Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

03. Kepingan Hati (02)

Di kehidupan ke-7, dimana Baam pertama kali memberanikan diri menceritakan perihal reinkarnasinya pada Khun.

"Jadi, ini ketujuh kalinya kamu dihidupkan kembali?" Khun bertanya sambil mengepalkan tangannya erat. Bola matanya berkilat penuh dengan emosi yang kompleks.

Baam mengangguk, ia memalingkan wajahnya dengan wajah pahit. Kenangan kehidupan yang lalu kembali terngiang hingga membuatnya ingin muntah. Apalagi saat adegan dimana tubuh manusia dipotong dengan kejam dan ditumpuk menjadi gunung--

"Hei! Baam! Kau baik-baik saja?" Khun dengan canggung menepuk pundak Baam. Sang bluenette bukanlah tipe orang yang sering menyentuh orang lain layaknya Shibisu. Jadi dia hanya bisa menggenggam tangan Baam dan mengelus punggungnya seperti yang dilakukan Maria dulu.

Baam kemudian tersadar, ia menatap Khun lekat. "Bisakah aku memelukmu?"

Luluh akan nada Baam yang terdengar rapuh, Khun merentangkan tangannya. Baam kemudian dengan senang hati merengkuhnya erat, seolah takut untuk kehilangannya.

"Semuanya salahku, padahal aku tahu masa depan. Tapi akhirnya pasti saja ada orang yang mati." Baam mulai meracau, menumpahkan segala emosi dan pikirannya. "Kenapa Menara membuatku lahir kembali? Untuk menyiksaku?" Tanyanya dengan suara serak, jemarinya meremas pakaian di punggung Khun.

"Aku hanya ingin naik menara dengan kalian tanpa ada satu orang pun yang mati. Apakah itu keinginan yang sangat sulit terkabul?" Baam mengubur kepalanya di leher Khun, sesekali dia menghirup aroma sang bluenette yang selalu membuatnya tenang.

"Baam, kau tahu kalau kamu bukan--"

"Ya, aku tahu kalau aku bukan Dewa. Ini ketujuh kalinya kau mengatakan itu padaku." Potong Baam lesu. Ia mengeratkan pelukannya sambil menahan kenangan buruk yang datang menyerbu.

"..." Oke, untuk pertama kalinya Baam membuat Khun tak berkutik akan komentarnya.

"Tapi aku hanya ingin bahagia, kenapa itu sangat sulit?"

Khun termenung, ia ingin menghibur remaja di pelukannya. Tapi, mengingat bahwa dia sendiri sangat tidak dapat diandalkan dalam hal menghibur dengan kata-kata. Akhirnya, Khun hanya bisa mengelus helaian rambut cokelat Baam dengan lembut.

"Kau tidak sendirian, kau sudah memberitahukan rahasia terbesarmu denganku. Jadi ayo kita hadapi masa depan bersama. Aku yakin jika kita melakukan persiapan yang layak. Tidak akan ada lagi orang yang mati." Khun menyarankan dengan nada terlembut yang bisa dia katakan. Jemarinya tak berhenti untuk mengelus punggung Baam.

Sang Iregular bergumam tanda setuju, matanya tertutup menikmati rengkuhan hangat yang menjadi satu-satunya hal yang bisa membuatnya tenang di dalam hidupnya yang kacau.

"Khun-san, kau banyak terluka dan mati karenaku...," Baam berkata sedih.

Khun mencubit gemas rambut cokelat Baam dan berkata. "Itu bukan salahmu."

"Khun-san--"

"Baam...," Khun menaikan nada suaranya. Seperti tidak tahan dengan rengekan Baam yang lagi-lagi memasuki mode menyalahkan diri.

Mendapati Baam yang tak kunjung tenang di dalam pelukannya, Khun menghela nafas panjang. Ia melepas pelukannya dan menarik Baam untuk tidur di sampingnya. Lengannya kemudian menarik sang brunette ke dalam pelukannya sambil memberi kecupan singkat di dahi Baam.

"Tidurlah."

Baam berkedip lucu, ia menyentuh dahinya sejenak lalu tersenyum kecil.

🍀🍀🍀

Semburan air dingin menjadi hal pertama yang ia rasakan ketika Baam membuka matanya. Pakaiannya yang sudah terlanjur basah membuatnya tak nyaman. Manik emasnya menatap bosan pada anggota FUG yang menyuruhnya untuk kembali latihan.

Baam, atau yang saat ini dikenal sebagai Jyu Viole Grace. Sudah menghabiskan 5 tahun berlatih. Karena terlalu sering mendapatkan latihan seperti ini di kehidupan sebelumnya. Baam bisa saja memotong menu latihan.

Namun, akibat dari dirinya yang terlalu kuat di mata orang lain itu tidak bagus. Pengalaman sebelumnyalah yang mengajarkannya kalau hal terpenting dalam hidup itu adalah tidak menunjukan seberapa kuat dirimu pada orang lain.

Tahun ini, Baam seharusnya ikut tes menara dan bertemu dengan tim Sweet and Sour. Namun, mengingat dirinya sudah memutuskan untuk tidak pernah kembali ke tempat hangat itu. Ia memutuskan untuk ikut tes bulan depan.

Saat ini dia hanya perlu menjadi boneka yang diberi misi, menjalankannya dengan sempurna, latihan dan tidur.

Terkadang ia merasakan tatapan HwaRyun padanya. Mungkin, gadis merah itu tidak mengharapkan dirinya yang memiliki perubahan besar dalam sikapnya.

Penampilannya masih sama seperti Viole dulu. Rambut panjang diikat, baju serba hitam dan sikap penyendiri. Satu-satunya hal baru hanyalah topeng perak yang menutupi bagian mata. Baam sadar jika rambutnya tak akan sempurna menyembunyikan identitasnya. Maka dari itu, ia lebih baik menutupinya dengan topeng.

Seperti yang dia tahu, tim Sweet and Sour mengikuti ujian dengan cukup menegangkan. Karena ketidakhadirannya, mereka hampir gagal tes.

Di sisi lain, Baam memperhatikan tim baru Khun. Dia mengawasi gadis kuning berbintik itu dengan penuh antisipasi. Kali ini karena dia tidak mengikuti tes, dia bisa memblokir Apple dan Michael yang telah mengkhianati Khun. Sehingga kejadian bom di tangan Arlene tidak akan terjadi.

Mengenai Horyang, Baam sudah mengancam beberapa tetinggi FUG dengan kekuatannya. Mereka berjanji tidak akan melibatkan dia. Dan kekhawatirannya pun terangkat.

"Kau masih menghargai teman-temanmu meski kau sudah menjadi calon Slayer yang kejam." HwaRyun berkomentar saat melihatnya tengah memperhatikan Shibisu yang dengan penampilan konyolnya di atas panggung tes.

"Selama mereka baik, itu sudah cukup."

"Kau tak berniat untuk kembali?" Sang pemandu bertanya hati-hati, mata merahnya tak lepas dari wajah Baam yang masih menatap layar tanpa ekspresi.

"Tidak." Jawabnya tegas sambil berbalik pergi diiringi lambaian cokelat panjang yang bergerak lembut mengikuti gerakan sang empu.

HwaRyun memperhatikan layar, baginya Viole adalah dewanya. Tugasnya adalah menunjukan jalan. Namun, anehnya jalan yang dimasuki Viole saat ini entah kenapa tidak begitu halus dan berantakan. Seolah ada pengekang yang menghalangi jalannya takdir.

Gadis itu juga tidak menyangka bahwa Viole akan merubah sikapnya menjadi 180°. Bocah murni dan naif yang pertama kali ditemuinya di lantai 2 menara sudah mati. Menyisakan pemuda tanpa perasaan yang membunuh tanpa pandang bulu, penyendiri, dengan mulut yang tajam.

HwaRyun tidak mempermasalahkan kepribadian Viole yang menjadi kejam bahkan pada Rachel sekalipun. Pernah mereka tidak sengaja bertemu dengan gadis kuning itu sekali. Viole saat itu memasang ekspresi penuh amarah dan langsung mengeluarkan shinsu hingga melukai kaki Rachel hingga patah.

Perlu waktu satu tahun penuh agar wanita itu bisa kembali berjalan.

Viole seperti berubah menjadi orang lain, waktu itu Rachel bahkan tak sempat berkutik dan gemetaran seolah melihat Iblis yang akan memburunya.

HwaRyun menundukkan kepalanya, ia senang karena Viole memilih tetap berada di FUG. Hanya saja, kesehatan Viole sedang diambang batas.

Pemuda itu hanya tidur 1 jam sehari, itu pun harus memakan beberapa tablet obat tidur. Jika dia tidak memakannya, Viole akan bangun dari mimpi buruk tiap sepuluh menit.

Selain jadwal tidur yang buruk, Viole juga jarang makan. Mungkin dia bisa makan 2 hari sampai tiga hari sekali. Meski tubuh fisiknya kuat akan latihan, kulitnya sangat pucat dengan lekukan tulang yang menonjol. Bila dibiarkan, Viole mungkin hanya akan menyisakan tulang di tubuhnya.

Sayang, seberapa banyak pun HwaRyun membujuk Viole untuk makan. Pemuda itu lebih suka mengurung diri di kamarnya.

"Bocah itu mengurung diri lagi?" Ha Jinsung berkata sambil memakan lollipop.

HwaRyun mengangguk.

Pria itu mendesah pasrah akan kelakuan muridnya yang keras kepala. "Aku tahu bahwa dia dipaksa menjadi Slayer dan membenci kita. Tapi setidaknya dia tidak perlu menyiksa dirinya seperti itu."

"Aku tahu bahwa aku tak berhak mengatakan hal ini, tapi aku berharap bahwa dia bisa membuka hatinya." Jinsung memandang jendela dengan tatapan menerawang. Ia khawatir akan kondisi mental Viole yang begitu meresahkan.

Viole memang menolak segala sarannya untuk memeriksa keadaan fisik atau mentalnya. Tapi tanpa diperiksa pun, Jinsung tahu jika Viole sudah 'rusak' baik fisik dan jiwa.

Bila hal ini terus berlanjut, kemungkinan Viole hanya akan membunuh dirinya sendiri akibat ledakan shinsu yang tak bisa dia kendalikan akibat emosi berlebih.

Untuk kesekian kalinya Jinsung menghela nafas panjang. Ia berharap, benar-benar berharap. Bahwa seseorang bisa menolong sang murid yang sudah dia anggap anaknya sendiri.

TBC

Teater kecil :

Jinsung : "Aku benar-benar berharap Viole bisa bahagia."
Penulis : "Dia bisa bahagia jika bertemu dengan pacarnya."
Jinsung : "..."
Jinsung : "Tunggu! Pacar?! Sejak kapan?!"
Jinsung : "Hei Viole! Kau masih kecil kamu tidak boleh berpacaran tanpa izin! Kamu harus memberitahu papamu yang satu ini! Ingat itu! Hei! Viole kau dengar tidak!"
Penulis : "Oke kita abaikan papa overprotektif satu itu, ^^"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro