[16] Nagia, si Setan Kedua.
"Sekali lagi saya ucapkan selamat untuk kedua belas pastry chef yang diterima di Covey Dovey."
Raquela mengalihkan matanya yang semula menyoroti penuh takjub pancuran air terjun dari mulut patung singa yang berada di tengah-tengah kolam halaman luar. Dari bilik dapur khusus Covey Dovey—ruangan dapur terpisah yang dikhususkan untuk bagian pastry—Raquela bisa melihat pemandangan mewah itu dengan jelas.
Padahal dia belum berhenti terkagum-kagum pada arsitektur megah dari bangunan Brawnlyn Castle—sebutan untuk istana tempat keluarga Kerajaan Sceybia tinggal. Sejak kakinya menapaki halaman depan istana yang luasnya mungkin mencukupi keseluruhan kota Arkaley, tempat tinggalnya dulu di negeri Askor.
Raquela sampai berpikir, The Royal Botanical Gardens dipindahkan ke istana, karena sejauh mata memandangi halaman depan terdapat banyak sekali pohon-pohon asri terawat serta berbagai bunga penuh warna yang dibentuk rapi menyerupai labirin. Jangan lupakan air mancur di kolam yang menjadi penyambut setiap tamu sebelum melewati pintu utama, kolam itu terpampang gagah dengan diameter kolam dua kali lebih besar dari kolam air terjun yang ada di sebelah timur dapur Covey Dovey barusan.
Desain interior gedung juga tak kalah membuat Raquela begitu semangat menengadahkan kepalanya, menyusuri mata pada setiap ornamen-ornamen yang kebanyakan dilapisi emas. Di salah satu lorong panjang yang Raquela lewati sebelum mengikuti upacara pengangkatan karyawan di Hall Room istana sebelumnya, cermin-cermin berukur besar dan tinggi menghiasi lorong yang membawanya pada sebuah ruangan berhiaskan lukisan-lukisan indah di langit-langitnya. Lampu-lampu kristal menggantung angkuh di setiap ruangan, seolah mengejek Raquela yang bisa melihat seberapa tercengangnya ia kala mendapati pantulan dirinya sendiri di cermin ruangan.
"Saya harap, setelah berhasil mengalahkan ratusan orang yang berpartisipasi dalam perlombaan minggu lalu, kalian semua bisa bekerja di Covey Dovey dengan baik dan selalu siap sedia membuat kue serta dessert terbaik untuk keluarga kerajaan dan semua tamu-tamunya." Lelaki berusia sekisaran lima puluh tahunan itu masih menyambung pidatonya Setelah dibawa dari Hall Room menuju Chovea—dapur istana hidangan utama.
Setelah mendapat sambutan dari Executive Chef yang mengepalai keseluruhan bagian dapur istana, Raquela dan kesebelas pemenang lomba membuat kue diarahkan menuju dapur bagian pastry, Covey Dovey. Penggunaan alat-alat yang berbeda dengan kebanyakan perlengkapan di Chovea, serta pemilihan suhu yang punya nilai tersendiri dalam membuat roti dan dessert, membuat Covey Dovey diberikan ruangan khusus yang letaknya tepat di seberang dapur utama.
Lelaki paruh baya itu, Sir Jammie Willis, yang merupakan Executive Pastry Chef, kembali melanjutkan ucapannya.
"Lakukan semua proses pekerjaan dengan segenap kemampuan kalian. Sampai sini, apa ada yang ingin ditanyakan?"
"Tidak, Chef!" Sebelas Pastry Chef yang baru disahkan oleh Raja Lucian, termasuk Raquela, menjawab penuh yakin.
Lelaki berpotongan rambut belah tengah itu tersenyum. "Baik, kalau begitu hanya ini yang bisa saya sampaikan. Jika nanti ada yang kebingungan dalam melaksanakan tugasnya, kalian bisa langsung bertanya pada Chef de Partie di bagian masing-masing."
*
"Jaycee Smith."
Raquela perlu tertegun beberapa detik saat tangan kanan dari perempuan berwajah oval di hadapannya terulur pada Raquela. Ia cukup takjub ada teman sesama bagian Boulenger yang ramah dan mau mengajaknya berkenalan. Jadi, Raquela berusaha cepat menguasai diri untuk menyunggingkan seutas senyum ramah juga.
"Raquela." Raquela menjabat tangan itu. "Raquela Agatha."
"Kau ingin dipanggil.." Jaycee memiringkan sedikit kepalanya, mungkin bingung harus memanggil Raquela apa.
"Raquela saja."
Dengan cepat, gadis berambut sebahu itu mengangguk-angguk. Kemudian tersenyum lagi. "Kau bisa memanggilku Jaycee." ujarnya yang langsung direspon Raquela dengan anggukan juga.
"Ngomong-ngomong, apa kau benar peserta yang berasal dari Kerajaan Askor?"
Raquela terkesiap, terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba Jaycee. Ia berdeham pelan, berusaha mengurangi rasa gugup untuk menjawab jujur. Memang apalagi yang harus Raquela lakukan? Untuk apa berbohong juga. Lagipula ia penasaran seperti apa pendapat rakyat Sceybia terhadap rakyat negeri tetangga mereka.
"Ah, maaf, desas-desus tentang adanya tawanan Askor yang diizinkan mengikuti perlombaan berkembang sangat cepat di lembaga kursus boga yang kuikuti. Dan maafkan aku juga, ya. Aku tidak sengaja melihat nametag-mu saat upacara penerimaan di Hall Room tadi."
Raquela tertawa pelan. "Ya, aku dari Askor." akunya, dan ternyata pilihan jujur memang sangat membuat lega. Biarlah seperti apa pun yang Jaycee pikirkan tentangnya. Yang penting, Raquela ingin menjalani hidup kedua di istana ini dengan kehidupan tenang dan damai, tanpa masalah.
"Aku dari Deerhill, kota kecil di pinggiran wilayah Sceybia." Tanpa bisa Raquela cegah, Jaycee sudah kembali berceloteh panjang lebar. Untung saat ini, mereka berdua sedang dalam waktu istirahat setelah beberapa jam lamanya tadi diberi tugas untuk memerhatikan segala proses pekerjaan di Covey Dovey yang dilakukan oleh para senior. Agar mereka mengetahui lebih detail mengenai lingkup tanggung jawab dari seorang Pastry Chef.
"Karena itu, aku merasa sangat senang bisa membanggakan kotaku dengan diterima bekerja di Brawnlyn Castle." Ungkap Jaycee lagi, senyumannya terlihat benar-benar cerah.
"Aaa, begitu.." Raquela mengangguk kecil, ikut tersenyum. "Kalau begitu, selamat untukmu. Orang tuamu pasti sangat bangga. Aku ikut senang."
"Terima kasih, selamat untukmu juga, ya. Orang tuamu pasti sangat bahagia kau bisa dipekerjakan di sini."
Senyum Raquela memudar. Jaycee benar. Ayah dan Ibunya pasti sangat bangga jika mereka berdua bisa melihat Raquela berhasil menjadi seorang Chef.
"Kau tau tidak, masuk ke Chovea itu benar-benar disaring ketat. Saingannya juga berat-berat. Banyak yang berasal dari sekolah kejuruan ternama. Kita benar-benar beruntung bisa diterima di sini, Raquela."
Raquela menganggukkan kepala sekali lagi, mengikuti langkah Jaycee yang baru saja menggandeng lengannya dan mengajak ia jalan-jalan di sekitar taman air terjun.
Jaycee mengucapkan hal yang benar lagi. Setahunya, hampir sembilan puluh persen semua pekerja di Chovea merupakan lulusan perguruan tinggi terkenal di dunia. Mereka menempuh pendidikan khusus dan tidak sedikit yang menyandang gelar bergengsi setelah berhasil melalui beberapa ujian yang diadakan lembaga-lembaga terkait dan diakui oleh seluruh dunia.
Bersama Jaycee terasa hangat, padahal mereka baru saja berkenalan. Apa Jaycee seperti Laura?
Tidak. Raquel meyakini itu karena di masa lalu pun, gadis inilah yang selalu ada untuknya di istana ini. Yang menemani Raquela ketika dirinya bersedih setelah mendengar kabar pernikahan Laura dan Nacio. Yang bahkan menangis ketika Nacio menjatuhkannya hukuman mati, tapi Jaycee tidak bisa berbuat apa-apa karena jabatannya sendiri hanya seorang pelayan kerajaan. Jika ia terus melawan, maka nyawanya sendiri yang menjadi taruhan.
"Raquela,"
Suara Jaycee menyentak Raquela dari lamunan. Ia menoleh ke arah Jaycee lagi, menemukan gadis itu menunjuk seseorang yang berdiri tidak jauh dari posisi mereka di bangku taman.
"Ayo kita temui dia. Mari kita ajak berteman juga," Jaycee menoleh pada Raquela dan tersenyum manis. "Seperti kita." Lanjutnya lagi.
Menyetujui usul Jaycee, keduanya menghampiri seorang gadis berkacamata yang tengah menekuri buku catatan kecil di tangannya. Ketika tersadar dengan kedatangan dua orang di hadapannya, gadis berwajah bulat itu mendongak dan memberi tatapan heran.
"Hay! Salam kenal. Aku Jaycee Smith dan dia.."
"Raquela Agatha." Raquela menyambung ucapan Jaycee dengan cepat, ikut tersenyum juga pada Amy Elliot. Satu lagi sosok yang dulu pernah menjadi teman dekatnya di masa kehidupan yang lalu. Gadis ini baik, hanya saja sedikit lebih tertutup di banding Jaycee.
Amy menaikkan kacamatanya yang agak melonggar, sebelum mengulurkan tangan kanan dengan ragu-ragu. "Aku Am—
"Jadi kau, Chef kampungan yang berasal dari pelosok Askor itu?" sebuah suara memotong ucapan perkenalan diri Amy. Tidak hanya Raquela yang terkejut karena nama dan kampung halamannya disebut-sebut orang itu, tapi Jaycee dan Amy juga terhenyak begitu melihat sosok yang baru berhenti melangkah tepat setengah meter di hadapan mereka.
Seorang perempuan tinggi dan cantik. Berwajah angkuh. Ia melipat kedua tangannya dan memindai tubuh Raqula dari atas hingga bawah. Sebelum tertawa pelan.
"Chef yang diterima istana karena kepiawaiannya membuat kue, padahal jelas tidak memiliki gelar apa pun." Perempuan itu berdecih yang sontak membuat darah Raquela mendidih.
"Aku heran bagaimana kau bisa diterima."
Dia Nagia. Setan kedua yang pernah Raquela kenali di istana ini, setelah kakak lelakinya yang juga bermulut petasan, Nacio.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro