Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

06. Hell Train (02)

Seperti yang Rachel rencanakan, para peserta lomba dengan semangat bertarung tanpa tahu bahwa mereka sedang dibodohi.

Hell Train sudah berhenti di stasiun, wanita pirang itu juga sudah pergi ke arah tangga untuk naik kereta. Baam, memperhatikan tim Rachel yang masih sama seperti dulu. Terutama pada Yura, gadis biru itu sangat menyedihkan. Dia dengan bodohnya ditipu oleh wanita laknat macam Rachel.

Menjelaskan pada Yura pun percuma, matanya sudah buta. Mengingatkannya pada dirinya yang dulu. Uh, entah kenapa Baam merasa ingin menghajar diri lamanya karena telah melakukan hal bodoh nan memalukan seperti mengejar Rachel. Ew, mengingatnya saja sudah ingin membuatnya muntah.

Baam mengambil tangga paling ujung yang terjauh dari pintu stasiun. Dia melihat tim Rachel yang juga tengah berlarian dari arah tangga dan hendak naik ke kereta. Hatinya menghitung angka. Pada hitungan 10, Baam melihat Khun dan yang lainnya sampai dengan terengah.

Melihat teman-temannya dari jauh, Baam tidak bisa mengetahui apa yang dirasakannya. Selain rasa lega dan sakit berkepanjangan akibat pengalaman buruk. Wajahnya sama sekali tidak menunjukan ekspresi apapun. Tetap datar tak tersentuh.

Sejak kapan emosinya jadi dingin seperti ini?

Memperhatikan pertarungan mereka dalam diam. Baam mendecih, dia tidak tahan melihat temannya terluka sedikitpun. Menghela nafas panjang, Baam mengeluarkan tekanan shinsu yang besar. Membuat semua teman lamanya tersapu dengan kejam.

Sontak semua pandangan teralih pada Baam. Sang brunette tak berkata apapun dan berjalan masuk ke dalam kereta dengan dingin.

Melihatnya, Rachel menggertakkan giginya dan menyuruh semua temannya untuk masuk. Meninggalkan Khun dan yang lainnya yang terjebak di stasiun.

Baam berjalan lunglai ke lantai tersembunyi yang selalu dia hampiri dikala gundah. Ia sengaja membuat Khun dan yang lainnya gagal masuk kereta. Bukannya dia ingin melakukan hal itu, dirinya hanya berusaha menjaga masa depan tetap pada tempatnya. Sehingga ia lebih mudah menjaga nyawa mereka kelak.

🍀🍀🍀

Khun dan yang lainnya saat ini tengah berkumpul dengan kelelahan. Mereka gagal memasuki kereta, sepertinya dia harus melanjutkan rencana B di mana dia pergi ke stasiun pemberhentian lain.

"Apa-apaan dengan Shinsu itu?!" Androssi menepuk pakaiannya yang penuh debu karena tak sanggup menahan sapuan shinsu yang dashyat.

"Yah, kau benar." Shibisu duduk di atas tanah sambil menyilangkan kakinya. Dia merenung berusaha mengingat penampilan sosok misterius dengan Shinsu luar biasa itu. "Oh, aku ingat. Kalau tidak salah di FUG. Ada calon Slayer dengan topeng perak."

"Dia terkenal sangat kejam dan tanpa ampun. Sosoknya sangat misterius dan terkesan penyendiri. Kalau tidak salah namanya, uh... Apa itu?? Violet?"

"Jyu Viole Grace." Ralat Khun sambil memainkan smartphone-nya. Karena sosok Calon Slayer FUG berada di sekitar Rachel. Rencananya jadi berantakan, jika saja dia tahu bahwa gadis laknat itu akan ditemani sosok yang begitu kuat. Mungkin dia akan menjalankan trik lain.

Sudahlah, dia tadi telah mengirim Wangnan dan Yihwa ke dalam kereta. Jadi pengejaran mereka nanti tidak akan begitu sia-sia.

Kebiasaan buruk Khun itu adalah hal yang membuatnya penasaran. Jika saja dia belum mencapai hasil yang diinginkan, dia akan terus mencarinya dengan segala cara.

Contohnya adalah keberadaan Calon Slayer FUG itu. Dari data yang dia peroleh, Viole tipe penyendiri yang tak suka memiliki tim dengan orang lain. Selama mengikuti tes saja dia selalu mengganti anggota timnya dengan bebas.

Selain terkenal karena kekejamannya yang sangat mudah untuk membunuh seseorang. Viole terdengar dingin dan tak memihak siapapun. Hanya tunduk pada misi yang diberikan layaknya boneka yang sempurna.

Keberadaannya di sekitar Rachel membuatnya ragu. Viole bukan orang yang dengan mudah diperalat oleh wanita berbintik itu kan?

Apakah kemunculannya di Hell Train hanya kebetulan belaka? Lagipula, Viole juga memerlukan Hell Train untuk memanjat menara.

Ya, pasti begitu. Viole mungkin 'meminjam' tim Rachel untuk ikut ke dalam Hell Train.

Namun, meski Khun sudah mendapat jawaban yang pasti. Jauh di dalam hatinya, dia merasa bahwa sesuatu yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya akan muncul di hadapannya.

🍀🍀🍀

Baam berjalan menelusuri gerbong, saat matanya menangkap sebuah pisau yang tertancap di dinding. Ia menariknya dan menatapnya.

Pertama-tama, ia harus menyembunyikan Wangnan dan Yihwa yang berada di dalam pisau agar tidak tertangkap oleh Rachel atau White. Menyimpan pisau itu di sakunya. Pandangannya mengernyit saat melihat HwaRyun yang entah sejak kapan berdiri di depannya.

"..."

"Viole...,"

Baam sedang tidak ingin berdebat, dia berbalik dan berjalan menjauh. Meninggalkan HwaRyun yang masih menatapnya dalam diam.

Sang brunette tahu apa yang akan dikatakan oleh pemandu merah itu. HwaRyun pasti sudah menebaknya. Tapi dia tak ingin membicarakannya. Baam hanya berharap jika semuanya bisa berakhir tanpa ada satu pun yang mati.

Untuk persiapannya melawan data Zahard, Baam memutuskan untuk berlatih. Meski dia sudah sering melawannya. Ia tahu jika dirinya tidak akan mudah melawan pria blonde itu.

Lagipula dia tidak perlu pergi ke lantai kematian. Toh kunci lantai rahasia sudah ia curi setahun yang lalu. Well, memiliki teknik teleport dan keberanian yang gila memang membuatnya dengan sempurna mencuri kunci itu dari salah satu 10 keluarga.

Demi kesempurnaan pengendalian shinsu-nya. Baam tengah duduk di kamarnya seraya menyilangkan kaki di atas tempat tidur. Ia menutup matanya untuk mengedarkan aliran shinsu dan mengolahnya. Akhir-akhir ini Baam kesulitan mengendalikan kekuatannya saat dia dipenuhi emosi tinggi. Sudah cukup baginya untuk mati puluhan kali gara-gara ledakan shinsu.

Waktu berjalan dengan cepat. Pisau perak yang diletakan di atas meja perlahan bersinar sampai sosok Wangnan dan Yihwa keluar. Keduanya meneguk ludah paksa saat melihat Viole yang masih duduk sambil memejamkan matanya.

Wangnan melirik Ehwa yang sudah berkeringat dingin. Keduanya bingung tentang apa yang harus dilakukan. Melihat Viole yang seolah tak sadar dengan keberadaan keduanya. Wangnan mengambil pisau dan mengintruksikan Yihwa untuk keluar ruangan secara diam-diam.

Gadis itu mengangguk, duo regular itu berjalan sangat pelan seolah lantai tersebut akan meledak jika langkah mereka terlalu keras.

Setelah mencapai pintu, keduanya menghela nafas lega lalu segera pergi untuk mencari informasi.

Baam membuka matanya sesaat setelah kedua kenalannya pergi. Sudah baik jika mereka tetap diam di dalam pisau dan tidak keluar.

Dengan langkah berat, Baam membuka pintu lalu terhuyung hampir jatuh. Kepalanya kembali berdenyut sakit disertai dengan memori kematian Wangnan dan Yihwa yang menakutkan.

"Ugh."

Tidak tahan dengan rasa sakit kepalanya, Baam pun jatuh tak sadarkan diri.

HwaRyun yang tiba di depan kamar Baam, menarik pemuda itu ke atas tempat tidur dan memperhatikannya dengan seksama.

"Jalanmu berubah lagi, kali ini warnanya sangat hitam ditelan kegelapan." Pemandu merah itu menatap Viole yang mengerutkan kening dalam tidurnya.

"Kau tahu apa artinya?"

HwaRyun memasang wajah datar dengan kilatan prihatin. Dirinya sudah tahu jika ada sesuatu yang salah dengan Viole semenjak dia masuk FUG. Ia hanya tidak menyangka bahwa mentalnya akan serusak ini. "Jika kau terus hidup seperti ini, jalanmu akan putus oleh kegelapan menandakan dirimu yang akan mati."

"Viole, pilihlah jalan yang menurutmu paling layak." Lanjutnya sambil melihat beberapa jalan terbuka dengan ujung yang berbeda di depannya.

"Semua keputusan ada di tanganmu."

TBC

Penulis : "HwaRyun, Baam akan baik jika ada seseorang yang menanggung beban disisinya. Cuma dia benar-benar keras kepala, penulis satu ini juga bingung."
HwaRyun : "..."
Penulis : "Kau juga setuju kan, kenapa dia tidak terus terang saja. Mencoba melakukan semuanya sendiri itu tidak baik."
Pembaca : "Penulis tidak tahu malu! Kau sendiri yang membuatnya?!"
Penulis : "..." *Pasang muka polos*
Khun : "Setidaknya dia membuka rahasia 'itu' di chapter 11." *Menyeringai setan*
Penulis : "Oi! Jangan spoile--aaaah!" *teriak gaje saat pisau terlempar*

22 Juni 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro