Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2 - Sabar itu, Aku

Hingga adzan subuh berkumandang di luar sana, Vina masih belum bisa memejamkan matanya. Wanita itu terduduk di sofa seraya mencuri-curi pandang pada pintu kamar yang ditempati oleh Bagas dan perawat barunya. Ia sedang waspada, takut jika Nia bertindak macam-macam pada suaminya ketika ia tertidur.

Kenyataannya, pintu kamar keduanya tertutup dengan rapat dan tidak ada suara apapun yang terdengar dari sana. Nia tidur, begitu pula Bagas—sepertinya—karena Vina sempat mendengar Bagas meminta Nia untuk membantunya berbaring.

Ironis, betapa Vina ingin sekali mendapatkan perintah itu dari Bagas.

Vina menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. Biasanya ia dan Bagas menonton TV bersama di sini. Bagas selalu ingin tertidur di atas pahanya tetapi Vina tak pernah mau, yang dilakukan Vina adalah menceritakan kesehariannya bersama Fail sementara Bagas hanya akan tersenyum seraya mendengarkannya. Sekarang ... jangankan tersenyum, melihatnya saja Bagas tidak sudi.



***


"Ibu, bangun ... sudah waktunya sarapan."

Vina terperanjat, ia bangun dari tidurnya dan memegangi kepalanya yang terasa sakit. Ia menatap Nia yang tersenyum seraya memakai celemek kemudian mengerutkan kening, "Jam berapa sekarang?"

"Jam tujuh bu, saya baru selesai masak sarapan untuk pak Bagas, saya juga membuatkannya untuk ibu. Ibu mau makan sekarang?"

Vina masih memegangi kepalanya. Tidak tidur semalaman lalu terbangun dengan sangat cepat ketika ia tertidur benar-benar menyiksa. Ia tidak menjawab pertanyaan Nia. Bangkit dari sofa, Vina berjalan ke arah kamarnya, ada Bagas berpapasan dengannya di dekat dapur.

"Aku kira kamu memang berubah Vin, ternyata satu hari aja ya? ke sananya tetap saja. Kamu bangun kesiangan, dan mungkin kamu lupa kalau kamu harus siapin sarapan buat aku."

Rasa sakit di kepalanya hilang karena ia merasakan rasa sakit yang lebih dahsyat lagi atas ucapan Bagas kepadanya. Manusia yang penuh dosa sepertinya memang selalu diragukan ketika hendak memperbaiki hidupnya. Bagas tidak tahu saja, betapa ketakutannya ia sepanjang malam hingga menutup mata saja terasa sulit sekali baginya.

"Aku nggak tidur Gas, aku nungguin kamu di sini."

"Aku nggak minta kamu tungguin."

"Memang kamu nggak minta, aku yang mau."

"Kenapa? kenapa kamu harus nungguin aku di saat aku nggak minta kamu untuk melakukan hal itu, Vina?"

Vina tidak menjawabnya, ia hanya tersenyum tipis kepada suaminya.

"Karena aku sadar aku mencintai kamu Gas, dan aku takut ... melewatkan waktu sedikit aja, sementara kamu semakin jauh dari aku. aku takut ... Nia bisa melakukan sesuatu, kalian semakin dekat dan aku—"

"Kalau soal makanan, Lagian kalau aku bikin makanan buat kamu, apa kamu mau makan itu? semalam pun kamu makan masakan Nia, sementara masakan aku nggak kamu pedulikan."

Ingatan akan semalam kembali menghunus dadanya. Mata Vina berkaca-kaca, keegoisan mendorongnya untuk pergi ke dalam kamar sementara hatinya menahannya untuk tetap di sini bersama Bagas.

"Tapi setidaknya kamu bisa berusaha, dan menunjukkan kalau kamu memang benar-benar berubah."

Harus bagaimana mengatakannya? Vina tidak tidur, dan ia tiba-tiba saja tertidur, ia sendiri juga tidak ingin melakukannya. Kalau Vina tahu ia akan tertidur, ia lebih memilih untuk berlari-lari saja di dalam rumah.

"Kamu udah mandi belum Gas?"

"Terima kasih, kamu sudah mengalihkan pembicaraan kita."

Rasanya semua ucapan yang keluar dari bibir Bagas adalah racun yang akan menghabisinya sekaligus, Vina tak mempunyai waktu untuk sekedar menahannya, sehingga ia mati lebih dulu sebelum sempat melakukan apa-apa.

"Aku jawab juga pada akhirnya cuman kamu anggap alesan aja Gas. Sejak awal aku bersalah, jadi apapun yang aku lakukan tetap salah di mata kamu. Aku kurang sabar gimana?"

Bagas menggeleng, "Sabar itu aku, Vina. Yang selama ini nggak pernah mengeluh ataupun beralasan atas apa yang kamu lakukan sama aku."

Setelah mengucapkannya, Bagas berlalu dari hadapannya. Pria itu mendekat ke arah Nia, tersenyum dan mengajak wanita itu berbicara sementara Vina menangis menyaksikannya. Neraka dalam hidupnya benar-benar dimulai sekarang. 


***


Bu Vina, anak-anak kangen ibu. Mungkin bisa mampir ke sini sebentar?

Vina tersenyum menatap ponselnya, guru di TK mengirim pesan yang disertai foto semua anak-anak yang tersenyum ke arah kamera. Tangis yang sejak tadi bertahan di matanya menghilang, terganti dengan sebuah senyuman kecil yang muncul di bibirnya.

Mengajar di TK, bersama anak-anak adalah kebahagiaan tersendiri baginya, tetapi Vina merasa berdosa menjalani profesi sehari-harinya. Semua anak menganggap dirinya malaikat padahal kenyataan justru sebaliknya. Dirinya adalah seorang iblis jahat yang menghancurkan malaikat paling sempurna di dunia.

Vina sudah mengorbankan semuanya, ia memutuskan berhenti mengajar dan hanya mengecek sesekali saja ke sekolah, tetapi sudah tiga minggu Vina tak berkunjung ke TK. Sejujurnya ia juga merindukan anak-anak. Tetapi jika Vina pergi ... Bagas pasti berpikiran yang tidak-tidak, pria itu tidak akan mau jika ia ajak, tetapi kalau Bagas di rumah ... Vina juga tidak akan membiarkannya berduaan saja dengan Nia, tidak, itu mengkhawatirkan.

Menghela napasnya, Vina membalas pesan guru itu seraya tersenyum.

Sampaikan salam saya buat anak-anak, saya masih sibuk. Suami saya nggak bisa ditinggal.

Setelah itu, Vina masuk ke dalam kamar mandi, mencuci wajahnya, dan siap untuk kembali menghadapi Bagas di luar sana.


****


"Iya, kamu handle saja dulu, saya belum bisa ke sekolah."

Vina memperhatikan Bagas yang sejak tadi sibuk dengan telponnya. Pria itu sedang menonton televisi tetapi rupanya telpon yang masuk mengalihkan perhatiannya. Pasti dari sekolah.

"Iya, terima kasih."

Obrolan mereka selesai. Bagas menyimpan ponselnya, ia sempat melirik Vina sebentar kemudian kembali menonton TV.

"Dari sekolah ya Gas?" tanya Vina. Wanita itu duduk di samping Bagas. Pria itu bergeser, seolah tak ingin berdekatan dengannya sehingga Vina memilih untuk bergeser juga, menjaga jaraknya dari Bagas.

"Apa kata mereka Gas? Barusan yang nelpon itu asisten kamu ya?"

Bagas tak menyahuti ucapannya, pria itu sibuk dengan remot dalam genggamannya.

"Waktu kamu di Rumah Sakit kan staf di sekolah pada nengok Gas, mereka kayaknya kehilangan Kepala Sekolah gantengnya ya Gas."

Pria itu tetap diam, sementara Vina mulai kebingungan. Jemarinya saling bertautan sementara bola matanya bergerak ke sana kemari, ia benar-benar kebingungan.

"Kerjaan sekolah tetep kamu kerjain nggak Gas?"

Tetap saja, Bagas diam.

"Gas, kamu denger aku kan?"

Sekarang Bagas menoleh, "Aku lagi nonton, Vina. Bisa kamu nggak ganggu aku?" pintanya.

Vina mengerjapkan mata, ia sedang berusaha untuk mengajak Bagas berbicara, berusaha untuk mendekatkan kembali dirinya dan memperbaiki hubungannya, ia tidak tahu kalau yang dilakukannya justru dianggap gangguan oleh Bagas.

"A—aku nggak tahu, ka—kalau aku—aku—"

BRAK!

Remot yang sejak tadi dipegang oleh Bagas terlempar begitu saja. Vina terperanjat, ia gemetaran sementara Bagas berlalu dari sana. Pria itu menggerakkan rodanya dan meninggalkan Vina tanpa kata-kata.

Rasanya menyakitkan sekali, seolah-olah  Vina mencoba mengetuk pintu yang berada di hadapannya, ia berhasil ... benar, pintu itu terbuka ... tetapi hanya untuk menyiramkan sebuah air dingin ke wajahnya, setelah itu, debaman dahsyat terdengar dan bahkan hentakannya mengenai wajahnya.

Kini, pintu itu mungkin akan tertutup untuk selamanya, hingga tak ada jalan bagi Vina untuk menerobos masuk ke dalamnya.



TBC



Aku punya lagu yang pas buat Vina, tapi dalam bahasa sunda.

KAMANA CINTANA ... KAMANA NYAAHNA... KAMANA DIMANA KAMANA NYA NYAMPAINA... KAMANAAAA DUUUUUHHH.... CINTANAAAA... XD

LAMUN ENYA ... TOS TEU AYA CINTA, ULAH AYAAAA RASA DIPAKSA. LAMUN ENYAAA TOS TEU AYA CINTA, HATE LEUTIK SAKSINA...

JUDUL KALI INI ADALAH : SABAR ITU AKU.

Iya, sabar itu aku ... yang menunggu dirimu namun tak ada kabar apapun darimu HAHAHAHAHA

Sabar itu aku, yang berhasil move on tapi udah kudu move on lagi wkwkwkwk

Dan sabar itu aku, yang menahan hasrat berbelanja karena dompet sedang panas berpanjangan KEKEKEKEKEKE

Oke intinya jadi manusia itu harus sabar, karena sabar itu indah, sabar itu hadiahnya surga, kalau sabar itu hadiahnya duit, udah kaya kali gue wkwkwwk udah bisa beli aplikasi yang bernama WATTPAD *wihh sombong wkwkwkwk

Oke segitu aja ...

Dah ...

Aku sayang kalian :* 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro