Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

04. Kepingan Hati (03)

Di kehidupan ke 127, di saat Wangnan dan Yihwa hancur menjadi kumpulan daging akibat ledakan shinsu yang dilakukan musuh.

"Tidak! Tidak! Jangan lagi!" Baam berteriak, tangannya meremas kepalanya yang berdenyut sakit. Lonjakan shinsu di dalam tubuhnya meresap keluar membentuk pusaran air dan angin yang menyebabkan badai.

Baam kembali tenggelam dalam zona penyesalan. Hatinya sakit, penuh dengan ketidakberdayaan dan rasa negatif lain yang mulai menyerang ketahanan jiwanya.

Seberapa kuat pun hati Baam, jika terus menerus merasakan rasa sakit dan penyesalan selama ratusan kali. Pada akhirnya akan pecah dan tak akan pernah bisa disatukan kembali dengan utuh. Selamanya akan berbekas sebagai tanda yang tak bisa diubah.

"BAAM!?" Khun memanggil keras, tangannya berusaha menghalau badai shinsu di sekitarnya. Ia berjalan, tak mempedulikan beberapa goresan kecil di kulit putihnya.

Baam yang dalam keadaan tak stabil terus bergumam dengan nada penyesalan yang amat menyakitkan. Lelehan air mata mengalir jatuh dari manik emasnya yang sudah gelap oleh emosi.

Khun terdiam sesaat, ia menggertakkan giginya sambil berusaha untuk mendekati Baam yang masih menggila. Padahal ia sudah tahu tentang masa depan, dia sudah memperhitungkan segalanya dengan sempurna... Tapi, mengapa semuanya salah?

Apakah ini yang dirasakan oleh Baam setiap kali dia mengetahui sesuatu namun tak sanggup untuk mengubahnya?

Mengulang rasa sakit ini untuk ratusan kali, lalu menjalani kehidupan dimana tak satupun seseorang yang memahami penderitaannya?

Jika orang biasa, mungkin orang itu sudah menyerah di pengulangan ke 3 atau 4. Mengingat bahwa ini adalah pengulangan ke 127 yang Baam lewati, sanggupkah ia hidup setelahnya?

Tidak, Khun tidak akan pernah bisa sekuat Baam. Yang dia bisa lakukan hanyalah tetap disisinya dan menjadi sumber ketenangan sekaligus penghibur.

Dan sayangnya, hal sepele seperti itu pun tak bisa ia lakukan dengan benar.

Khun merutuk, apa yang ia (masa lalu) lakukan sehingga Baam selalu mengulang rasa sakit ini?! Sudah jelas kalau jiwanya tak stabil, tapi siksaan ini selalu datang tanpa henti dan ia membenci dirinya karena tak bisa melakukan apapun.

Ketika ia akhirnya sampai di depan Baam, lengannya terangkat untuk memeluk sang brunette. Mengabaikan beberapa pakaiannya yang tercabik hingga mengeluarkan darah.

"Baam, tenanglah. Jika kau terus melanjutkan ini. Kita semua bisa terluka."

"...ahku...salahku...semuanya..."

"Baam!"

Baam akhirnya mendongkak. "Khun-san?"

Khun tersenyum tak berdaya, ia menepuk kepala Baam sambil merutuk. "Hentikan semuanya, kita semua bisa terluka!"

Sadar akan tepukan Khun, Baam tersadar. Ia hendak mengendalikan kekuatannya...

"Oh tidak, Khun-san menjauhlah! Aku tak bisa mengendalikannya." Baam setengah berteriak, ia mengerutkan kening mencoba yang terbaik untuk menahan semua ledakan shinsu di tubuhnya.

Khun menghela nafas pelan. "Tidak apa-apa, kalau kau mati aku juga ikut denganmu."

"Khun-san! Ini bukan candaan! Menjauhlah!"

"Kenapa? Lagipula kau akan kembali mengubah masa depan bukan? Aku tidak keberatan, setidaknya bagilah rasa sakitmu denganku."

"Khun-san...,"

Tidak kuat menahan ledakan, mereka berdua untuk pertama kalinya mati bersama.

🍀🍀🍀

"Sial, mimpi itu lagi." Baam bangun dari tidurnya dengan mood yang sangat buruk. Ia mencoba berdiri namun kembali terjatuh di atas tempat tidur.

Kepalanya pusing, tubuhnya sangat lemah sehingga berdiri pun tak sanggup. Menatap lama langit-langit ruangan, Baam baru ingat jika dirinya tidak makan selama 4 hari. Pantas saja dirinya tak bisa bergerak bebas.

Memaksakan diri untuk bangun, Baam membuka pintu dan mendapati makanan hangat yang tersimpan rapi di depan pintu kamarnya.

Sejenak, hal ini mengingatkannya pada Khun yang selalu mengirimkan makanan padanya di Hell Train dulu.

Karena Rachel sudah membuka rahasianya secara terang-terangan dan membunuh teman Khun, ia yakin saat ini pemuda biru itu sedang mengincar Rachel. Yah, dia tidak terlalu peduli selama nyawa teman-temannya aman.

Toh, dia juga jengkel pada gadis kuning itu.

Jika saja dia mengikuti tes seperti di 137 kehidupan kalinya. Mungkin saat ini dia sudah kembali bersama Khun dan Rak lalu bertemu dengan Shibisu, Hatz, Androssi, Anaak, Laure, dan yang lainnya. Melakukan pesta, dan tidur bertiga di dalam satu kamar.

Waktu tidur bertiga adalah hal yang paling nyaman di setiap pengulangan kehidupan. Karena dirinya memang hanya akan tidur nyenyak jika Rak atau Khun berada di sampingnya.

Tes Workshop saat ini sudah selesai. Selanjutnya mereka pasti akan mengikuti Hell Train. Itu pun jika tebakannya benar--mengingat saat ini dia tidak berada dalam satu tim dengan mereka.

Oh, sepertinya tidak akan meleset. Dengan sifat Khun, sahabat birunya itu pasti akan mengejar Rachel untuk balas dendam.

Baam mendapat informasi jika Rachel juga akan naik ke Hell Train. Di sana ada White yang gila memakan jiwa dan Lantai Rahasia.

Lantai Rahasia, Data Zahard...

Sang brunette dilanda konflik, dirinya ingin berlatih menjadi lebih kuat dari sekarang. Jalan yang paling cocok adalah melawan data Zahard yang menurutnya sebanding dengan lawan tanding.

Tapi dirinya tak ingin menemui resiko tinggi, ia tidak ingin identitasnya diketahui oleh 'mereka'.

Setelah merenung untuk beberapa saat, Baam akhirnya memutuskan untuk pergi ke kereta. Lagipula dia harus memperhatikan Rachel. Bisa gawat jika cewek menyebalkan itu kembali membunuh Khun, lagi.

Semoga saja dia tahan menjadi satu tim dengan penggila bintang itu.

🍀🍀🍀

Rachel memandang Baam atau Viole? Yang tengah berdiri di sudut ruangan. Dirinya masih ingat terakhir kali pemuda cokelat itu mematahkan kakinya dengan kejam. Dirinya memang sudah mengkhianatinya bahkan mendorong pemuda itu ke dalam 'kematian'.

Namun ia tidak berpikir jika Baam akan sangat membencinya. Sifat murni, polos dan naif serta kepeduliannya menghilang drastis. Ibarat berubah menjadi orang lain.

Saat ini saja dia bisa merasakan tatapan menusuk yang membuatnya tak nyaman. Inginnya dia menolak Baam ikut dengannya, tapi dirinya tak bisa melawan tetinggi FUG. Mengingat Baam saat ini telah menjadi orang yang paling berharga bagi FUG karena selalu menyelesaikan misi dengan sempurna.

Maka dari itu, Rachel hanya bisa menahan diri. Dirinya harus segera melanjutkan rencananya. Lagipula Baam tak akan menghalangi selama dia tidak menyentuh 'rekan'nya.

Dan tujuannya saat ini adalah mencari 'pedangnya'. Pedang yang kuat dan patuh yang akan selalu melindunginya.

Dengan rencana licik di tangannya, Rachel tertawa jahat lalu berbincang dengan Yura sambil membuat pengumuman permainan di Stasiun melalui Emily.

Di sudut ruangan Baam bertanya-tanya, kenapa dirinya yang dulu begitu tergila-gila pada wanita tak waras yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan tak akan pikir panjang untuk melemparnya jika itu sudah tak berguna.

Sigh, mengingat hal-hal yang dilakukan Rachel dulu hanya bisa membuatnya kembali emosi. Tangannya sudah gatal untuk kembali memotong tubuh jelek itu seperti dulu.

Cih, jika saja menara tak berpihak padanya. Rachel sudah mati sejak dia menatapnya pertama kali.

TBC

Teater kecil :

Penulis : "Yes! Akhirnya Baam bakalan bisa liat Khun dari dekat >\\\<) sampai jumpa di chapter depan~"
Rak : "Jangan lupa tinggalkan pisang untuk pemimpin terkuat satu ini~"

12 Juni 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro