Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 14 || Cemburu Julid I

Bab 14
Cemburu Jilid 1

Malam itu, Alex tak kunjung datang ke apartemen, padahal Tashima sudah menunggunya sejak pagi. Baiklah, gadis itu menganggap jika Alex sedang sibuk dengan urusan kampusnya atau apalah. Bukan Tashima tidak peduli, karena ia tahu Alex bukanlah cowok yang bisa dikunjungi saat ini, ia membiarkannya menenangkan diri sejenak, apalagi pasti semua ini ada kaitannya dengan kejadian tadi pagi.

Semetara itu, Gerald baru saja pulang dan tengah membersihkan diri di kamar mandi. Bekas lebam di bibir dan sudut matanya masih membiru, entah seberapa sakit yang pria itu rasakan sekarang, yang jelas, Tashisma sudah siap dengan air panas dan kotak P3K untuk mengobati lukanya. Tekat, ya? Lebih baik, daripada tidak sama sekali. Lagi pula, Tashisma juga penasaran dengan penyebab utama tanda-tanda itu berada di wajah Gerald.

Tidak lama kemudian, Gerald keluar dengan keadaan lebih fresh dibandingkan sebelumnya. Ia kemudian duduk di samping Tashisma yang kemudian memasukkan sapu tangan putih ke dalam baskom air panas.

"Mas, aku kompres hangat nggak papa?" tanyanya, namun sebelum Gerald menjawab, ia sudah mengangkat benda tersebut dan meletakkannya di sudut bibir pria itu, tepat luka membiru yang ternyata lumayan dalam.

"Kamu ud-"

"Ssttt! Jangan banyak bicara, dulu." Tashima senjaga menekan sapu tangan dengan kasar hingga Gerald mengaduh kesakitan.

Tashisma memutar bola matanya. "Ginj aja sakit, terus kenapa tadi berantem nggak ngeluh?"

Gerald tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum, demi apapun, Tashisma sangat menggemaskan saat ini, ketika wajahnya cemberut dan kesal. "Beda, Shima."

"Apanya yang beda?" Pancing gadis itu, seraya kembali menempel kompres di sudut mata sang suami. Entah, pria itu akan jujur, atau tidak, yang penting Tashima sudah berusaha membuat percakapan di antara mereka. Jika pria itu ingat tentang perkataan mereka tempo hari, seharusnya ia mau berbagi cerita, baik itu berat atau tidak.

Gerald menarik tangan Tashima menjauh bersama dengan sapu tangan. Gadis itu paham, Gerald mengerti dengan arah pembicaraan mereka, dan pria itu hendak membicarakan sesuatu yang serius. Maka, ia membalas tatapan pria itu dengan tak kalah serius, bahkan ia tanpa sadar menahan napas.

"Mas berantem sama Alex tadi pagi," jelas Gerald, terdengar helaan napas panjang, keragu-raguan ada di matanya, lidah pria itu berat dan tatapan yang tak berarah. "Mas belum bisa ceritain ini ke kamu sekarang, tapi cepat atau lambat, mas akan cerita semuanya, tanpa ada yang mas tutupi dari kamu. Yang jelas, Alex sepertinya marah besar sama mas dah hubungan kami benar-benar nggak baik-baik aja."

Kepala Tashima mengangguk pelan. "Okay. Aku apresiasi mas buat jujur tentang pertengkaran mas dan Alex. Makasih, ya, Mas." Meskipun sejujurnya, ia sedikit kecewa karena alasan dibalik pertengkaran mereka masih dirahasiakan oleh Gerald. Jika Gerald sudah tutup mulut begini, maka Alex tidak berbeda jauh, atau mungkin ia sama sekali tidak akan mendapatkan jawaban dari kata-kata Alex selain celotehan tidak kelas.

Suasana kembali hening, Tashima larut dana dunianya, begitupun Gerald. Hingga terlintas di benak Tashisma sebuah alasan perselisihan antara kakak beradik itu. Mungkin ini terdengar terlalu percaya diri, namun bisa saja kan?

"Ini enggak ada hubungannya sama aku, kan, Mas?" tanya Tashima, matanya mengedip-edip beberapa kali.

Gerald tersendat salivanya sendiri, menelan ludah bagaikan melaksanakan batu berukuran jambu biji ke dalam tenggorokan. Berusaha menetralkan wajah, dan berpura-pura biasa saja, pria itu tidak menjawab, ia malah berdiri dan mengusap rambut Tashima dengan lembut.

"Apapun itu, entah ada kaitannya sama kamu atau enggak, semuanya baik, enggak ada niat buruk. Mas ngelakuin ini, karena itu, mas peduli. Hal terkonyol, dan tergila yang pernah mas lakuin."

"Huh?" Tashima tidak paham dengan apa yang dimaksud oleh Gerald. Kenapa Gerald jadi mirip seperti cewek? Belibet, ribet. Tahsima menggeleng, ia juga cewek, kenapa malah menjatuhkan? Sadar, Tashima.

"Besok jalan-jalan, yuk? Kebetulan mas enggak ada jadwal kelas besok. Mau, kan?"

"Huh?" Ini, kenapa mendadak Gerald berinisiatif untuk mengajak mereka jalan-jalan? Biasanya Raka harus memohon dulu, baru pria itu mau. Sungguh aneh.

Gerald kemudian berjalan menuju kamar. Menyadari bahwa urusan mereka belum benar-benar selesai, alias lukanya belum Tashima bersihkan dengan baik, gadis itu kemudian berseru. "Mas? Kok, malah masuk? Nggak dikompres lagi, dulu?"

"Di kamar aja, Shima? Mas mau sekalian tidur, capek banget." Gerald balas berseru dengan suara lumayan keras.

Buru-buru, Tashima bergegas ke kamar. Sementara itu, Raka sudah tertidur pulas sejak tadi, anak itu terlalu banyak menggerakkan tubuhnya hingga cepat sekali kelelahan, bahkan setelah meminum susu, ia tanpa disuruh langsung berjalan ke kamar dan tertidur.

••••

Gerald melirik ke dalam toko kue dengan tatapan tidak suka. Siapa pria itu? Kenapa harus melihat Tashima sedalam itu? Kenapa juga dengan Tashima, apa maksudnya tertawa itu? Tanpa sadar Gerland menyipitkan mata, memiringkan kepala, meneliti setiap gerak gerik mereka. Karena Tashima masih asik berbicara dengan pria di dalam toko kue tersebut, Gerald memutuskan untuk masuk ke dalam bersama Raka yang berada dalam gendongannya.

Berdiri tepat di samping Tashima, Gerald sengaja tidak tersenyum kepada pelayan pria tersebut dan merengkuh tubuh kecil Tashima secara mendadak hingga gadis itu terkejut bukan main.

"Mas, aku kaget!" Tashima melotot, namun karena tatapan tajam Gerald yang tak lepas ke arah King, mau tidak mau menyadarkan Tashima bahwa keadaan mereka sedang berada di zona kuning, alias berjaga-jaga.

Ketika Tashima membuka bibirnya untuk menjelaskan tentang mereka, satu sama lain agar saling mengenal, akan tetapi sebuah seruan menyela.

"Siapa dia?" King terlebih dahulu berseru dengan dahi mengernyit, seakan-akan pria itu amnesia bahwa Tashima memiliki suami, Apalagi Raka ada di pelukan Gerald, apa masih kurang?

Gerlad mengangkat satu alisnya, kini ia terkejut sebab dua hal, yang pertama, siapa pria ini sehingga lancang sekali bertanya tentang posisi Gerald bagi Tashima. Lalu, pria ini berbicara menggunakan bahasa Indonesia.

"Saya suaminya Tashima, ayahnya Raka, mamanya Raka." Singkat, dan padat, jelas Gerlad tanpa mengubah ekspresi wajahnya yang datar, seakan-akan siap menerkam King kapan saja jika salah berucap.

Mengetahui keadaan semakin canggung, Tashima berseru. "Hoo, iya, Mas, ini. King, mamanya orang Bali, Mas."

"Dia udah tahu kamu punya suami dan anak?"

Tashima menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, senyum paksaan terpatri dalam wajahnya. "Udah, kok. Iya kan, King?"

Ini kenapa Gerlad menjadi seperti ini? Apa tidak ada tempat lain saja untuk bertanya? Harus banget di depan orangnya? Tashima menarik napas pelan-pelan.

"Iya, maaf, mas, saya awalnya nggak kepikiran Tashima udah punya suami dan anak." King tanpa dosa berseru, seakan-akan nyawanya sama seperti kucing yang entah jatuh berapa kali dari atas pohon tidak mati-mati.

"Hm ... Ini udah, kan, ya? Kami pamit dulu, ya. Bye, king." Tashima menarik kantong kertas dari meja kasir, kemudian berbalik badan, menegang tangan Gerlad dan menarik mereka keluar dari sana. "Ayok, mas. Katanya mau jalan-jalan, kan?"

Setibanya di luar, Gerlad masih tidak habis pikir dengan laki-laki bernama King itu. Genit sekali. "Dia sering godain kamu?"

Keadaan yang sempat sunyi, kembali terisi, Tashima mengangguk dengan ragu-ragu. "Cuma beberapa kali, sih, Mas. Dia juga cuma main-main, kok. Aku udah kasih tau dia, Raka juga tahu. Iya, kan, nak?"

Raka yang ditanya, entah paham atau tidak, malah mengangguk antusias seraya melahap kue cokelat di atas gendongan Gerlad.

"Baju Mas bisa kotor, Raka makan sambil jalan aja, Mas," saran Tashima yang tidak digubris oleh Gerlad.

"Kamu lain kali, kalau digoda lagi, jangan diladeni, ya? Atau enggak, jangan kesitu lagi, dia kayaknya suka sama kamu."

"Ya, bagus dong, kan aku jadi ada temannya." Tashima tertawa pelan di akhir ucapannya.

"Kamu polos atau naif?"

Paham, Tashima paham dengan maksud Gerald, hanya ia sengaja memancing lebih jauh lagi reaksi Gerlad. Lucu sekali suaminya ini jika cemburu.

"Eh? Mas cemburu?"

Gerlad diam, tidak berkutik lagi. Ia sendiri tidak paham mengapa beraksi seperti ini. Astaga.

To be Continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro