Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

terbenamnya sang mentari.

Hari ini, seharusnya menjadi hari yang paling bahagia bagi seluruh siswa yang lulus dan di terima di universitas yang mereka inginkan. Namun hal itu tidak berlaku bagi Park Sunghoon.

Langit mendung mungkin bisa menggambarkan bagaimana kondisi sunghoon sekarang. Marah. Benci. Kecewa. Semua bercampur menjadi satu.

Seharusnya, hari ini kedua orang tuanya datang. Seharusnya, sang adik tidak mengikuti perlombaan menyanyi sekarang. Seharusnya kedua orang tuanya lebih mementingkan dirinya. Seharusnya sang adik tidak lahir kedunia ini agar sunghoon bisa kembali merasakan apa itu kasih sayang.

Ini hari bahagianya, tapi kedua orang tuanya lebih mementingkan sang adik yang mengikuti perlombaan sekarang. Jelas. Sunghoon kecewa.

Usahanya untuk membuat kedua orang tuanya tersenyum lebar saat hari kelulusan kini hanya angan saja. Sunghoon berhasil mendapatkan nilai akademik terbesar. Dan orang tuanya sama sekali tidak peduli akan hal itu.

Hujan mulai turun, sunghoon benar-benar kesal sekarang. Sang ibu berjanji untuk pulang tepat waktu, tapi apa? Bahkan hanya tersisa sunghoon sendiri di area sekolah sekarang.

"Aku benci, Park Sunoo"

...

Dokter bilang, Park Sunoo harus banyak beristirahat. Dokter bilang sunoo tidak boleh terlalu banyak beraktivitas. Dan sunoo melanggar semuanya.

Alhasil, lihatlah sekarang. Tremor yang terjadi lagi dan lagi, darah yang terus mengalir dari lubang hidungnya, pening serta sesak.nafas yang datang secara mendadak. Lantai kamar mandi kini berwarna merah darah. Keran terus terbuka guna sunoo mencuci darah dari area hidungnya.

Tidak berhasil. Darah terus mengalir dan sunoo semakin lemas. Jika sunoo pingsan, maka esok hari sunoo akan menemukan sunghoon yang lagi dan lagi harus kecewa karenanya.

"Seandainya memang aku tidak bisa sembuh dari penyakit ini, tolong buat satu hari yang bisa membuatku bahagia bersama keluargaku tuhan. Buat sunghoon hyung tersenyum dengan lebar tanpa rasa kecewa, dan buat seluruh keluargaku bahagia meskipun aku tidak bisa berada di samping mereka."

...

Ini bukan pertama kalinya bagi sunghoon saat dirinya melihat kertas dengan goresan gambar dua anak adam yang tengah tersenyum menghadap kearah kamera yang di gambar dengan tinta berwarna merah.

Sunghoon tau. Sunoo yang menggambar itu.

Dan untuk kesekian kalinya, sunghoon sengaja merobek kertas tersebut dan membuangnya asal kearah tempat sampah yang ada di sudut kamarnya.

Bohong. Sunghoon tau kedua orang tuanya jauh lebih menyayangi sunoo di bandingkan dirinya. Sunoo jauh lebih hebat, sunoo jauh lebih berprestasi di bandingkan dirinya.

Sunghoon tidak semenarik sunoo. Di banding-bandingkan dengan anggota keluarga lain pun sunghoon selalu kalah telak. Sunghoon mengecewakan, dan sunghoon sadar akan hal itu.

Lusa, sunghoon akan mengikuti olimpiade figure skate. Harapan sunghoon, ia bisa membawa kedua orang tuanya datang untuk menyaksikan dirinya bertanding disana nanti.

Jika sunoo tidak membuat masalah, sunghoon pasti bisa mewujudkannya.

...

"A-appa."

Seluruh atensi kini tertuju pada si sulung. Mengambil tisu lalu mengelap area mulut hingga bersih lalu mulai berbicara.

"Lusa.. Sunghoon"--

"Oh ya appa hampir lupa, lusa nanti sunoo akan mengikuti ujian test di sekolah bukan?"

Sunoo melirik sekilas kearah sunghoon. Raut kecewa juga marah terlihat jelas oleh sunoo. Perasaannya tidak enak, seharusnya sang ayah mendengar sunghoon terlebih dahulu.

"Sunoo"--

"Aku sudah selesai makan, selamat malam."

Sunghoon pergi meninggalkan meja makan. Sunoo tau, ia lagi dan lagi membuat sunghoon marah. Dan malam ini, sunoo harus berpikir dengan keras. Apa yang harus ia lakukan untuk membuat kedua orang tuanya datang menyaksikan sunghoon bertanding di bandingkan menemaninya mengerjakan test?

...

Satu hari sebelum pertandingan, dan sunghoon benar-benar berlatih dengan giat meskipun dirinya tau kedua orang tuanya tidak akan datang menyaksikan dirinya bertanding.

Kakinya terus berjalan menyusuri area latihan. Gerakan demi gerakan terus sunghoon lakukan hingga semulus mungkin.

Ia tidak akan mengecewakan sang pelatih. Juga ia harus membuktikan pada orang tuanya, bahwa Park Sunghoon juga bisa menjadi kebanggaan keluarga.

...

"Kenapa ini tidak berhenti !!"

Sunoo memandang frustasi kearah darah yang mengalir secara tiba-tiba dan mengotori lembar catatan miliknya. Sebentar lagi, sunghoon pulang ke rumah. Dan sunoo tidak ingin siapapun tau jika penyakit yang ia hadapi kini terus datang semakin parah.

Rasa pening kini berganti menjadi rasa sakit yang amat teramat. Sunoo mendudukan dirinya di sudut kamar dan memeluk dirinya sendiri sebagai penghangat agar darah yang mengalir pada hidungnya cepat berhenti.

Tangannya mulai bergetar, tremor juga sesak kini datang dengan bersamaan. Sunoo ingin menangis, sungguh, ini jauh lebih sakit di bandingkan menggoreskan benda tajam pada pergelangan tangannya.

Hingga seluruh tubuhnya bergetar, dan sunoo menemukan alasan untuk besok dirinya tidak bisa mengikuti test. Orang tuanya bisa senantiasa menyaksikan sunghoon bertanding tanpa harus berat hati meninggalkan dirinya.

Karena sunghoon lebih penting dibandingkan sekolah impian sunoo.

...

Pagi ini, sunghoon melihat kedua orang tuanya menyiapkan mobil di garasi rumah. Ah ya, sunghoon lupa jika sunoo juga harus mengikuti test hari ini.

Memeriksa apakah barang yang ia bawa sudah lengkap atau belum, lalu setelahnya sunghoon pergi menuju gerbang guna bersiap pergi menuju tempat pertandingan.

"Sunghoon-ah."

Sang ayah datang menghampirinya. Sunghoon berbalik dan memasang wajah bingung setelahnya.

"Kau mau kemana?"

"Aku harus bertanding hari ini."

"Kita berangkat bersama, sunoo sudah pergi terlebih dahulu tadi pagi. Katanya temannya datang menjemput."

Dan hari ini, bisa di bilang harapan sunghoon tercapai. Sunghoon tersenyum lebar dan mengangguk semangat. Ia tidak boleh mengecewakan orang tuanya.

...

Yang pertama kali sunoo lihat adalah ranjangnya yang kini tertata rapi juga beberapa tisu yang masih tergeletak di lantai. Kemarin, sunoo sengaja menulis pada sticky note jika saja hari ini, sunoo akan pergi bersama temannya menuju tempat test sekolah.

Meski pada kenyataannya, sunoo tergeletak pingsan tak sadarkan diri di kamar mandi yang sengaja terkunci dari dalam kamar mandi.

Pening masih terasa, tapi sunoo malas untuk sekedar meminum obat nya.

Kakinya melangkah menuju lantai bawah. Sepi. Sunyi. Rencananya berhasil. Sunoo tau itu. Kedua orang tuanya akan mudah percaya padanya, alhasil ini adalah hari bahagia bagi sunghoon.

Sunoo mengambil beberapa roti dan susu sebagai sarapannya hari ini. Sunoo menyukai sesuatu yang manis. Dan oleh karena itu ada banyak makanan manis di dapur keluarga Park.

Tepat pukul 1 nanti, sunoo harus bergegas keluar rumah dan pergi menuju tempat pertandingan sunghoon. Berpura-pura seakan-akan telah menyelesaikan test, lalu menyambung bahagia sang kakak di area pertandingan.

...

Semua berjalan lancar. Sunghoon tidak pernah menyangka ia akan sebahagia ini disaat dirinya akan bertanding. Ia pikir, kedua orang tuanya sama sekali tidak peduli. Namun nampaknya tidak.

Dilihatnya sunoo yang berlari kearah mereka dengan wajah bahagia, sunghoon pikir tidak ada salahnya jika ia sedikit lebih lembut pada sang adik. Ia yang telah membuat hari ini menjadi hari paling bahagia bagi sunghoon.

Kini, sunghoon masih harus menunggu giliran. Masih ada 5 nomor urut lagi, dan sunghoon akan menunjukan pada orang tuanya jika ia memiliki bakat yang bahkan mereka tidak ketahui sebelumnya.

Tapi mungkin, rencananya gagal. Karena sunoo yang tiba-tiba saja terjatuh tak sadarkan diri ditengah-tengah kerumunan.

Untuk sekali lagi sunghoon tekankan, ia membenci Park Sunoo.

...

"Puas kau membuatku tidak bisa mengikuti pertandingan? Kau membuat harapanku hancur, kau tau?! Ini satu-satunya cara supaya mereka mau melihat usahaku, tapi apa?! Kau menghancurkan semuanya , Park Sunoo !!"

Sekitar 2 jam yang lalu, sunoo sadar dari pingsannya dan sunghoon terpaksa harus membatalkan perlombaannya. Jelas. Sunghoon amat teramat kecewa. Kenapa sang adik selalu merebut kebahagiaannya? Seandainya sunoo tidak lahir di dunia ini, mungkin sunghoon bisa jauh lebih bahagia tanpanya.

"Maaf.."

"Menyesal aku sempat bersyukur hari ini aku bisa bahagia karenamu. Tapi ternyata sama saja. Aku membencimu, Park Sunoo. Selamanya dan tidak akan berubah."

Sunghoon pergi meninggalkan sunoo yang terisak di dalam ruang rawat. Tidak. Sunoo tidak boleh menangis. Sunoo akan sulit bernafas jika ia menangis sekarang.

"Sunghoonie hyung !!"

Sungguh, tidak bisakah sunoo membuat sunghoon bahagia sehari saja? Sunoo ingin melihat sang kakak tersenyum lebar di sampingnya. Sunoo ingin melihat sang kakak tertawa bahagia. Sunoo tidak ingin melihat kakaknya kecewa.

"Bodoh !! Kenapa kau harus terus membuat sunghoonie hyung seperti ini !! Kenapa aku harus lahir dengan penyakit seperti ini !! Kenapa aku harus lahir dan membuat saudaraku sendiri terus merasa kecewa !! Kenapa aku harus terlahir untuk membuat semua orang sulit !!"

Tangisan sunoo semakin mengeras. Kedua orang tuanya pergi menemui dokter untuk penjelasan lebih lanjut tentang penyakit yang sunoo alami. Sesak kembali datang. Ini lebih menyakitkan dari sebelumnya. Suara sunoo semakin terdengar seperti tercekik.

Sunoo mulai sulit bernafas sekarang. Sunoo tersenyum, sebentar lagi, sunghoon mungkin akan merasakan hidup bahagia tanpanya. Tapi sunoo tidak ingin mati, sebelum dirinya melihat sunghoon tersenyum padanya.

Jarum infus sunoo lepas dengan paksa. Dirinya berlari keluar ruangan dan mencari keberadaan sang kakak hingga keluar dari area rumah sakit.

"Sunghoonie hyung !!"

Dan mulai hari ini, sunghoon mengerti. Bukan sang adik yang membuatnya tidak bahagia, tetapi karena dirinya sendiri yang tidak bisa menghargai keberadaan sang adik. Karena dirinya yang terlalu egois, hingga melupakan pasal sunoo yang harus berjuang melawan penyakitnya.

"BANGUN SUNOO !!"








'the end of the sunshine'
©puppy-ming

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro