Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Throwback Saturday: Pojok Cerita#3 Cenusian Night: Alakiddin (2)

Uhuk dehem


K-konbanwaaaaaaaaaaaa! Hikma desu. 


Cielah ketemu Thropers lagi🤣 Kerasa cepet banget sih hari sabtu itu. Baru aja kemarin sesi Throwback Saturday sekarang udah sabtu lagi aja. Dan kalian kerasa nggak kalau puasa udah setengah bulan loh uwaw😌


Ini pada gak mudik kan ya? Iya dong. Ngga boleh entar dikarantina di rumah hantu! Panik nggak? Panik nggak? Panik lah hihi.


Hari ini,  pada tau lah ya ketebak dari judulnya😌 hari ini apa lagi kalau bukan kelanjutan konten yang membagongkan. Iya itu kelanjutannya alakidin haha. Tapi sebelum itu, mau numpang lewat bentar ah...

Mau denger dulu kemarin gimana rasanya kalian baca yang pertama? Tulis satu kata reaksi kalian di sini haha.

Baru kali ini loh bersambung. Biasanya cuma one shoot, soalnya emang panjang bener ceritanya, kata Kak Rani. Beda tuh sama cerita yang pertama itu loh si Dewhite. Apa kabar Dewhite😭 dah kerasa lama banget ya huhu. Padahal kemarin kemarin baru kenalan TBT yak, sekarang udah mau selesai aja🥲

Terima kasih yaaaa, emang nggak bosen bilang makasih ke kalian. Karena emang sudah sejauh ini dan sebentar lagi TBT akan tamat huhu. Nggak bakalan nyapa kalian lagi deh di hari sabtu😭 Tapi nggak apa-apa, kita kawal terus TBT sampai terbit hihi. Biar bisa kalian peluk kalau mau tidur #cielah.

Oke, sebelum lanjut, pemanasan dulu yak hihi. Nih aku kasih kalian komik lagi yang bikin melambung.

Eh melambung beneran nggak nih? Wkwk. Ya begitulah makhluk Tuhan bernama Dewangga. Yuklah langsung aja cus baja kelanjutannya hihi. 

WARNING 

(((Plis plis aku bilang berulang kali sipin tisu kalau mau ngakak wkwk)))

Cenusian Night : Alakiddin (2)

CAST

Aladdin : Alakai / Alakiddin – Jasmine : Cass / Cassmine – Dalia : Sellina / Sellia – Jin/ Genie : Jendra / Jenie – Penyihir / Jafar : Dewa / Dewfar – Sultan : Sultan Ian – Abu : Sayed / Syabu 

"Asli deh, Om Dewfar ternyata suka sama Anda, Putri," bisik Sellia ketika rombongan Pangeran Alai menuju ruang makan untuk dijamu oleh Sultan.

Cassmine memutar matanya dan mencuri pandang ke arah Dewfar. Lelaki itu tiba-tiba menoleh dan menyeringai aneh, membuat Cassmine merinding disko.

"Astagifrullah, nggak mau aku Sel, sama om-om berkulit tidak cerah dan berwajah lonjong sepertinya, dilihat dari mana pun masih jauh mending Pangeran Alai, meskipun dia keliatan norak." Cassmine menepuk kedua pipinya keras.

Jamuan Pangeran Alai segera dimulai, tapi ketika makanan datang, Sultan terkejut. Itu bukan masakan yang dibuat koki istana, tapi makanan yang dibawa rombongan Pangeran Alai.

"Sultan jangan khawatir, saya nggak meracuni makanan itu. Itu makanan yang belum pernah ada di muka bumi ini, Sul. Jadi bisa dicoba dulu, siapa tahu cocok," ujar Alai jemawa.

"Sal Sul Sal Sul! Emang bapak gue temen lo!" sergah Cassmine memelotot.

Alai meringis. "Eh iya, maap, kirain udah ikrib."

"Sudah, sudah, waw makanan apa ini? Warnanya hijau dengan taburan butiran putih?" Sultan Ian mengambil makanan berbentuk bulat kecil-kecil berwarna hijau dan ketika mengunyah satu butir, matanya berubah berbinar. "Ada kejutan di dalamnya! Ada yang muncrat dan manis!"

"Itu namanya klepon, Sultan. Belum ada di Kerajaan Gerabah ini bukan? Itu temuan koki istana saya loh!" ujar Alai dengan jemawa lagi.

Cassmine hanya mendengkus mendengar ayahnya memuji masakan yang dibawa oleh Alai.

Menyadari ketidaktertarikan Cassmine, Alai tersenyum jahil. "Putri, kenapa Anda tidak mencoba bulat-bulat yang warna merah itu? Nggak kalah enak loh."

Pandangan Cassmine tertuju pada makanan berbentuk bulat-bulat berwarna putih kekuningan yang atasnya ditaburi bubuk merah. Tidak ingin kalah oleh tantangan Alai, Cassmine akhirnya mencomot dua butir makanan itu dan melahapnya langsung.

"Demi Cacing Besar Alaska, ini apa sih!" Cassmine langsung memuntahkan benda bulat yang masih utuh itu ke atas piringnya lagi, bercampur dengan makanan lain. "Panas banget muluku!" teriak Cassmine mencari gelas yang berisi es teh manis dan meminumnya hingga tandas.

Alai terkekeh karena berhasil mengerjai Putri Cassmine yang sekarang sedang meminum gelas kedua. "Itu namanya cireng pake bubuk cabe jalapeno level 999, rasa otentik bercampur rempah terkuat di dunia, mantul bukan?"

"Mantul mbahmu! Pedes!" maki Cassmine, yang langsung mendapatkan pelototan Sultan.

"Sudah Cassmine, makan yang anggun!" tegur Sultan.

Cassmine hanya memelotot pada Alai yang baru saja mengedipkan matanya seperti om-om. Sellia terkikik di belakangnya, apalagi dia mencuri pandang pada Dewfar yang dari tadi lubang hidungnya kembang kempis melihat interaksi Cassmine dan Alai.

Seusai menjamu Pangeran Alai, Sultan memberikan rombongan Alai tempat menginap di salah satu sisi istana—meski Cassmine jelas-jelas ingin Alai segera pergi dari istana sore itu juga. Sepertinya, dibandingkan pangeran-pangeran dari negara antah berantah lainnya, Sultan menaruh hati pada sikap Pangeran Alai yang renyah seperti biskuit gambar macan.

Cassmine tidak tidur malam itu, dia hanya melamun di balkon kamarnya yang seluas lapangan futsal. Di tempat seluas itu, dia hanya ditemani Rajah yang selalu minta dielus-elus. Meski malam itu cerah, tapi angin yang bertiup cukup sejuk, membuat Cassmine betah berlama-lama di balkon karena sebelumnya dia sudah menenggak dua saset jamu yang hanya orang pintar minum.

"Malam bulan purnamaku?"

"Astagfirullah, genderuwo!"

Cassmine hampir terlonjak dan mengumpat ketika wajah Alai tiba-tiba muncul di hadapannya. Cassmine harus syok dua kali karena baru ingat balkon kamarnya ada di paling atas bangunan utama istana.

"Kok genderuwo sih!" gerutu Alai.

"Ya situ tiba-tiba nongol! Ini kan kamar saya bukan di lantai dasar! Gimana caranya!"

Alai tersenyum jemawa lalu dia perlahan-lahan naik ke atas. Saat itu, Cassmine bisa melihat kalau Alai berdiri di atas karpet berwarna lilac kekinian yang shining, shimmering, splendid seperti ditaburi bubuk peri Tinkerbell. Cassmine menggelengkan kepalanya, berusaha menepis kehaluannya barusan yang mengharapkan Peter Pan tiba-tiba datang dan menendang Alai jatuh dari karpet ajaibnya.

"Ini magic carpet, mau naik nggak?"

"Kok nadanya nggak enak ya?" Cassmine mencibir.

"Yeee sewot! Mau naik nggak? Aku tinggal nih!" ancam Alai.

Cassmine gengsi, tapi dia kepo maksimal pemandangan dari atas magic carpet. Dengan malu-malu harimau, Cassmine akhirnya menerima uluran tangan Alai. Rajah mengeong garang ketika majikannya melayang di atas magic carpet. Cassmine buru-buru meminta Rajah untuk diam sebelum orang-orang berpikir dia sedang membangunkan para penghuni istana untuk sahur.

Magic Carpet langsung melesat ketika ujungnya ditarik semena-mena oleh Alai. Cassmine yang terkejut terpaksa menggelayut manja di lengan Alai yang sedikit berkeringat. Namun seiring dengan jauhnya jarak terbang mereka, keringat Alai mulai terkikis.

"Haciuw!"

"Bless you, achoo!" Cassmine spontan berujar. "Makanya minum jamu orang pintar dulu biar nggak masuk angin! Baru naik juga ya, kok kayaknya newbie gitu sih?"

Alai tersinggung mendengarnya. "Enak aja, aku udah lama naik magic carpet, Cuma kan malam ini agak dingin yah kayaknya."

Alai menelan ludah ketika menyadari pakaian Cassmine yang lebih minim darinya, tapi putri itu terlihat baik-baik saja. Cassmine bersedekap dengan tampang meremehkan.

"Kita kenapa ya malah berantem? Bukannya harusnya kamu mulai nyanyi-nyanyi biar romantis gitu?"

"Oh ya lupa!"

Cassmine menepuk jidatnya. "Ya udah, barengan aja. Yuk, satu, dua, tiga!"

I can show you the world

Shining, shimmering, splendid

Tell me, princess, now when did

You last let your heart decide?

I can open your eyes

Take you wonder by wonder

Over, sideways and under

On a magic carpet ride

"HACIUWWW!"

"Ya ampooon!" Cassmine saking emosinya memukul belakang kepala Alai karena bersin-bersin terus. "Lemah banget sih jadi cowok!"

"Putri ternyata tidak seperti yang aku dengar, padahal waktu pertama melihatmu, aku jatuh cinta Putri," keluh Alai sambil mengusap kepalanya yang kena pukul. "Kenapa Putri barbar sekali?"

Cassmine bersedekap. "Kamu terlalu banyak menuntut, aku tidak suka lelaki yang banyak menuntut. Kamu cari pasangan lain saja yang manis manja dan gemay tapi nggak gelay."

Alai terdiam dan menghela napas panjang. Tiba-tiba dia mempunyai ide ketika melihat sesuatu di kejauhan. Diam-diam dia melirik Cassmine yang masih sibuk mengagumi pemandangan di samping kanannya. Wangi parfum Cassmine sedikit terhidu karena angin bertiup cukup kencang di atas. Berbeda dengan para perempuan yang dia temui di pasar, Cassmine memang memiliki aura seorang putri yang menawan dan dikagumi rakyatnya.

"Putri Cassmine, jangan jadi cewek yang kuat terus, manja dikit boleh loh. Ada aku di sini."

"Hah? Apa yang—kyaaaaaaaa!!"

Cassmine kaget dan menoleh ke Alai ketika Magic Carpet melewati air terjun lalu menukik tajam ke bawah. Cassmine langsung memeluk lengan Alai dengan manja sambil berteriak seperti Rajah yang mengeong. Ketika magic carpet menukik dan kembali memelankan kecepatannya ketika melayang di atas air, Cassmine menyadari suara tawa tertahan dari Alai.

"Jangan ketawa!" Cassmine melepaskan lengan Alai ketika melihat Alai tersenyum jijai.

"Tuh kan, kamu boleh melepaskan topengmu sebagai Putri yang kuat, loh. Ada aku di sini yang bisa menjadi bahu untuk bersandar."

Cassmine terdiam mendengar ucapan Alai. Mereka terdiam canggung selama perjalanan pulang ke istana. Cassmine buru-buru masuk ke kamar dan mengunci jendela tanpa berucap satu patah kata pun kepada Alai yang setia menunggunya di luar sampai Cassmine masuk ke dalam. Sepeninggal Cassmine, Alai berbisik pada Magic Carpet sambil menarik ujung karpetnya.

"Sepertinya aku berhasil mendapatkan hatinya, Carpet."

****

Pagi itu, Alai bangun dengan wajah sumringah. Saking sumringahnya, dia lupa kalau sejak semalam dia tidak melihat Om Jen di kamarnya maupun di mana pun di sekitarnya. Hanya Saybu yang udah molor ketika dia pulang larut semalam, dan belum bangun ketika dia bersiap untuk pergi sarapan. Terpaksa Alai membawa monyet abu-abu itu dibalik jubahnya, tepatnya di pinggang yang mengarah ke keteknya. Alai masih bahagia dengan kencan semalam bersama Cassmine.

Ketika sampai di depan ruang makan, tiba-tiba pengawal mengerubungi Alai seperti lalat mengelilingi bangkai tikus. Alai langsung waspada karena tiba-tiba pengawal menyergapnya. Ketika memasuki ruang makan, bukan senyum indah Cassmine atau sapaan ramah Sultan yang menyambutnya tetapi senyum iblis Dewfar.

"Kaget? Nggak mimpi kok ini," ujar Dewfar melihat wajah Alai yang kesal. "Yang mimpi itu kau, tikus got, bermimpi merebut Cassmine dari saya!"

"Apa-apaan ini! Aku ini Pangeran Ala—"

"Pangeran gundulmu!" tukas Dewfar. "Gara-gara makhluk nista sepertimu, saya dianggap seperti om-om! Pengawal bawa dia ke pinggir jendela!"

"Heh! Mau ngapain!" jerit Alai dengan suara alai.

Ketika Alai sampai di tepian jendela, dia melongok ke bawah dan menyadari kalau lautan luas siap menyambutnya kalau dia jatuh. Dia bukan hanya mati, tapi tubuhnya akan dimakan hiu atau membusuk di lautan, tak dimakamkan dengan layak. Air mata Alai hampir keluar, tapi dia teringat untuk memanggil Om Jen andalannya.

"Om Jen! Om! Di mana kau! Selamatkan aku, Om!" pekik Alai.

Namun yang menjawab adalah Dewfar dengan tawa iblisnya. "Heh anak dakjal! Nggak usah sok manggil Om Jen, dia nggak akan nolongin kamu! Dia ada di pihak saya!" Dewfar mengambil sesuatu dari sakunya dan Alai membelalak dibuatnya.

Dalam tiga kali usapan di lampu di tangan Dewfar, Alai bisa melihat asap biru keunguan yang perlahan menyerupai Om Jen. Jin biru itu memandang Alai sedih.

"Maafkan aku, Alakiddin, kamu sudah tamat sekarang," ujar Jen.

"Om Jen! Teganya dirimu teganya teganya teganya teganya—"

"Berisik hih!" Dewfar mendorong sedikit tubuh Alai yang membuat pangeran gadungan itu menjerit panik karena hampir jatuh ke laut. "Diam ya kamu! Saya jatuhin sekarang nih!"

"Kenapa kamu bisa punya lampu Om Jen!" teriak Alakiddin, berusaha mengulur waktu ketika melihat Saybu mengendap-endap di belakang Dewfar untuk mengambil lampu itu kembali.

"Makanya jangan mabuk cinta sampe nggak sadar saya colong lampunya!" ledek Dewfar sambil mengeluarkan tawa setan andalannya. "Punya aset tuh disayang-sayang jangan dibuang hanya karena wanita murahan yang suka pamer udel!"

"Kau tidak akan lolos dengan ini semua, Dewfar!"

"Hah, lihat sa—"

"Apa-apaan ini!"

Suara Cassmine menggelegar di ruang makan itu sebelum Dewfar menjorokkan Alakiddin ke laut. Dewfar langsung tersenyum dan berjalan ke arah Cassmine dengan senyum licik.

"Putri Cassmine, pergi! Dewfar mau menikahimu dengan paksa! Pergi sekarang! Tapi selamatkan aku juga!!!" pekik Alai yang sudah berubah menjadi Alakiddin lagi.

"Selamat pagi Putri Cassmine yang selalu menawan. Jangan dengarkan pangeran gadungan itu ya, kau sudah selamat sekarang. Mari kita sarapan setelah menyingkirkan si alai ini." Dewfar baru saja mau menyentuh dagu Cassmine ketika Saybu berhasil mendapatkan kembali lampu Jen.

"Heh! Monyet abu gila!" Dewfar memaki ketika menyadari Saybu berhasil mencuri lampu dari sakunya. Dengan gerakan cepat Dewfar mencekik monyet itu, tapi Saybu sudah sempat melemparkan lampu Jen ke arah Alakiddin yang secara bersamaan meloloskan diri dari cengkeraman pengawal Dewfar.

Terlemparnya lampu Jen terjadi secara slowmotion, tapi ada sosok yang menangkapnya dengan cepat. Bukan Dewfar, bukan Alakiddin, bukan Saybu, atau salah satu pengawal yang ada di situ. Tetapi sosok itu langsung menerkam lampu Jen dan memberikannya ke Cassmine.

"Kerja bagus, Rajah!" Cassmine tersenyum senang ketika mendapatkan lampu Jen dari harimau kesayangannya itu.

Dewfar dan Alakiddin menatap Cassmine kebingungan.

Cassmine menatap lampu Jen dan mengusapnya tiga kali. Ketika Jen yang sempat masuk ke lampu, keluar lagi, dia bingung dengan majikannya yang dengan cepat berubah. Cassmine menatap Jen, lalu menatap kedua lelaki yang saling berpandangan dengan bingung.

"Istana akhir-akhir ini berisik sekali. Sudah muak aku mendengar rayuan Dewfar karena mau tahta raja Gerabah, ditambah lagi satu ini laki lemah dikit-dikit masuk angin." Cassmine berujar sambil tersenyum miring. "Jen, tolong kabulkan permintaanku yang pertama."

"Siap Tuan Putri!" Jen langsung bersikap hormat, membuat Dewfar dan Alakiddin melotot.

"Lenyapkan dua makhluk ini dari hadapanku, buat mereka hidup di kerajaan yang jauh dari Gerabah, dan biarkan mereka bersaudara jadi tidak bikin rusuh warga."

"Siap, 86!"

"Eh tunggu, Putri!"

"Cassmine, kamu jangan kurang aja—"

ZLAP!

Tiba-tiba ruangan itu sepi dan sunyi, hanya ada Cassmine, Om Jen, Rajah dan para pengawal yang kebingungan. Setelah Cassmine menyuruh para pengawal keluar, dia duduk di kursi makan paling ujung yang biasa ditempati Sultan. Lalu sambil mengelus Rajah, Cassmine memandang Jen.

"Terima kasih Jen, akhirnya aku hidup dengan tenang."

~the end~

Wkwk, nah udah lega kan ceritanya nggak bersambung hehe. Selamat tidur nyenyak dan ga kepikiran Alakiddin! XD

Oiya kan sebentar lagi mau lebaran nih, Thropers udah siapin baju baru belum nih? 

Apa yang kalian harapkan di Hari Raya Idul Fitri nanti dari Hari Raya kemarin? Pastinya karena ini dua kali hari raya ya kita merayakannya di rumah :( 

Terakhir, kalian tim nastar apa kastengel? wkwk

Nah, udahan dulu ya sesi kali ini~ Oiya mau ngabarin nih bentar lagi di IGS TBT ada sesuatu loh! Pantengin terus ya jangan lupa. Karena akan ada yang spesial dari cast-cast di TBT! 

See u! :D

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jangan lupa follow IG kami yah!

@_tbtworld // @ranevadewi // @iirhikma_

Follow akun wattpad juga boleh loh ^^

wattpad penulis : @ranieva

wattpad publisis : @iirhikma

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Supported by :

1. @wattpad_storyyyy

2. @catatanwattpad_id

3. @wattpad.diary

4. @wattpadandmovie

5. @wattpadquotes_id

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro