala gadis cantik itu. Bukankah meninggalkan pria tidak berperasaan seperti Sasuke lebih menyenangkan?

Sakura tidak membiarkan air mata yang sudah bergulung di sudut matanya merembes, ia mengusapnya sebelum jatuh terlalu banyak. Sejenak melepaskan napas beratnya, Sakura lalu bangkit dari duduknya dan meninggalkan Sasuke yang masih tercenung, gadis itu melangkahkan kakinya menuju pantry.

Sebelum Sasuke berhasil menebak jawaban tentang yang dilakukan Sakura, gadis itu sudah datang dengan red velvet cake berukuran sedang di atas meja, di hadapan Sasuke. Ada dua buah lilin tertancap di sana, lilin berbentuk angka 24, dan itu membuat Sasuke mengernyitkan keningnya dalam-dalam dengan wajah yang penuh dengan pertanyaan-pertanyaan.

"Kau pasti terlalu lelah bekerja. Aku mengerti alasanmu kenapa kau lupa." Sakura menyalakan lilin dengan korek gas yang ia bawa dari pantry. "Hari ini adalah hari ulangtahunku. 11 Oktober," Lanjutnya.

Wajah Sasuke yang tadi dibanjiri dengan pertanyaan kini mendadak berubah menjadi penuh penyesalan. "Ya Tuhan..." desisnya. Sasuke memijat pelipisnya dengan mata yang terpejam. Bagaimana bisa ia melupakan hal sepenting ini untuk Sakura? Walau sebelumnya ia berniat untuk membuat Sakura meninggalkannya, tetapi bukankah ini terlalu menyakitkan?

"Tidak apa-apa. Aku mengerti." Sakura tersenyum lebar. "Aku tidak memiliki apapun untuk kuberikan untukmu," Sakura menggembungkan pipinya pura-pura merajuk, lalu tergelak daat Sasuke terlihat khawatir. "Sesuatu yang aku inginkan hanya dirimu, hatimu, cintamu," Ucap Sakura. Suasana hening, memberikan waktu bagi keduanya untuk berpikir apa yang akan diucapkan selanjutnya.

Suasana tetap hening. Tangan Sasuke bergerak menyentuh wajah Sakura. Ibu jarinya menelusuri sisi wajah Sakura yang sudah lama jauh dari jangkauannya--karena ia berusaha menjauh. Wajah gadis cantik itu... Apa yang sudah ia lakukan pada gadis itu? Ketika mengamati wajah itu lagi, secara tiba-tiba ia membenci dirinya sendiri, benci pada perasaan bosannya. Andai saja Sakura tahu, bahwa Sasuke sangat tersiksa dengan perasaan bosan yang setiap hari menggerogoti rasa cintanya terhadap Sakura. Andai...

Sasuke mendekatkan wajahnya. Berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa rasa cintanya untuk Sakura masih tersisa, ia menahan wajah Sakura, sementara sebelah tangannya yang bebas menarik pinggang gadis itu untuk mendekat. Menyentuhkan bibirnya tepat di kening gadis itu untuk kemudian turun ke hidung dan berakhir untuk menyentuh bibir ceri yang dulu sangat ia gilai hingga ia merasa mabuk setiap melihat bibir itu. Menikmati malam sendu itu, berusaha membangkitkan rasa yang dulu pernah menghiasi dadanya, rasa indah untuk Sakura yang beberapa waktu ke belakang ini memudar.

Tiba-tiba tangan Sasuke meraakan sesuatu yang hangat membasahi tangannya, membuatnya menarik mundur wajahnya, menatap Sakura lekat-lekat, "Kau menangis?"

Sakura hanya tersenyum dan menyusut air matanya dengan telapak tangannya segera. "Aku bahagia. Perayaan hari ulang tahunku tepat dengan terpilihnya kau sebagai ketua tim."

Sasuke tersenyum. Tangannya bergerak menepis air mata yang membasahi wajah Sakura. "Tiup lilinnya, sebentar lagi akan meleleh."

Sakura mengangguk patuh. Sejenak matanya terpejam, seperti tengah merapal doa yang sangat panjang. Dan... dalam satu tiupan kecil, kedua lilin itu mati. Keduanya bertepuk tangan, Sasuke menarik tengkuk Sakura untuk memberikan kecupan kecil di pelipis gadis itu. "Selamat ulang tahun..." Ujar Sasuke.

"Trims..." Balas Sakura. "Kapan kau akan berangkat?" Tanya Sakura setelah beberapa saat hening terjadi diantara mereka.

"Hn?"

"Penelitian itu," Kata Sakura menegaskan.

"Awal November," Jawab Sasuke singkat.

"Nani?!"

"Tanggal satu November lebih tepatnya." Jelas Sasuke. Merasa jawabannya tidak akan berpengaruh apapun untuk Sakura.

"Secepat itukah?" Sasuke hanya mengangguk kemudian ia bangkit dan berjalan menuju kamarnya, "Aku akan mandi sebentar, hari ini sungguh melelahkan," Ujar Sasuke. Setelah Sakura mengangguk, ia bergegas menuju kamar mandi yang ada di kamarnya. "Kalau kau bosan, kau bisa menyalakan tv.." Setelah berkata demikian, ia segera meraih handuk dan masuk ke kamar mandi dengan buru-buru.

Kancing kemejanya telah terbuka seluruhnya, ia ingat sekarang bahwa shampo miliknya di kamar mandi telah habis. Ia kembali membuka pintu dan keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk yang menggantung di tengkuk, berjalan menuju pintu keluar.

Namun, Sasuke tiba-tiba menghentikan langkahnya ketika menemukan kakinya baru mencapai batas pintu. Tubuhnya tiba-tiba mematung seolah beku, menyaksikan Sakura yang kini tengah duduk di sofa, membekap mulutnya dengan telapak tangan, bahunya terguncang hebat, air mata membanjiri pipinya. Ia sesekali meremas dadanya kuat-kuat, lalu kembali mengerang. Dia... terlihat sangat kesakitan. Gadis itu menangis, gadis itu menangis dengan erangan yang tertahan dan terlihat sangat menyedihkan.

Apa yang membuatnya menangis? Kenapa Sakura menangis diam-diam tanpa ingin diketahui oleh Sasuke? Bukankah Sakura akan selalu menggunakan bahunya jika ia ingin menangis? Bukankah Sakura akan menceritakan apapun yang ia alami padanya? Bukankah...

Sasuke tertegun. Bukankah dirinya sendiri yang membuat Sakura seperti ini? Bukankah dirinya sendiri yang menciptakan jarak ini? Lelaki macam apa yang selalu ingin gadisnya menjauh dan tanpa sadar menyakiti--namun mengulanginya kembali? Demi Tuhan, saat ini Sasuke sangat membenci dirinya sendiri. teramat dalam.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro