Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 09 || Perkara Gemas

Bab 09
Perkara Gemas

Tiga bulan pernikahan yang Tashima dan Gerland arungi, namun entah mengapa semua terasa biasa saja, terutama bagi Tashima. Tidak ada tanda-tanda jikalau Gerald memiliki perasaan yang lebih kepadanya, seperti pasangan saling mencintai setelah kejadian mendebarkan hari itu, di dalam kamar mereka.

Gerald tetap memerankan tugas sang ayah dengan sangat baik, ia menjaga dan merawat Raka seperti biasanya, bahkan mungkin saja lebih. Ia juga melakukan hal yang sama kepada Tahsima, hanya saja seperti ada yang kurang, apa mungkin perhatian yang terasa hambar selama ini? Maksudnya, jenis perhatian yang ia kasih seperti seorang kakak kepada adik. Paham, kan, perasaan Tashima sekarang, dilema dan dibuat kebingungan.

Seperti hari ini, Gerald hanya berpamitan seadanya kepada Tashima, meliriknya kemudian pergi ke kampus setelah mencium kening Raka. Tashima kesal bukan main, pria itu yang berkata seakan-akan hubungan mereka adalah suami istri yang dalam tanda kutip sesungguhnya, melakukan apa yang dilakukan pasutri di luar sana. Namun apa? Bahkan terakhir kali mereka saling bersentuhan saja bisa dihitung sekitar dua Minggu yang lalu, itu pun terjadi karena ketidaksengajaan.

Tashima mendengkus jengkel seraya berdiri di depan Raka. “Papa ngeselin, ya?” celetuknya tiba-tiba.

“Ngeselin?” ulang Raka sambil mengedipkan matanya kebingungan.

Spontan Tashima menggeleng kepala. “Nggak papa, sayang. Mama tadi ngasal. Papa ganteng banget, kaya kamu. Bikin Mama pengen gemesin sampai pingsan!”

“Papa?” Raka menunjuk ke belakang tubuh Tashima.

What the ... perlahan Tashima memutar kepala dengan kening mengerut, bukannya pria itu sudah pergi. Gadis itu bangkit berdiri dan menunduk malu. Ya salam, apa yang telah ia katakan tadi? Apa Gerald mendengar ucapannya tadi? Pintar sekali Tashima, dengan begini entah apa yang Gerald pikirkan tentangnya.

Gerald berjalan mendekati Tashima, hingga tersisa setengah langkah saja maka mereka akan saling bersentuhan. Pria itu mencondongkan tubuhnya ke arah Tashima dan mengulurkan kedua tangannya ke sisi tubuh gadis itu, hingga pergerakannya terkunci di antara meja makan di belakang, dan lengan kekar Gerald.

“Saya lupa kunci mobil,” bisik Gerald sesudah berhasil meraih kunci mobil di atas meja makan. “Saya tunggu kamu gemesin sampai pingsan.” Lanjutnya yang diakhiri dengan kekehan pelan.

Tashima mengulum bibir, tidak mampu berkata-kata. Nyalinya menciut. Barulah setelah Gerald pergi, ia bernapas lega dan menjatuhkan diri di atas lantai. Ingin sekali ia merutuki diri dan menghilang untuk beberapa saat dari dunia ini hingga rasa malunya lenyap.

Tiba-tiba ponselnya berdering kencang di atas meja. Ternyata pesan masuk dari Alex. Entah sejak kapan pastinya, yang jelas sahabat yang merangkap menjadi adik iparnya sekarang sangatlah rajin menghubunginya secara pesan teks dan video call.

Alex:
Tas? Tas tas?

Tashima: enggak ada akhlak banget sama kakak ipar, ya, Lo?

Alex: Aelah, kakak ipar jangan sensi. Gue ada kabar baik, nih.

Tashima:
Paaan? Mau ngurus anak, nih, gue.

Alex:
Iya mahmud benter lagi gue ke Amsterdam!

Tashima:
SERIUS? NGAPAIN LO?

Alex:
Kalem.
Kuliahlah, emang ngapain? Jaga anak?

Tashima mengigit bibir bawahnya sambil membaca balasan Alex. Memang apa salahnya menjaga anak? Itu sama sekali bukan perbuatan dosa. Tersenyum kecut, ada terselip rasa iri dengan Alex. Pria itu bisa berkuliah di mana pun ia mau, entah dengan koneksi ayahnya, atau otak yang memang encer. Alih-alih berkata bahwa ia adalah anak orang kaya yang memiliki Privilege, laki-laki itu mampu dengan otaknya sendiri.

“Mama?”

Tahsima:
Eh, iya. Anak gue manggil, nih. Ntar lanjut, ya.
Btw, congratulations, ya. Gue seneng dengarnya.

“Eh iya, tadi katanya mau jalan-jalan, ya? Yuk, sebelum mama Les bahasa Belanda.” Tashima menggendong Raka, dan mereka keluar dari rumah. Sungguh, Tashima sangat menyukai suasana Amsterdam, udara yang segar, penduduk yang ramah, dan tidak terlalu ribet dengan kehidupan orang lain alias jarang ia temui perkumpulan ibu-ibu yang berdiri sambil mereview kelakuan orang-orang yang tidak sesuai dengan otak mereka.

Setibanya di luar, orang-orang banyak yang berlalu lalang, ada yang menaiki sepeda melintasi pinggiran sungai yang kadang dilewati beberapa boat. Suasana yang jarang sekali, bahkan belum pernah ia lewati selama di Jakarta.

“Bagus kan, Raka?” seru Tashima menunjuk ke samping mereka, sebuah boat melintas.

“Bagus mama!” Raka memekik senang, ia bahkan terus menerus menoleh mengikuti perginya boat tersebut.

Tashima membuang kepala, dan menemukan sebuah toko kue yang menarik sekali di matanya. Selian itu, pasti Raka senang jika ia membelikannya kue cokelat kesukaannya.

Mereka pun masuk ke toko kue tersebut. Sejak awal, ketika mereka membuka pintu, aroma kue menyerbak memenuhi penciuman mereka, Tashima tersenyum puas, matanya meneliti setiap isian etalase kaca dengan teliti. Ruangan ini tidak besar, namun ia tahu di dalam sana ada dapur khusus membuat kue-kue lezat ini.

“Mama!” Raka menunjuk ke arah kue cokelat yang berada di depan mereka.

Tashima mengikuti arah padang sang anak. “Raka mau? Mama beliin, ya? Tapi jangan kasih tau papa, nanti mama kena omel.”

“Hallo?” sapa si penjaga kue, pria bertubuh kekar yang memakai celemek bermotif bunga-bunga, keberadaannya sangat kontras dengan suasana imut toko kue ini, Tashima bahkan tidak berkedip selama beberapa detik.

“Haii.” Tashima mengangguk kecil, menurunkan Raka dari gendongannya.

Secara singkat, Tashima menjelaskan ia ingin membeli beberapa kue. Ia kemudian menunjuk ke arah kue yang Raka inginkan, chocolate gâteau, dan ia sendiri memilih kue Poffertjes yang sangat menarik perhatiannya.

[Punya Raka]

[Punya Tashima]

Whare are you from?” tanya si penjaga tokoh seraya membungkus kue pesanan Tashima dan Raka dengan telaten. “Btw, my mom from Bali, and my Dad from Belanda.”

Anggaplah Tashima kampungan karena sedetik setelah pria itu berkata demikian, mata dan bibir gadis itu terbuka lebar. “So, you can speak Indonesian?”

“Iyalah, orang saya besar Bali.” Pria itu kali ini berseru dengan kekehan kecil di ujung kalimat, walaupun terdapat dengkusan halus di awalnya.

Tashima mengangguk pelan bercampur malu. “Ya, maaf.”

“Btw, ini adek kamu?” tanyanya sambil memamerkan senyuman kepada Raka, lalu memberikan plastik isian kue kepada Tashima

Menggelengkan kepalanya, Tashima berseru.” “Anak saya.” gadis itu kembali menggendong Raka. “Raka, kenalan sama kakak ini, ayok.”

“Eh, seriusan? Umur berapa?”

Raka yang paham lalu mengulurkan tangan, menarik ujung bibirnya hingga kedua matanya hampir tenggelam di balik kelopak. “Laka. 2 taun. Om?”

“King.” Pria itu menerima uluran tangan Raka dengan senang hati walaupun harus menahan kekesalan karena dipanggil om. “Btw umur saya masih 24 tahun.” Lanjutnya yang kali ini mengalihkan pandangannya kepada Tashima.

Terus? Tashima mengangguk saja biar pria itu senang. Lagi pula kenapa jawabnya ke arah Tashisma, padahal yang bertanya Raka.

“Seriusan Lo udah punya anak?” tanya pria yang memiliki nama King itu, masih terkejut.

“Emang kenapa kalau gue punya anak? Santai aja kali.” Jedanya seraya mengulurkan lembaran euro dari dompet dan memberikannya kepada pria bernama King, itu. “Btw, punya anak di umur berapapun bukan sebuah dosa, asal Lo bisa bertanggungjawab buat ngurusin dengan kasih sayang.”

“Maaf, saya nggak ada maksud mau menyingung. Cuma kaget aja.”

Tashima mengangguk sambil menerima kembalian dari King. “Santai aja.”

“Kamu di sini sama suamimu berarti?”

“Iya. Mas Gerald lagi kuliah, paling sore baru pulang.”

Setelah itu, Tashima keluar dari toko bersama Raka yang telah memakan kuenya hingga meninggalkan sisa-sisa cokelat di kedua pipinya. Sungguh menggemaskan anak satu ini.

Sementara itu, King menatap lesuh Tashima yang perlahan menghilang dari peradabannya. Sejujurnya, ia telah memperhatikan Tashima sejak gadis itu datang bersama keluarga kecil yang ia anggap sebagai saudaranya. Siapa yang menyangka, gadis secantik, semuda, dan se-sexy itu telah menikah. Sayang sekali, padahal ia berkeinginan mengambil langkah awal untuk berdekatan dengan Tashima.

To be Continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro