Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[19] Berhati-Hati

Detik jarum jam yang mengisi hening ruang kerjanya dan sedang Nacio tatap intens, tidak mengganggu konsentrasi lelaki itu sama sekali untuk mengingat jelas-jelas perkataan pelayan menyebalkan itu.

Ucapan gadis itu memang berhasil memecahkan tawa ibunya—sosok yang paling Nacio sayang dan belakangan ini jarang sekali tertawa. Tapi, haruskah dengan membawa-bawa Nacio sebagai objek tertawaan?

Meski Nacio tahu, gadis itu benar-benar tulus bertanya. Tetap saja ia kesal. Entahlah. Mungkin ketidaksenangannya terhadap sahabat Laura tersebut tercipta begitu saja akibat penghindaran terang-terangan yang gadis itu lakukan untuknya. Padahal mereka tidak saling kenal sebelum Sceybia menginvasi Askor, tapi bisa-bisanya gadis bernama Raquela Agatha itu selalu menatap Nacio seolah dirinya adalah makhluk halus.

"Jadi, kau benar-benar punya hobi makan besi, keponakanku?"

Nacio terkesiap. Suara barusan mengalihkan perhatian Nacio sepenuhnya dari tatapan penuh ancaman terhadap jam weker di atas meja. Pria bertubuh tinggi dan tegap yang rambutnya sudah sebagian memutih berdiri di ambang putih.

Pangeran Matheo—begitu biasanya pria itu disapa oleh seluruh rakyat—berjalan menuju kursi di hadapan meja kerja Nacio setelah sebelumnya menutup pintu yang tadi menjeblak terbuka entah sejak kapan.

"Paman sudah mengetuk pintu berkali-kali, tapi kau terus melamun seperti tadi." Tanpa diminta, Matheo menjelaskan seraya merebahkan tubuh pada kursi di seberang Nacio.

Nacio berdeham pelan. Memaki dirinya sendiri dalam hati. Ternyata, memikirkan tentang Raquela cukup mengalahkan konsentrasinya untuk bersiaga pada kondisi sekitar. Padahal sebagai seorang Marsekal di Les Vortex, Nacio selalu dituntut bisa mendengarkan suara sekecil apa pun di sekitar yang berpotensi mengancam keselamatan negara dan rakyatnya.

"Apa rapat legislatif tidak berjalan dengan baik?" Tidak ingin mengakui konsentrasinya yang terpecah, Nacio mengalihkan pembahasan. Namun, melihat satu alis sepupu ayahnya itu terangkat bingung, Nacio menyambung ucapan. "Paman tidak akan menemuiku di sabtu pagi. Karena paman seharusnya menghadiri rapat Legion Council."

Butuh beberapa detik untuk Matheo yang awalnya bingung, menjadi takjub. "Wah, kau selalu tangkas melihat keadaan." Ia tersenyum, melipat kedua tangannya sendiri di depan dada. "Aku memang datang menemuimu untuk melaporkan sebuah masalah."

"Masalah apa, Paman?" Nacio menutup buku laporan yang lima belas menit lalu diberikan oleh Hector. Sebelum berpikir kesal tentang Raquela, ia sempat melihat-lihat deretan nama prajurit Les Vortex yang Hector ajukan sebagai calon pasukan khusus Angkatan Udara Sceybia yang memiliki wewenang wilayah tidak hanya di udara, tapi juga di darat, dan laut, Sauvages.

"Kau tau, kan, bahwa seluruh anggota dewan Legion Council sudah menyetujui rencana perubahan monarki kita?" Suara Matheo membuyarkan bayangan Raquela di kepala Nacio.

"Ya. Hector sudah memberitahuku."

Matheo mengangguk paham. Tangan kanannya mengelus dagu yang ditumbuhi jenggot tipis. "Masalahnya rapat Legion Council bersama ketua Legion Conclave yang berjalan kemarin, nampaknya memberatkan rencana yang sudah kita susun, Nacio. Tim Hwatt mewakili suara anggota Legion Conclave dari seluruh kota yang enam puluh persen dari mereka.." Matheo menjeda. "menentang berubahnya sistem monarki absolut yang kita anut selama ini."

Nacio mengerutkan kening mendengar pamannya menyebutkan nama ketua Legion Conclave. Sepanjangan karirnya bekerja sebagai ketua parlemen daerah, Tim Hwatt, yang usianya tidak jauh dari Matheo, paling jarang menentang keputusan yang Nacio berikan.

"Bahkan kemarin, perdebatan rapat hampir memicu pertengkaran. Jadi, paman datang ke sini untuk meminta kehadiranmu di rapat minggu depan. Kupikir Tim sangat respek padamu. Kau pasti bisa meyakinkannya. Sehingga dia bisa menjelaskan dengan baik pada anggota Legion Conclave yang lain, tentang tujuan utama kita memindahkan sistem pemerintahan ke monarki konstitusional."

"Kapan rapatnya berikutnya berlangsung?" tanya Nacio.

"Kamis depan."

"Percepat saja."

Berganti dahi Matheo yang kini berkerut. Memancing Nacio untuk memberi penjelasan lebih lengkap mengenai maksudnya.

"Aku ingin masalah ini segera bisa diselesaikan, Paman."

Pada akhirnya, Matheo mengangguk mengerti. "Baik. Terima kasih, Nacio."

Nacio tertawa kecil. "Aku yang seharusnya berterima kasih, Paman. Bukankah paman juga keberatan awalnya dengan permintaan yang kuajukan pada Raja? Tapi, seperti biasa. Paman selalu mempercayai keputusan yang ku ambil. Aku sangat berterima kasih untuk itu."

Matheo tersenyum lebih lebar dari sebelumnya. "Sudah sepantasnya, Nacio. Kau adalah calon raja yang kupilih sejak awal. Dan aku yakin, banyak rakyat Sceybia yang juga memihak padamu. Bukan pada Calvino."

Satu nama yang Nacio benci. Matheo baru saja menyebutkannya.

"Jadi, jangan ragu untuk melanjutkan perubahan sistem pemerintahan ini. Aku percaya, keputusanmu tersebut bisa membawa Sceybia menuju lebih baik lagi. Bahkan mungkin.." Matheo mengangkat bahu sekali. "menjadi salah satu negara termaju yang diakui dunia." ujarnya penuh semangat.

Mengubur rasa sakit yang kembali timbul hanya karena nama Calvino terucap, Nacio pada akhirnya mengulas senyum simpul sebagai tanggapan untuk pernyataan pamannya. Nacio baru hendak membuka mulut untuk menawarkan jamuan minum pada Matheo yang jarang berkunjung ke istana, tapi suara Matheo mendahuluinya.

"Ngomong-ngomong, kau tidak mau menjawab pertanyaanku tadi?" Matheo bertanya dengan senyum usil yang kembali membuat kening Nacio berlipat.

Matheo merebahkan punggungnya pada punggung kursi, memberi Nacio sebuah tatapan tidak biasa. Selama ini, Matheo lebih sering memberikannya sorot hormat sebagai anggota kerajaan luar sekaligus sorot mengasihi sebagai paman. Tapi, kali ini sorot mata Matheo jenaka.

"Dalam perjalanan ke sini, aku melihatmu menikmati teh sore bersama Ratu. Aku dengar salah satu chef yang melayani kalian, mengataimu. Dia bertanya apa kau suka makan besi, kan? Tampaknya dia bertanya karena memang penasaran, bukan bermaksud menyindir atau sejenisnya. Lucu sekali.."

"Dia Chef baru."

"Kau menyukainya?"

"Tidak!"

Mendengar cepatnya Nacio menjawab, bahkan dengan nada suara bersarat tekanan—seolah menyampaikan keberatan secara terang-terangan—Matheo tersenyum canggung.

"Baiklah, baiklah! Aku paham kalau kau tidak menyukainya. Tapi, tidak perlu semarah itu menjawabnya, Nacio."

Nada jahil terselip dalam suara Matheo, membuat Nacio menggeram kecil. Berusaha keras mengontrol diri untuk tak bersikap berlebihan. Aneh, kenapa pembahasan menyangkut Raquela membuatnya terlampau sering melakukan tindakan-tindakan di luar kendalinya? Padahal Raquela tidak mengganggunya secara fisik. Hanya menghindar.

"Dia seorang tawanan, bukan? Kudengar perempuan itu bahkan bukan berasal dari sekolah pastry terkemuka."

"Bagaimana paman tahu?"

"Kau tidak tahu pendengaranku cukup tajam, meski usiaku sudah tua? Seluruh gosip yang terjadi di istana aku mengetahuinya."

Melihat wajah terkejut Nacio, Matheo mengibaskan tangan. "Aku bercanda. Hector yang memberitahuku. Sepertinya, kaki tanganmu itu cukup penasaran melihat kau begitu tertarik menjadikan perempuan itu salah satu pemenang lomba."

"Dia punya kemampuan membuat kue yang handal, Paman." elak Nacio, menjelaskan hal yang sebenarnya tidak dia akui saat ibunya bertanya tentang sandwich tuna buatan Raquela sore tadi.

"Benarkah?"

Nacio tidak punya alasan untuk bersikap gengsi lagi. Dia sudah mengakui kemampuan Raquela di hadapan Matheo, sehingga pada akhirnya hanya mengangguk sebagai pembenaran.

"Jika kau sudah mengakuinya, berarti kue buatan perempuan itu benar-benar enak. Aku penasaran seperti apa rasanya kue buatan dia. Mungkin aku bisa memintanya lain kali."

Sekali lagi, Nacio tidak punya pilihan selain mengangguk-angguk. Bisakah pembicaraan tentang Raquela dihentikan sekarang?

"Tapi satu yang pasti, Nacio."

Nacio menoleh pada sang paman. Matheo memandangnya serius.

"Keputusan mengizinkan seorang pemberontak bekerja di istana cukup sensitif. Jadi, wajar jika berita tentang gadis itu beredar di mana-mana saat ini. Beruntung ayahmu menerima keputusan itu dan rakyat Sceybia tidak menolak kehadirannya di istana. Tapi."

Nampaknya, sang paman masih enggan mengalihkan pembicaraan.

"kau harus selalu berhati-hati."

Nacio mematung. Suara Matheo tenang. namun mengandung sebuah perintah yang berbalut dalam sebuah saran peringatan dari seorang pangeran bawah pada pangeran utama kerajaan. Dan entah kenapa, hal itu mendatangkan sedikit cemas dalam diri Nacio.

"Jika dia masih memiliki sisi pembangkang dan menentang kekalahan Askor," Matheo menyambung kembali ucapan. "bisa jadi gadis itu akan ditarik Calvino untuk dijadikan pengikutnya. Pengikut yang siap sedia menjatuhkanmu dari posisi calon raja kapan saja, bahkan tidak segan bekerja sama untuk membunuhmu sekali pun. Jadi, kau harus berhati-hati, ya."

*

Legislatif (Parlemen) Sceybia :

- Legion Conclave (Setara DPD)

- Legion Council (Setara DPR)

Les Vortex : Angkatan Udara Sceybia

Marsekal : Pangkat/Jabatan tertinggi di Angkata Udara, setara Jenderal di Angkatan Darat.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro