Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

05. Hell Train (01)

Pemuda yang memiliki mahkota berwarna biru muda tengah memfokuskan matanya pada beberapa lembar kertas di atas meja. Kertas-kertas itu berisi tentang keberadaan Rachel yang seenaknya membunuh anggota lamanya.

Khun sudah tahu jika wanita itu tidak baik, instingnya tak pernah salah. Sekarang ia yakin jika Rachel-lah yang membuat Baam mati 6 tahun yang lalu. Bukan hanya penyebab Baam mati, wanita busuk itu juga membunuh teman setimnya.

Heh. Khun tersenyum licik. Jika Rachel berpikir bahwa dia akan membiarkannya pergi begitu saja, itu salah besar. Saat ini dia menerima informasi jika wanita licik itu akan menaiki Hell Train.

Membereskan lembaran kertas di meja, Khun lalu mendapatkan notifikasi baru dari smartphone-nya. Menyentuh layar dengan santai, ia menggulir beberapa berita baru dan hal-hal yang menurutnya menarik.

Telunjuknya terus memutar layar smartphone sampai dia menemukan sebuah diskusi khusus di situs web yang sudah dilihat oleh jutaan bahkan milyaran orang. Penasaran, Khun menyentuh tombol komentar dan membaca beberapa ulasan.

Sambil bergumam tak jelas--mengenai komentar bodoh orang-orang fanatik--Khun pun mengikuti petunjuk di dalam komentar karena dia merasa bosan. Setelah men-download aplikasi bernama Emily. Khun mencoba mengetik beberapa pertanyaan konyol dan tertawa akan hasilnya.

Orang yang membuat aplikasi chat ini sangat menarik, kita bisa menanyakan apapun dan jawabannya hampir 100% benar.

Melempar smartphone-nya sembarangan, Khun menghela nafas panjang. Ia lalu membenamkan kepalanya di atas meja. Tatapannya tiba-tiba meredup.

Sejak 'kematian' Baam, Khun yang telah berjanji padanya, mau tak mau terus menjaga Rachel meski di dalam hati dia menahan tangannya yang gatal untuk menghancurkan gadis itu. Selama beberapa tahun, Rachel berpura-pura baik. Jadi dia pun bisa mengabaikannya.

Sayangnya, saat ini Rachel sudah melampaui batas kesabarannya. Sebuah nyawa sudah melayang, meskipun dia sudah berjanji pada Baam. Kali ini mungkin ia akan melanggar janjinya, toh awalnya Khun bukanlah orang yang baik.

Kenangannya dengan Baam terasa sangat jauh, meski dia sering memutar memori lamanya di benak. Rasa hampa yang tak kunjung hilang, selalu membawanya tersesat dalam ketidaknyamanan. Ia selalu berandai-andai--mengkalkulasikan--di mana dirinya masih bisa bersama Baam dan Rak lalu memanjat menara bersama dengan penuh canda.

Baam...,

Saat pertama kali ia bertemu. Dirinya tak begitu tertarik. Khun hanya penasaran dengan bocah polos nan naif yang bisa membawa pedang Black March di tangannya.

Setelah mengenal lebih jauh, Khun mendapatkan beberapa informasi lain. Tentang Baam yang sangat murni bahkan melihat langit biru pun dia begitu terkejut. Seolah pertama kali pergi ke dunia luar.

Dugaannya benar, Baam menghabiskan waktunya di dalam gua. Tidak pernah keluar satu kali pun dan Rachel mengajari semua informasi luar padanya. Pantas saja Baam begitu putih, sang brunette tidak pernah tahu kejamnya dunia.

Mungkin Khun awalnya hanya merasa untuk menjaga kemurnian di mata Baam. Mencegahnya terluka seperti yang dirasakannya. Namun, bukannya ia yang menjaga. Malah dirinyalah yang merasa betah dan nyaman jika bersama pemilik manik emas itu.

Senyumannya, perkataan sopannya, tindakannya yang lugu. Membuat Khun tak pernah ingin lepas dari rasa bahagia yang sudah mati.

Ia bahkan tak sadar jika dirinya lebih sering menyentuh Baam baik menepuk pundak, menggenggam jemarinya, atau pada suatu waktu tidur berdampingan di atas kasur. Semuanya terasa alami dan mengasyikan. Apalagi jika dia bisa melihat Baam yang tergagap dengan semburat rona merah di pipi.

Meski saat ini hanyalah kenangan...

Khun menutup matanya, menenggelamkan semua emosi dan menggantinya dengan rencana liciknya untuk persiapan melawan Rachel nanti. Lagipula dia barusan mendapat pemberitahuan dari Emily mengenai lomba tiket di stasiun.

Karena tiket menaiki Hell Train terbatas, ia harus melawan pemilik tiket dan mengambilnya. Belum lagi, dia masih ragu mengenai rekan tim-nya. Pasalnya Rachel, wanita jalang itu malah membunuh sebagian rekannya ditambah lagi 2 lainnya yang ternyata anggota FUG.

Saat ini, dia benar-benar kekurangan orang.

Suara pintu terbuka menunjukan sosok Ran masuk sambil merogoh sakunya. "Banyak tamu." Katanya singkat.

Khun menaikan alisnya, sampai dia memasang wajah facepalm. Ketika melihat Androssi yang entah sejak kapan masuk ke dalam ruangannya.

"Hei! Aku akan pergi ke stasiun dimana Kaiser tinggal. Aku lihat disana banyak pemegang tiket." Titahnya dengan sikap sombong seperti biasa.

Sang bluenette menyangga kepalanya di atas meja dengan pandangan malas. "Siapa yang akan mengajakmu pergi?"

"Ha?! Aku tahu kau akan mengejar wanita pirang itu. Aku juga ingin menanyakan sesuatu padanya!" Putri Zahard itu menyilangkan tangan di dada dengan pose angkuh. "Lagipula aku tahu kalau kau sedang kekurangan orang."

Khun berdecak sebal. "Sayang sekali, aku ingin melihat lomba pemburuan tiket di stasiun yang berbeda jadi kurasa. Kita tidak satu tujuan."

Andorssi mengerutkan alisnya. "Untuk apa kau memilih jalan memutar--"

"Tidak, Rachel memungkinkan besar ada di stasiun itu." Khun berkata santai.

"..."

"Cih, baiklah. Putri cantik satu ini akan dengan senang hati ikut ke stasiun di mana Rachel berada." Androssi tetap bersikeras untuk pergi.

"Aku tidak pernah mengundangmu."

"Sampai jumpa lusa di stasiun~" ucap sang putri Zahard melambai pergi.

"Hei!"

Bing! Pokcet hitamnya bersuara tanda pesan masuk.

[Shibisu : Androssi menemuimu kan? Dia pasti memaksamu ke tempat Kaiser. Apa kau akan kesana? Kebetulan kami dekat dan bisa bertemu.]

Khun memutar bola matanya malas lalu menjawab. [Tidak, aku ada urusan dengan pirang berbintik di stasiun lain lusa nanti.]

Baru saja pintu tertutup rapat, kali ini kembali terbuka oleh gebrakan nyaring. Khun bertanya-tanya apakah dia perlu menyiapkan pintu besi termahal dan tebal yang dialiri listrik agar seseorang tidak begitu mudah masuk ke ruang kerjanya. Karena sungguh, dia butuh tempat tenang untuk menjalankan rencananya.

"Oi! Kura-kura Biru! Aku dengar kau akan pergi bersenang-senang memburu Kura-kura kuning berbintik. Lancang sekali tak memberitahu pemimpinmu." Rak--pelaku penggebrakan pintu--melipat tangan di dada. Tubuh kecilnya berjalan angkuh, mata merahnya menajam seakan menunggu jawaban dari Khun yang benar-benar lelah.

Semudah itukah rencananya terlihat sehingga semua orang mengetahuinya. Sudahlah, lagipula dia kekurangan orang.

"Oi, Kuso-wani(*)! Jika pintuku rusak kau harus membayar dua kali lipat!"

(*Buaya sialan)

"Wani janai! Rak-sama da!(**)"

(**Bukan Buaya, tapi Tuan Rak!)

"Oi! Aoi Kame! Kau belum menjawab pertanyaanku!"

Khun menjatuhkan dirinya di kursi sambil memijat keningnya. Rencana sempurnanya harus diperbaharui lagi. Sepertinya dia juga harus kembali mengubah strategi, apalagi saat dirinya mendapat pesan dari rekan sementara yang tak sengaja dia temui di tes Workshop.

Menyipitkan matanya ketika mendapati pesan di pocket. Khun dengan enggan berkata. "Kita akan pergi ke stasiun lusa. Siapkan dirimu karena kita akan memburu tiket dari peserta lain."

"Wahahaha! Tidak ada lawan yang ditakuti oleh Rak-sama! Seharusnya kau yang lebih berlatih Aoi Kame!" Rak berjalan ke arah pintu. Dia menoleh untuk menatap Khun yang masih setia memijat keningnya dengan ekspresi lelah. "Jika Kuroi Kame masih ada, dia akan khawatir melihatmu begitu buruk."

Manik biru tua Khun melebar, perasaan tak nyaman yang berusaha ia lupakan kembali memengaruhi hati. Dari dalam dia berusaha menyembunyikan rasa kehilangan akan sang brunette. Namun dari luar dia menyeringai lebar, seraya menatap makhluk Dino sombong. "Wani sepertimu cukup makan pisang saja. Tak usah pikirkan hal lain."

Setelah Rak berteriak tentang dirinya yang tidak terima diperintah dan menyatakan diri sebagai pemimpin. Khun kembali menenggelamkan kepalanya di atas meja.

Buaya sialan, malah mengingatkan hal yang tidak perlu. Batinnya lemah.

Khun pun bertekad, dia akan memaksa Rachel untuk berkata jujur mengenai kejadian 6 tahun yang lalu.

🍀🍀🍀

Baam memandang stasiun familier yang sudah dilewatinya sebanyak 137 kali. Karena ia tidak mau bergabung dengan si gila bintang. Ia memutuskan untuk pergi mencari kamar sendiri sebelum peserta lain datang dan bertarung.

Saat hari Hell Train tiba. Peserta sudah berkumpul di tempat perlombaan. Sang brunette melihat wajah familier diantara para peserta. Sachi, Boro, Aka...

Sampai mata emasnya terbelalak ketika melihat sebuah tim di sudut kanan dekat elevator.

Tim Khun dan kawan-kawan.

Untuk pertama kalinya di kehidupan ini dia kembali melihat mereka. Jantungnya berdetak kencang, perasaan lega menyelimuti hati. Ia senang melihat mereka hidup dan sehat.

Baam berjalan ke sudut gelap sambil memakai tudung jubahnya. Ia memperhatikan Khun dan yang lainnya. Berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Khun kali ini tidak datang terlambat, dia juga memiliki tim baru yang tak pernah ia bayangkan.

Karena di kehidupan sebelumnya, Baam selalu ada bersama Khun. Dia tidak menyangka Androssi yang seharusnya menantang Kaiser ada di sini. Shibisu serta Hatz juga ada, ditambah Wangnan dan Yihwa.

Melihat tim itu, Baam merasakan sebuah firasat tak nyaman. Pokoknya dia harus melindungi mereka tanpa membocorkan kecurigaan akan identitasnya.

TBC

Teater kecil :

Penulis : "Hei! Balik lagi sama penulis tercintah~"
Khun : "Penulis sial! Sini kau! Gue bekuin dan hancurkan sampai berkeping-keping!"
Baam : "..."
Penulis : *bersembunyi di balik Baam*
Khun : *lirik Baam yang ketawa canggung*
Rak : "Dasar kura-kura gak guna, kerjaannya teriak dan bikin rusuh. Liat donk pemimpin satu ini yang tetap kalem, gagah berani dan menikmati indahnya hari di kolam renang pisang."
Khun : "Diam saja buaya! Ini urusanku dengan penulis karena menulis karya busuk yang membuat Baam begitu menderita! Kau juga gak mau kan, Baam?"
Baam : *menundukkan wajah sedih*
Penulis : *sfx: disambar petir* "OH MY BABY BAAM MAAFKAN DAKU KARENA MENISTAIMU DENGAN JAHAT! HUAAAAA--" *teriak kayak orang gila* *nanges air terjun*
Baam : "Um, sepertinya penulis--"
Khun : "Abaikan saja, toh meski dia gila dia tetap bisa update." *narik Baam menjauh*
Penulis : *nanges guling-guling* *liatin Khun sama Baam yang saling merangkul manis* *mimisan*
Rak : *makan pisang dengan sok kalem*

17 Juni 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro