Tient à Cœur - 16
Repub tanpa edit 10/9/20
13/11/20
23/6/21
Malika menunduk untuk melihat Satria yang menanamkan kecupan terakhir sebelum mengangkat kepala dan melihat ke arahnya. Untuk sesaat Malika merasa dia dapat melihat tatapan berbeda dari pria itu. Bukan tatapan gelap yang bergairah, hanya saja.....tampak seperti dia merasa bersalah dan ada kesedihan di sana.
Pria itu kemudian menyejajarkan wajah mereka lagi, kedua sikunya berada di sisi kepala Malika yang dia gunakan untuk menyanggah tubuhnya agar tidak menimpa perut Malika.
"Kenapa namanya Pickle?" Tanya pria itu dengan wajah yang dekat.
"Karena saya suka pickles." Jawab Malika terbata-bata karena kini otaknya sudah memainkan ingatan dulu dan itu membuat mukanya memerah. Jarak Satria kini tidak sampai sejengkal sehingga jika dia mengangkat kepalanya sedikit dia bisa menikmati bibir itu kembali.
"Muka kamu merah, kamu sudah ingat ya?"
"Ingat apa?"
"Malam itu, malam yang menghasilkan Pickle."
Malika mengerjapkan matanya beberapa kali dan dia dapat merasakan mukanya panas.
"Kamu ingat." Jawab pria itu sendiri ketika merah itu menjalar ke telinga dan leher Malika kemudian menghilang di balik kaos yang wanita itu kenakan. "Dokter bilang belum boleh, Malika." Ucapnya, tapi mata Satria tidak meninggalkan bibir Malika. Bibir yang berwarna merah muda meskipun tanpa sapuan pewarna bibir.
"Apa?" Tanya Malika dengan suara tercekat.
"Ngunjungin Pickle."
"Si-siapa juga yang mau?!"
"Kamu. It's written all over your face."
"Engak!" Bantah Malika, tidak mungkin kan mukanya semupeng itu?!
"Gak masalah juga kalau benar. Keira bilang hormon kehamilan memang seperti itu."
"Keira?" Beo Malika, "Pacar kamu? Istri kamu?" Malika melupakan percikan hasrat yang timbul dalam dirinya ketika mendengar Satria mengucapkan nama seorang wanita.
"Kamu pikir saya sebrengsek itu? Punya istri tapi masih menghamili kamu?"
"Pacar kalau begitu?"
Satria mengembuskan napas jengkel, dia lalu menggulingkan badannya, "Teman saya dari kecil. Dia belum lama ini lahiran." Satria mengeluarkan ponsel dari saku lalu menunjukkan foto bayi kecil yang berada di tempat tidur bayi. "Panggilannya Sha." Lanjut pria itu lagi, Malika dapat menangkap nada senang dari Satria ketika mengucapkan nama bayi mungil itu.
Malika mengambil ponsel itu lalu mengulirnya, Satria tampak mengambil banyak gambar bayi kecil itu. Ada saat ketika dia menangis, dia tertidur, dia tengah dipeluk oleh seorang wanita, seorang pria dan yang terakhir seorang anak kecil laki-laki.
"Itu keluarga Keira. Dia ngajak makan siang besok, bisa?" Ujar Satria. "Kalau kamu masih lemes, bisa diundur." Lanjut pria itu buru-buru.
"Lihat besok, bisa?"
"Bisa."
"Kamu ngapain ke sini?"
"Saya akan stay di Jakarta."
"Jakarta? Tinggal di mana?" Kali ini Malika menyipitkan matanya dengan curiga, firasatnya mulai tidak enak.
"Di sini."
Malika membulatkan mulutnya ketika mendengar jawaban santai Satria.
"Siapa yang kasih kamu izin tinggal di tempat saya?"
"Jangan GR, saya mau jagain Pickle bukannya mau dekat-dekat kamu."
"Tidak. Saya bisa sendiri."
"Jangan buat ini sulit, Malika. Kamu sering muntah. Esa juga bilang kamu susah makan dan lemas terus menerus."
"Gak mau." Malika mencoba bersikeras dengan pendapatnya. Dia enggan mengalah.
"Casserole yang dimasak langsung oleh Naren dan saya tinggal di sini. Deal?" Penawaran Satria menggiurkan dan membuat Malika bimbang, dia sangat ingin casserole dan melihat Chef Narendra memasak langsung. Membayangkan dia dapat melihat lengan Chef Narendra ketika sedang memasak membuatnya langsung menganggukkan kepala.
Shit, gue dan fetish lengan gue. Peduli setan, Satria bisa tidur di kamar yang ditempati oleh Esa nanti.
"Okay, ayo bangun. Kita jalan sekarang."
"Ke mana?"
"Ke tempat Naren."
###
Mobil yang dikendarai oleh Satria berhenti tepat di rumah dengan motor besar terpakir di halamannya. Rumahnya tampak asri dengan pot-pot yang berisikan bunga tampak di sisi taman yang berada di samping tempat parkir mobil dan motor.
"Ini rumah siapa?" Tanya Malika ketika dia membuka sabuk pengaman.
"Naren."
"Kamu kenal?"
"Sepupu. Ayo turun, dia sudah bawel dari tadi." Satria turun lebih dulu dan berlari ke sisi Malika, membantu wanita itu sekaligus memastikan dia tidak terjatuh.
"Kamu sepupuan sama Chef Narendra?"
"Iya." Jawaban singkat Satria membuat Malika bungkam. Banyak hal yang tidak dia ketahui mengenai Satria tapi mereka akan menjadi orangtua?
Ketukan pintu Satria terhrenti ketika mendengar suara dari dalam rumah, "Bentar, Sat!" Tidak lama kemudian pintu itu terbuka dan memperlihatkan Chef Narendra yang tidak mengenakan seragamnya. Pria itu tampak santai dengan kaos berwarna hitam serta celana pendek berwarna senada.
Jambang yang dia lihat di TV beberapa hari lalu sudah hilang, rambutnya dia gerai sehingga Malika dapat melihat rambut ikal itu menyentuh melewati bahunya yang bidang dan Malika juga dapat melihat tubuh tegap itu dengan mata kepalanya secara langsung. Mata Malika lalu tertuju pada lengan pria itu yang tidak tertutupi apapun kecuali tatonya.
Matanya menatap Satria dengan kilatan senang serta senyum terukir di kedua sudur bibirnya.
"Akhirnya datang juga." Ucapnya sambil menarik Satria dan memberikan pelukan singkat, "Jadi ini yang ngidam?" Tanya Pria itu sambil tersenyum ke arahnya.
Ketika berdiri berdampingan seperti ini, Malika dapat melihat bahwa Narendra sedikit lebih tinggi dari pada Satria, mungkin tidak sampai lima senti.
"Hai, Narendra bisa dipanggil sayang atau baby, yang mana aja yang gak menyulitkan kamu." Pria itu mengulurkan tangannya kepada Malika sambil menyunggingkan senyuman menggoda.
Perlu dehaman dari Satria agar Malika tersadar dari keterpanaannya lalu menjabat tangan Narendra.
"Malika." Cicitnya yang membuat Narendra terkekeh.
"Masuk yuk, kasihan Malika berdiri di sini. Mau ikut ke dapur dan lihat saya masak? Saya sudah siapkan bahan-bahannya." Pertanyaan Narendra ini membuat Malika menganggukkan kepalanya dengan cepat, tidak peduli dia terlihat sangat menaruh minat pada sepupu Satria ini.
Yaampun baaaaaaang, aku mau lah lihat kamu masaaaakkk
Eh mau ada Keira, Pak Bos, Sam dan Sha
4/2/20
15/3/20
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro