Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 24 || Unboxing [21+]

[ a.n: Ahaha ... Sesuai judulnya, agak aneh, sih. Aku sendiri belum pernah melakukannya. Jadi, tolong koreksinya, ya kalau aku salah. I'm happy, kok.

Buat yang di bawah umur, jangan dibaca, ya. Aku sayang kalian, deh, kalau nurutin aku. Kalau mau lanjut baca, pas bagian 21+, berhenti, skip ke bab berikutnya aja, wkwkwkw. Okay?🌹

Jangan lupa untuk vote, komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian ya! 🌹 - rose sarai]

Bab 24
Unboxing [21+]

Karena tak kunjung menemukan Tashima, bahkan ponsel gadis itu tergeletak begitu saja di atas meja dapur. Gerald yang panik pun keluar dari apartemen, mencari keberadaannya. Berjalan sedikit lebih jauh dari sana, akhirnya ia menemukan Tashima. Namun garis-garis kasar di dahinya terlihat jelas kalah seorang cowok yang ia kenal di samping istrinya, Alex.

Dari posisinya, Gerald mengatupkan bibirnya rapat dengan rahang mengeras ketika Alex menarik Tashima ke dalam pelukannya, mereka berpelukan cukup lama, saling mengelus punggung dengan hangat.

Gerald terpaku di tempatnya. Sedetik setelah itu, ia berjalan cepat ke arah mereka, setengah berlari. Sialan. Kewarasannya telah direnggut oleh amarah. Ia tidak suka ini, mengapa mereka berpelukan? Tidak. Ia benci. Ada yang sakit, diremas di dada pria itu ketika melihat Tashima nyaman bersama Alex, walaupun Alex adalah sahabatnya sendiri, akan tetapi gadis itu resmi menjadi istrinya. Rasanya sakit, dan kesal, marah, semuanya bercampur satu.

Setibanya di sana. Gerald menarik lengan Alex menjauh dari pelukan Tashima. Ia tidak tahu seberapa kasar tindakan itu, yang jelas dalam satu hentakan, cowom itu lepas dari sang istri. Peduli setan, yang jelas Tashima harus menjaga jarak darinya.

"Lo apa-apaa, sih!" bentak Alex, kesal. Ia mengusap lengannya yang kesakitan akibat tindakan Gerald.

"Kamu yang apa-apaan! Shima ini istri, mas! Sadar kamu, Lex!" Gerald balas membentak keras adiknya. Masa bodoh dengan orang-orang yang terganggu di sekitar sini. Yang jelas Gerald sedang emosi kepada mereka berdua, Alex dan Tashima.

"Pulang!" Gerald menarik pergelangan tangan Tashima dengan sedikit kasar, membuat gadis itu terhentak dari tempat berdirinya.

Alex yang melihat itu, ikut kesal. Maka iya menarik lengan Gerald dengan tak kalah kasar hingga pria itu setengah langkah mundur. "Gue tahu, gue salah jalan malam-malam di luar bareng istri lo, Mas. Tapi jangan kasar gitu juga dong!" Alex melirik tidak suka tangan Gerald yang mengekang tangan Tashima.

Spontan Gerald melepaskan genggamannya dari Tashima, melihat keadaan gadis itu yang memucat. Gerald menghela napas panjang, dan berat. Ia kemudian berseru tanpa kembali memegang tangan gadis itu. "Kita pulang sekarang."

Tidak ada penolakan. Tashima berjalan terlebih dahulu, bersama Gerald yang mengikuti dari belakang. Terus menghela napas gusar, pria itu mati-matian menahan diri untuk tidak kasar kepada Tashima. Akhirnya mereka sampai di apartemen, Gerald masuk ke kamar, sementara Tashima pergi ke dapur untuk mengambil ponselnya. Gerald kemudian memindahkan Raka ke kamarnya sendiri. Ia ingin berbicara sesuatu yang penting dengan Tashima, hanya mereka berdua, yang mungkin akan menganggu istirahat Raka.

Gerald kembali ke kamar utama. Di atas ranjang, Tashima sudah terduduk sambil menundukkan kepala, tidak berani menatap sang suami. Gerald duduk di samping Tashima seraya mengusap kasar wajahnya.

"Kalian darimana aja, hmm?" tanya Gerald, memutuskan rantai keheningan di antara mereka.

Gadis yang ditanya, mengigit bibir bawahnya dengan tatapan mata berkaca-kaca. "Cuma jalan, cari udara seger aja, Mas."

"Sampai pelukan segala?"

Tashima mengangkat wajah, menggeleng kepala sambil memejam hingga air matanya keluar. "Bukan gitu, Mas. Tadi kita cuma pelukan biasa. Enggak ada apa-apa, pure pelukan sahabat."

"Yakin?"

Tashima mengangguk kencang. "Jujur, mas. Tadi Alex datang, terus aku yang lagi masak kue di dapur diajak jalan-jalan sambil cari udara segar. Aku yang bingung sama mood-nya mas yang buruk sejak pagi, iyain ajakan Alex. Dengan harapan, semua pikiran aku berkurang. Terus dia sempat ...." Tashima menceritakan semua kejadian yang terjadi kepada Gerald, tidak ada yang ditutupi sama sekali.

Gerald tersenyum kecil, kata-kata penjelasan Tashima menghangatkan hatinya yang sempat kesal tadi, membawa ia pada rada kehangatannya. "Maaf. Saya tadi pagi terlalu terbawa suasana. Mood saya jadi buruk seharian ini sampai mengabaikan kamu." Gerald menarik tangan Tashima, menggenggamnya erat.

"Saya minta maaf, kalau tindakan saya bikin sakit kamu."

"Iya, Mas. Maaf, ya. Aku enggak bakal ngilangin lagi. Kalau aku keluar, aku pasti kabarin mas." Tashima meremas pelan tangan Gerald, memberikan keyakinan di sana agar pria itu percaya.

Tidak ada lagi yang mereka bicarakan. Namun mata keduanya saling bertukar pandang, mengirimkan sinyal-sinyal listrik yang menghantar pada satu kesimpulan di tengah malam ini. Secara naluri, Gerald mendekatkan wajahnya pada Tashima yang perlahan memejamkan mata. Tangan pria itu kini berpindah ke tengkuk sang istri, sementara tangan lainnya menarik tubuh Tashima, mengikis jarak di antara mereka.

Penyatuan bibir yang awalnya berjalan lambat dan penuh kelembutan, merasakan sekali lagi setiap kenyalnya benda itu. Namun, lambat laun berubah menjadi decakan mendambakan. Suara deru napas yang saling bersahutan, lenguhan panjang yang terlepas. Gerald benar-benar dibuat hilang akal karena gesekan kulit yang intens di antara mereka.

Pria itu kemudian mengubah posisi mereka dengan cepat. Ia membawa Tashima di bawah tubuhnya. Gerald dengan lincah melepaskan pakaiannya dan Tashima, membuat ia dengan leluasa memandangi tubuh istrinya itu. Kepalanya turun, pada leher Tashima yang menggoda, memberikan kecupan di sana, mengigit pelan hingga Tashima kadang menjerit keras, dan mendesah panjang, memanggil namanya berulang kali. Tidak hanya itu, Gerald berpindah ke daerah lain, bukit kembar sang istri, memberikan tanda di sana, meremas, melumat hingga Tashima menjerit kecil, menggeliat hebat di bawah tubuh Gerald.

Kini tidak ada lagi sehelai benang pun yang menutupi tubuh mereka. Tashima berusaha untuk mengobrol suaranya, namun jari-jari nakal Gerald seakan-akan tidak memberikannya kesempatan untuk terbiasa dengan semua sentuhan itu. Sekujur tubuhnya memanas, saraf-sarafnya penuh dengan euforia.

"Kamu siap?" Gerald menatap Tashima yang bernapas tidak teratur di bawahnya dengan serius, meminta persetujuan sebelum memasukkan dirinya ke dalam Tashima.

Tashima yang tidak bisa berpikir jernih, mengangguk cepat. Ia tidak bisa menahan diri lagi. Ia ingin lebih dari ini. "Tolongh, Mash!"

Tidak menunggu lama, Gerald mengecup kening dan bibir Tashima, kembali memainkan tangannya di sekitar tubuh Tashima yang sensitif, memberikan rasa rileks sehingga gadis yang sebenar lagi menerima benih-benih cintanya tidak kaget, dan merasa terlalu sakit.

"Sssth! Mash, pelan-pelanhh dikit." Tashima menggerang tertahan seraya meremas pundak Gerald kuat. "Mashh!"

"Yeah, babyh!"

Perlahan-lahan Gerald berhasil memasukinya. Pria itu mendesah panjang tat kalah ia merasa seluruh tubuhnya hampir terbang. Miliknya terjepit dengan luarbiasa nikmatnya. Ia kemudian menggerakkan tubuh, dari lambat, hingga temponya dipercepat. Suara ruangan malam itu dipenuhi dengan banyak hal, suara ranjang yang berdenyit, erangan pasangan suami-istri itu yang terlena dengan indahnya penyatuan, dan suara hujan yang tiba-tiba turun.

Akhirnya, kegiatan mereka berhenti setelah puas menerima kepenuhan. Gerald menjatuhkan diri di samping Tashima sambil memeluk gadis itu dengan erat, mengecup keningnya berulangkali sambil mengucapkan terima kasih atas segalanya.

"Kamu jangan lupa minum obat KB Darurat yang mas beli kemarin di apotek, ya. Mas lupa pakai pengaman tadi, keluar di dalam semuanya." Gerald membisik di samping Tashima. Tangannya mengelus perut telanjang Tashima dengan hangat, lalu memeluk tubuh mungil gadis yang telah resmi menjadi perempuan miliknya.

Yaps. Sesuai kesepakatan, mereka tidak ingin memiliki anak dulu hingga Tashima genap 20 tahun. Ah, memikirkan ini, Gerald merasa sedang menggauli anak kecil.

Drtttt! Ponsel Gerald berbunyi nyaring, mengalihkan perhatian mereka berdua pada benda yang berada di atas nakas itu.

Nomor Tidak Diketahui sedang memanggil.

Siapa yang malam-malam begini menelpon? Apalagi di luar sedang hujan deras.


To be Continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro