[8] Percakapan Antah Berantah
"Raquela?" Kening Nacio berkerut dalam. Rasanya ia pernah mendengar nama itu.
"Benar." Jawaban Hector membuyarkan ingatan Nacio yang setelah beberapa detik berpikir keras, menembus pada masa beberapa tahun lalu saat ia bertemu seorang gadis Askor yang tidak sengaja melewati batas perbatasan Sceybia-Askor dan dirinya tolong. Sebelum pergi, anak perempuan itu sempat menyebutkan namanya samar-samar di antara angin yang berhembus kencang saat ia berlari menjauh menuju padang ilalang.
Bukankah namanya juga Raquela? Atau Nacio salah ingat?
"Nona Raquela Agatha yang membawa Pangeran Calvino ke markas, Pangeran. Untungnya tim medis kita sedang ada di sana untuk mendata pasien baru, jadi Pangeran Calvino bisa langsung di bawa ke mari dan mendapat penanganan operasi."
Mendengar itu, Nacio mengangguk paham. Penjelasan dari prajurit kaki tangannya langsung ia dapatkan begitu Nacio menemui Calvino yang baru selesai dioperasi. Beruntung luka tusuk itu tidak mengenai organ vital bagian dalam perut Calvino, setidaknya kondisi kakak tirinya itu tidak membuat Nacio harus merasa sangat bersalah. Sebagai panglima perang, sudah kewajibannya melindungi para pasukan. Nacio tidak ingin ayahnya marah dan berakhir menyebutnya tidak becus karena saudaranya sendiri terluka parah dalam peperangan.
Meski Nacio tidak yakin, apa ayahnya marah karena putera pertamanya terluka.. atau karena Nacio tidak bisa memegang jabatan penting yang sang Raja hibahkan padanya.
*
Nacio tidak berhenti menatap datar perempuan yang sedang duduk sambil menyantap makanannya penuh girang. Saat ini, para tawanan sedang dibawa ke ruangan kecil di sebelah barat gedung untuk mengantri makan. Nacio sudah memerintahkan para koki istana yang ikut dalam peperangan, untuk menyiapkan makanan penambah imunitas. Karena dua hari dari sekarang, para tawanan akan menghadapi perjalanan panjang ke Sceybia.
Perang sudah usai, Askor sudah sepenuhnya menyerah dan tunduk di bawah Kerajaan Sceybia. Joel yang telah ditemukan keberadaannya oleh Albie, pada akhirnya tidak bisa diselamatkan karena tenggelam dalam waktu cukup lama. Para petinggi Askor pun sudah bersedia memasukkan negeri mereka menjadi bagian dari Sceybia
Kerutan di kening Nacio makin menjadi, cukup heran sekaligus takjub melihat betapa antusiasnya perempuan tadi makan. Di sebelah dia, ada wanita lain yang terus berada di sisi perempuan bernama Raquela itu.
Perasaan kesal menyerang Nacio ketika menyadari wanita tersebut adalah si pemberontak yang berteriak-teriak padanya beberapa hari lalu. Meski sekarang, Hector mengatakan jika sanita itu sudah lebih banyak diam dan pasrah mengikuti perintah para prajurit. Walau tak ayal, rautnya tampak selalu ingin membunuh siapa pun yang membuatnya marah, hidup-hidup.
Nacio harus menunggu beberapa menit hingga Raquela hanya tinggal sendiri. Wanita yang bersamanya tadi entah pergi ke mana sembari membawa nampan makanannya yang telah habis. Nacio tidak sadar, cara makan Raquela sempat membuatnya beberapa kali tersenyum samar. Lucu.
"Sudah berapa lama kau tidak makan?"
"Sewindu mungkin." Raquela menjawab di sela kunyahan lahapnya. "Tidak bisa ku hitung la—" Suara Raquela tertahan tepat setelah memalingkan wajahnya ke kanan. Daging yang ditusuk pada garpu, siap masuk dalam mulut menganga Raquela, terjatuh begitu saja ke atas piring saat matanya bertemu dengan iris hijau Nacio. Pria itu berdiri menjulang di sampingnya.
Seketika Raquela merasa ingin memuntahkan segala isi perut.
"Apakah kau—"
"Aku tidak berniat membunuhnya sama sekali. Sama sekali tidak." Raquela berkata cepat, menggoyang-goyangkan kedua tangannya yang sudah terangkat di depan dada.
"Aku hanya tidak sengaja menemukannya yang sekarat di dalam goa. Tolong jangan tebas leherku, Pangeran." Pinta Raquela dengan kedua telapak tangan saling mengatup. Memohon pada Nacio yang langsung mengangkat sebelah alis karena tak mengerti.
"Aku tau, karena itu—"
"Tawan saja aku lagi," Raquela menyodorkan kedua tangannya. Sengaja ia pasang raut memelas sedramatis mungkin. Dia kira, setelah melakukan tugas amal dengan menyelamatkan Calvino semalam, hidupnya akan baik-baik saja jika ia langsung berada jauh-jauh dari pria yang sudah dibawa ke rumah sakit itu. Raquela berjuang keras agar dirinya tak bertemu Nacio yang bisa saja akan menjenguk saudaranya.
Tapi, kenapa orang yang mati-matian Raquela hindari, tetap saja ada di hadapannya sekarang?! Arggh! Raquela ingin sekali membalik meja saking kesalnya.
"Tawan saja aku lagi. Aku ikhlas lahir batin sebagai bukti, bahwa aku tidak berniat membunuh saudara Pangeran. Tawan saja, Pangeran."
"Saya hanya ingin berte—"
Tarikan napas yang terlalu kencang dari Raquela membuat perkataan Nacio lagi-lagi terpotong. Dia menatap gemas perempuan di hadapannya yang tampak begitu panik seperti cacing kepanasan.
"Ah, masalah kabur itu, ya?" Raquela menunduk gamang. "Saya.. benar-benar minta maaf. Saya hanya ingin menemui bibi saya yang dirawat di rumah sakit karena luka tembak. Tapi para prajurit Sceybia tidak mengizinkan. Makanya, saya kabur."
Saat mendadak terlintas ide cemerlang, Raquela segera menambahkan dengan lantang. "Saya janji tidak akan kabur lagi. Sungguh. Kalau Pangeran Nacio tidak percaya juga, rantai saja kaki saya."
"Kau ingin dirantai?"
Raquela mengangguk. Lalu menggeleng. "Kalau bisa, sih, jangan."
Nacio mendengus tidak habis pikir. Ia cukup dibuat terkejut dengan sikap aneh perempuan bernama Raquela ini.
Beberapa detik keduanya saling berpandangan. Beberapa orang memusatkan perhatian apda mereka. Mungkin heran melihat panglima perang sedang berbicara serius dan cukup lama pada seorang tawanan.
"Ka—kalau begitu," Raquela bangkit berdiri begitu cepat, sampai membuat Nacio sedikit terperanjat menatapinya. Perempuan itu menundukkan kepala dengan kedua tangan mengatup saling menyentuh dahi. "sa—saya permisi dulu." ujarnya terbata.
"Tapi makananmu belum habis."
Raquela menyengir. "Saya sudah kenyang, ini makanan ketiga saya. Kalau begitu saya permisi, Pangeran. Mau latihan angkat beban dulu."
Bodoh amat dengan alasan tidak masuk akal yang tiba-tiba tercetus dari bibirnya. Ia hanya teringat sekilas percakapan beberapa prajurit Sceybia yang berlatih senjata. Tapi lupa apa namanya.
Lalu, sebelum Nacio benar-benar mengeksekusi dirinya, Raquela sudah terbirit melangkah keluar. Meninggalkan Nacio yang larut dalam ketakjuban dan kebingungan.
"Kenapa dia? Padahal aku hanya ingin mengucapkan terima kasih." Nacio menggumam, bergeleng tidak habis pikir karena baru saja dirinya terlibat dalam percakapan antah berantah yang hampir tidak pernah ia lakukan dalam hidupnya.
Hayy. Hari ini dikit dulu yaa, aku kurang enak badan habis lembur kerja keras bagai quda😂
Dan setelah aku perhatikan, kayaknya wattpad sering error ya belakangan ini? Atau di aku aja? Soalnya ada beberapa dialog dalam bab ceritaku yg hilang huhuhu. Semoga nanti gak gini lagi😅 Maaf atas ketidaknyamanan membacanya ya😊🙏
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro