13. Kebenaran (03)
Khun terbangun dan mendapati jika dirinya sendirian. Melirik lorong gelap di sekitarnya dirinya sama sekali tak dapat menemukan jejak Baam. Sial, disaat dia perlu untuk mengikuti rekannya itu. Khun malah tertidur.
Ia menundukkan wajahnya, sehingga tak ada orang yang bisa membaca seperti apa ekspresinya saat ini. Khun mengingat semua gestur dan racauan aneh yang tak sengaja Baam ucapkan. Ia bisa memahami jika sang brunette benar-benar dalam keadaan yang sangat buruk baik fisik atau mental.
Otak jeniusnya sudah memperkirakan keadaan Baam dari apa yang dia lihat dan sentuh. Ketika dia mendapati Baam memeluknya erat, Khun menyentuh punggung sang calon Slayer. Tubuh Baam memang terlihat hampir sama dengannya. Tapi itu disembunyikan oleh pakaiannya yang longgar. Aslinya badan rekannya itu sangat kurus.
Khun bisa merasakan tulang punggung yang menonjol. Bukan hanya itu, Baam juga terlihat sering mendapatkan mimpi buruk. Mungkin, alasan sebenarnya dia memakai topeng adalah untuk menutupi kantung mata hitam karena kekurangan tidur.
Itu hanya sebagian dari fisik, masalah terbesarnya adalah mental. Khun pernah membaca beberapa artikel mengenai rentannya mental seseorang. Dari kondisi Baam, ia bisa menyimpulkan jika pemuda itu pasti sering kehilangan kesadarannya jika masuk kedalam emosi berlebih. Semuanya bertambah buruk dengan energi shinsu yang dimilikinya. Semakin kuat seseorang, semakin sulit kontrol shinsu mereka.
Untuk memastikan teorinya, ia perlu menemukan data pemeriksaan kesehatan Baam.
"Viole tidak pernah ingin memeriksakan dirinya." Hwa Ryun berkata tiba-tiba, sosoknya muncul begitu saja di samping Khun.
Khun melirik wanita merah itu dari sudut matanya. Ia masih memendam benci pada sang pemandu yang telah menjadi akar dari semua perubahan Baam.
"Hee~ lalu?" Khun bertanya sinis, matanya menyipit disertai seringaian licik. "Kalian memang monster, membuat seseorang yang begitu baik menjadi mesin pembunuh. Bahkan membiarkannya kelaparan dan tidak memperhatikan kesehatan mentalnya."
"..." Hwa Ryun terdiam.
Tak mendapat jawaban dari lawan bicaranya, Khun tertawa sinis. "Kau tak bisa membalas perkataanku karena itu semua benar bukan?"
Menutup matanya sejenak, Hwa Ryun menjawab. "Viole tak pernah mendengarkan perkataan kami untuk memenuhi nutrisi seperti makan." Mata merahnya memandang Khun datar. "Viole adalah dewaku, tentu saja aku berusaha membuatnya sehat."
Khun memasang ekspresi jijik saat mendengar Hawa Ryun berkata jika Viole adalah dewa-nya. Baam hanyalah manusia biasa, wanita merah itu tidak bisa memaksa seseorang yang tak menginginkan title itu untuk mengembannya.
"Aku juga berkali-kali bertanya padanya apakah dia ingin kembali pada tempat kalian. Tapi dia selalu menolak."
Perkataan Hwa Ryun membuat Khun tersentak, ia akhirnya memfokuskan diri untuk melihat ekspresi sang pemandu bila perkataannya itu benar atau bohong.
"Viole selalu mengalami mimpi buruk, jika dia tidak mengkonsumsi banyak obat tidur dia tak akan bisa tidur karena selalu bangun setiap 10 menit dengan wajah pucat dan terengah." Hwa Ryun menyeringai saat melihat Khun yang terlihat tertarik dengan informasinya.
"Kami sudah memaksanya untuk memeriksakan diri. Tapi selalu berakhir dengan Viole yang emosi dan menghancurkan segalanya sampai kami tak punya pilihan dan membuatnya pingsan dengan obat bius."
"..." Membayangkan Viole yang menderita sebegitu parah, tentunya membuat Khun dilanda rasa bersalah. Jika saja dia tahu lebih awal...
"Dimatamu kami terlihat kejam dan tak berperasaan. Tapi kami juga tidak ingin kehilangan Viole."
Khun kembali tertawa dengan penuh sarkasme. "Tentu saja, kalian tidak ingin kehilangan pion yang begitu 'jinak' untuk dikendalikan bukan?"
"..."
Hwa Ryun menatap Khun lekat, ia lalu berbalik sambil berkata. "Aku tak akan menghalangimu untuk bertemu Viole. Hanya saja, aku berharap Viole mengubah jalannya." Dengan itu Hwa Ryun pergi meninggalkan Khun sendirian.
Khun memijat hidungnya sambil menghela nafas panjang. "Ini tantangan yang cukup menarik bukan?"
.
.
.
Baam memutar arah langkahnya saat dia melihat Khun yang berada di depan pintu kamarnya. Selama beberapa hari ini, pemilih light house biru itu selalu menemukan semua tempat persembunyiannya di kereta. Meski otak sang bluenette termasuk golongan jenius. Baam tidak yakin mengapa rekan satunya itu bisa menemukannya dengan sangat mudah.
Ia merasa jika Khun tiba-tiba mirip seorang pemandu yang mengetahui di mana pun dia berada.
Oh.
Oh. Benar juga, pasti Hwa Ryun yang mengatakannya. Sepertinya dia harus berhenti di stasiun berikutnya dan menjalankan rencana selanjutnya.
Dua tahun dari sekarang perang besar akan segera dimulai. Ia perlu mengisolasi diri untuk menjaga mental dan emosinya agar tak terlalu hilang kendali. Jika dia masih sensitif, semua perjuangannya akan berantakan.
Baam menemukan sudut gelap dan bersandar di dinding. Tatapannya jauh melayang ke lantai. Manik emasnya meredup, menganalisa jalan terbaik untuk menghindari banyaknya nyawa yang terbuang.
Mengambil keputusan terbaik, Baam pun menemukan satu lagi masalah. Ia perlu mengingatkan teman-temannya untuk berlatih menjadi lebih kuat. Tapi, ia tak bisa mengatakannya secara langsung.
Sang brunette kemudian mendengar suara langkah kaki mendekat. Tanpa melihat siapa, Baam sudah tahu siapa sosok yang mendekatinya. Ratusan kali dia hidup bersama, mana mungkin dia melupakannya.
Well, mungkin dia bisa mengatakan sedikit informasi pada Khun. Lagipula dia tidak berniat untuk kembali. Dia tak ingin teman-temannya terlibat perang dan melihat betapa kejamnya hati manusia.
"Tidak menghindar lagi? Aku tidak percaya bahwa selama ini kau terus menghindar. Apa kau begitu takut padaku? Tidak ingin bertemu denganku?" Khun bertanya setengah bercanda. Mata birunya memperhatikan Baam yang masih diam tak berekspresi.
Khun menatap Baam dengan seringai kecil. "Yah, tapi aku tidak terlalu peduli dengan itu. Aku hanya menjaga janji kita dulu." Ia berjalan ke arah Baam dan berhenti tepat di depannya. "Kau masih ingat tentang janji kita untuk naik menara bersama bukan?" Aqua memandang gold dengan kilatan tekad.
"..."
Tak mendapat respon yang diinginkan, Khun mendengus lelah. "Baam, aku hanya ingin berkata bahwa kau tidak sendirian. Jika kau tak ingin kembali. Setidaknya kau bisa menerima bantuanku. Lagipula aku sudah berjanji padamu, benar 'kan?"
"..." Baam memalingkan muka, seolah tak setuju dengan perkataan yang Khun ucapkan. Jujur, melihat ekspresi sedih yang dikeluarkan sang bluenette, membuat hatinya berdenyut sakit.
Sebelum Khun membuka suara, Baam berkata. "Perang besar akan dimulai dalam 2 tahun mendatang." Manik emasnya menatap lekat Khun yang memasang ekspresi heran--penasaran mengapa dirinya bisa mengetahui hal itu.
Baam mengepalkan tangannya erat sambil mengigit bibir bawahnya. Sulit sekali memilih kata-kata untuk memberitahu Khun mengenai situasi masa depan.
Melihat rekannya yang terlihat frustasi dengan raut suram. Khun menatap Baam khawatir, ia masih belum mengetahui semua penderitaan sang brunette. Tapi ia yakin, jika Baam telah melalui banyak hal menyakitkan hingga membuatnya begitu rapuh dan hampa.
Khun segera menggenggam tangan Baam erat. Iris azure-nya menatap manik amber dengan lembut. Ia tak akan berkata apapun, karena dia tidak tahu hal apa yang bisa membuat Baam lebih baik. Dirinya hanya bisa melakukan gestur kecil, yang memberitahu Baam jika dirinya ada di sini bersamanya.
Baam nampak membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, namun segera mengurungkannya. Ia mengeratkan genggaman lengan Khun sambil menundukkan kepalanya.
Sedikit saja, Baam menginginkan kehangatan Khun. Khun yang masih sehat, hangat dan tidak dingin seperti kenangan-kenangan buruknya.
"Terima kasih." Bisik Baam pelan seraya menghilang dari pandangan Khun. Meninggalkan sang bluenette yang membelakakan matanya terkejut.
Mungkin ini hanya imajinasinya, tapi Khun tadi merasakan sentuhan hangat di pipinya.
TBC
Maaf, Yoru mungkin akan memasukan ff ini ke dalam daftar SLOW UPDATE, soalnya Yoru stuck dan kebingungan pas mau lanjut cerita ini..., Mana punya banyak utang lagi #sigh
Jadi jadwal ff ini akan lama dan tak menentu, mohon maaf semuanya :"))
Tapi sebagai ganti, kalian bisa membaca ff BaamKhun lain punya Yoru 😘
Sampai jumpa lagi!
Salam,
Yoru
07 Agustus 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro