Throwback Saturday: Pojok Cerita#3 Cenusian Night: Alakiddin
Hai, Hai. Hikma lagi haha.
Gimana nih puasanya? Lancar nggak? Semoga aman-aman aja ya sampai hari raya. Btw, kalian jangan mudik yak hihi. Biar kopid selesai dan kita bisa kembali ke rutinitas normal tanpa takut sakit. Tetap jaga kesehatan, jangan lupa istirahat dan makan yang teratur. Sebentar lagi mau masuk musim kemarau nih. Peralihan musim gini biasanya gampang sakit. :D
Anyway, seperti yang sudah kalian baca judulnya, jadi hari ini seperti yang kalian tunggu-tunggu, konten pojok cerita versi.....
jeng.....
jeng...
jeng....
(((wkwk, gausah ketawa. emang gambarnya maksaaa)))
!!WARNING!!
JANGAN BACA INI SEWAKTU MAKAN MAKANAN PEDES. NANTI KESELEK.
Happy reading......
Cenusian Night : Alakiddin
CAST
Aladdin : Alakai / Alakiddin – Jasmine : Cass / Cassmine – Dalia : Sellina / Sellia – Jin/ Genie : Jendra / Jenie – Penyihir / Jafar : Dewa / Dewfar – Sultan : Sultan Ian – Abu : Sayed / Syabu
Pada suatu masa di Gerabah hiduplah seorang pemuda miskin yang lincah dan periang bernama Alakiddin. Meski dia suka mencuri, tapi memberikannya kepada yang membutuhkan. Suatu hari ketika berkeliling pasar, dia memergoki seorang gadis yang diam-diam mengambil apel dari seorang pedagang dan memberikannya kepada anak yang kelaparan. Pedagang itu memergokinya dan hampir memukulnya.
"Abang! Abang! Jangan memukul seorang gadis!" seru Alakiddin sambil sok heroik menahan tangan sang pedagang. Lalu dia mengeluarkan sesuatu yang berkilau dari sakunya. "Abang ini aku bayar saja ya apelnya. Ini emas murni loh."
Pedagang yang murka itu memelotot melihat gelang emas di tangan Alakiddin. Dengan cepat dia merebutnya dan melepaskan sang gadis.
"Abang, nggak dikasih gratisan satu apel lagi, Bang? Itu kan gelang emas, bisa ditukar sepuluh apel! Yeeee si abang!" gerutu Alakiddin ngambek ketika sang pedagang apel langsung ngacir pergi begitu mendapatkan bayaran atas apel yang dicuri sang gadis.
"Eh Mbak, kamu tidak apa-apa?" Alakiddin nyengir kuda menatap sang gadis yang tengah menatap pergelangan tangannya sambil bengong.
"Kamu mencuri gelang saya ya!" protesnya dengan menatap marah ke Alakiddin.
Alakiddin mencengkeram tangan si gadis dan mengangkatnya tinggi. "Memangnya si Mbak punya duit buat bayar apel tadi? Makasih gitu loh udah ditolongin!"
"Itu Putri Cassmine!"
Belum sempat si gadis dan Alakiddin berujar lagi, derap langkah pengawal istana datang mendekat. Alakiddin yang sedikit trauma dengan pengawal karena dulu dia sering ditendang bokongnya karena ketahuan mencuri, otomatis lari pontang-panting menjauh. Sebelum lari, Alakiddin sempat menatap gadis itu yang ternyata adalah putri dari Kerajaan Gerabah.
****
Setelah drama kejar-kejaran macam film India dengan para pengawal kerajaan, Alakiddin menghabiskan hari-harinya dengan melamun memikirkan kecantikan Putri Cassmine yang ditemuinya tempo hari. Monyet peliharaannya yang lincah dan cerdik bernama Saybu sedari tadi sibuk menarik baju Alakiddin untuk mengajaknya pergi ke pasar mencuri makanan lagi. Perut Saybu lapar karena sejak semalam Alakiddin malas-malasan di gubuk reyotnya.
"Wahai, pemuda yang polos nan baik hati."
"Astagamonyet!" Alakiddin melonjak kaget ketika seseorang menepuk belakang kepalanya yang sedang melamun di siang bolong. Ketika menoleh, Alakiddin mendapti lelaki berwajah lonjong dengan alis tebal nan bengis sedang menatapnya sinis.
"Siapa kamu!" ujar Alakiddin memasang kuda-kuda. Saybu menjerit panik dan bersembunyi di ketek Alakiddin.
"Perkenalkan nama saya Dewfar, aku penasihat Sultan."
"Susah banget, Om, namanya. Lidahku keseleo nih!" protes Alakiddin yang langsung mendapatkan pukulan di kepala belakangnya. "Aduh sakit! Nyari siapa, Om?"
"Saya mencari pemuda yang memiliki hari sejernih air yang mengalir di sungai dan pikiran selurus garis khatulistiwa. Apakah kamu orangnya?" tanya Dewfar sambil tersenyum miring.
Alakiddin menelengkan kepalanya. "Tapi air di sini nggak jernih-jernih amat, Om."
"Sudah kamu ikut saja!" gerutu Dewfar sambil menyeret Alakiddin pergi naik unta.
Saybu menjerit-jerit berisik ketika temannya ditarik seenak jidat oleh penasihat istana. Monyet abu-abu itu buru-buru naik di atas kepala Alakiddin yang berusaha membetulkan duduknya di atas unta yang jalannya sedikit barbar.
Sampailah mereka ke gurun pasir yang sunyi di malam hari. Perjalanan yang begitu panjang, membuat Alakiddin tertidur di atas unta sementara Saybu memegangi baju temannya itu agar tidak jatuh selama perjalanan. Saybu memekik marah ketika Alakiddin bangun karena tangannya pegal-pegal memegangi temannya itu.
"Kita sudah sampai." Dewfar turun dari unta, diikuti oleh Alakiddin.
"Sampai ... di mana, Om?" Tiba-tiba Alakiddin bergidik ngeri. "Om, nggak mau ngasih aku sebagai makanan Cacing Besar Alaska di gurun ini kan, Om?"
Dewfar mendengkus kesal. "Kebanyakan nonton kartun kamu! Dengar ya, saya akan membuatmu menjadi kaya dan dapat menikahi Putri Cassmine. Kamu naksir dia kan?"
Mata Alakiddin membulat. "Nggak sampai nikahin sih, tapi boleh juga, Om."
Dewfar menggelengkan kepalanya sekali lagi. Lelah bicara dengan Alakiddin. "Nanti saya akan membuka pintu Cave of Wonders, kamu masuk ke dalam dan ambillah sebuah lampu untuk saya. Nanti saya akan beri kamu uang yang banyak!"
"Hah? Gua Stevie Wonders?"
Dewfar kesal dan menendang bokong Alakiddin. Lalu dia merapal mantera dan sebuah batu keluar dari dalam pasir, membuat Alakiddin jatuh terjerembab ke belakang karena kaget. Dari batu itu terdapat cincin yang diambil oleh Dewfar. Setelah cincin itu diambil, gurun pasir di sekitar Alakiddin bergemuruh dan bergolak membentuk sesuatu.
"Ya Tuhan, selamatkan hamba! Mohon maaf hamba belum bisa bertobat mencuri, Ya Tuhan!" doa Alakiddin ketika melihat gurun pasir bergolak di depannya. Saybu memekik-mekik seperti monyet gila di sekitar Alakiddin.
Gundukan pasir yang bergolak itu meninggi dan membentuk sebuah pintu gua yang menyerupai harimau yang menganga mulutnya. Alakiddin membuka matanya dan mendapati gua itu berbicara, dia menutup matanya lagi.
"Wahai manusia, yang bisa masuk kemari hanyalah orang yang berhati bersih dan suci."
"Nah denger kan? Sana masuk dan ambilkan lampu yang ada di ujung jalan setelah kamu masuk ke dalam gua itu. Ingat! Jangan ambil yang lain! Ambil lampu itu aja! Cepat!" Dewfar menendang pantat Alakiddin lagi hingga tersungkur ke depan mulut gua.
Dengan gemetar, Alakiddin masuk ke dalam gua itu. Tangga ke bawahnya cukup curam, dan sesekali Alakiddin menoleh ke pintu masuk gua tempat Dewfar menunggu dengan tatapan bengisnya. Alakiddin memegang Saybu yang bersembunyi di keteknya seiring langkahnya semakin jauh ke dalam gua.
"Wah gila! Banyak harta karun!" Alakiddin sempat tersepona dengan harta di kanan kirinya ketika dia berhasil menemukan lokasi lampu ajaib itu. Ketika Alakiddin mengambil satu batang emas, gua itu kembali bergetar dan bergemuruh, Alakiddin melemas di tempat. Tiba-tiba terdengar suara yang menggelegar dari dinding-dinding gua yang bergetar.
"Niatmu buruk, hatimu tidak bersih, kamu akan tertelan dalam lautan pasir!"
"Dasar bocah!" Dewfar berteriak dari mulut gua. "Cepat ambil lampunya!"
Alakiddin yang panik segera berlari mengambil lampu dan menaiki tangga secepat yang dia bisa. Saybu tidak membantu apa-apa hanya berteriak panik seperti monyet gila. Ketika sampai di ujung tangga, tiba-tiba tangga itu runtuh. Namun Dewfar sempat menggenggam tangan Alakiddin.
"Berikan lampunya dulu!" perintah Dewfar.
Alakiddin yang merasakan sesuatu yang aneh menyembunyikan lampu itu di sakunya.
"Cepat berikan!" teriak Dewfar, tidak sabar.
"Tidak! Tarik dulu aku!"
"Dasar tidak berguna!" Dewfar kesal dan melepaskan pegangan tangannya sehingga Alakiddin terjatuh sambil berteriak manja. Mulut gua itu pun tertutup dan gua itu kembali menghilang ke dalam gurun pasir yang tenang. Dewfar berdecak kesal dan pergi meninggalkan tempat itu dengan memaki-maki.
Sementara itu, Alakiddin yang jatuh di antara tumpukan emas tersadar dari pingsannya dan mulai panik. Sedangkan Saybu sudah panik sejak tadi berlarian tak tentu arah mencari jalan keluar.
"Haduh di sini dingin sekali," desis Alakiddin sambil mengusap tangannya. Kemudian dia teringat akan lampu yang dia sembunyikan di kantong celananya tadi. Alakiddin mengambil lampu itu dan mengusapnya karena penuh dengan debu ketika gua ini bergolak.
Tiba-tiba asap biru keunguan muncul dari ujung lampu itu dan lama-kelamaan membentuk wujud raksasa berwarna biru dan bermata putih yang mengerikan. Alakiddin kaget dan melempar lampu itu ke lantai.
"Heyy! Jangan dilempar! Kau tak tahu betapa benda ini membuatku tetap hangat selama bertahun-tahun hibernasi di dalam!" Makhluk biru itu mengambil lampunya dan mengusapnya perlahan sambil memelotot ke arah Alakiddin.
"Kamu siapa!" teriak Alakiddin ketakutan, Saybu bahkan sudah pingsan dengan tidak elit di paha Alakiddin.
Makhluk biru itu terbahak, perut bulatnya berguncang tidak indah. "Aku adalah Jen dari Timur Tengah! Hahahahahaa ....."
"Om jangan kebanyakan nonton sinetron!" gerutu Alakiddin. "Om siapa? Kenapa warnanya biru, Om? Nggak keracunan kan?" Alakiddin menabok-nabok Saybu agar tersadar dari pingsannya.
"Ye anak jaman sekarang nggak sopan ya orangnya! Dibilang aku Jen dari Timur Tengah! Ini warna birunya estetik ya mohon maap tolong yang sopan dong, tanning-nya lama ini!" gerutu Jen sambil mengelus kedua lengannya dengan wajah jemawa.
"Oke deh, Om Jen. Terus Om bisa keluarin aku dari sini nggak, Om? Aku ditipu oleh lelaki!"
Jen terkejut mendengarnya. "Astaga, Nak. Tidak baik bermain lelaki. Jangan menyalahi kodratmu sebagai lelaki, Nak. Banyak perempuan cantik di luar sana—"
"Om, Om! Bukan itu maksudnya! Tapi ada laki-laki muka lonjong nipu aku buat ambil lampu punya Om ini, eh malah sekarang aku terjebak di sini. Tolongin lah, Om, belum makan seharian ini. Keluarin aku dong, Om."
Jen mengusap dagunya lalu tersenyum miring. "Kuberi kau tiga permintaan."
"Tahu dari mana kamu nggak bohongin aku kayak om-om muka lonjong tadi?"
Jen menghela napas panjang dengan pose estetik. "Masa kamu nggak percaya jin dari timur tengah sih? Payah!"
"Ya udah, trial and error dulu gimana?"
"Serah kau lah, berisik kali kau jadi orang!"
"Kok kau jadi orang Medan sih, Om? Oke, keluarkan aku dari sini dan beri aku banyak makanan!"
Dalam satu jentikan jari, Alakiddin sudah berada di luar gua, di bawah tenda yang sejuk di tengah padang gurun yang panas. Alakiddin mengerjap kebingungan karena di sekelilingnya banyak tersedia makanan dari buah-buahan sampai daging yang lezat. Tanpa berpikir dua kali Alakiddin langsung melahap hidangan di hadapannya.
"Gimana? Jariku mantap jiwa kan?" Jen meniup debu dari jarinya dengan wajah jemawa.
"Mantul, Om Jen!" Alakiddin memberikan testimoni sungguh-sungguh.
"Oh ya permintaan kamu tinggal dua."
"Hah? Ini nggak dianggap permintaan lah, kan nyoba-nyoba dulu tadi katanya."
"Ya ampun! Ya sudah sudah! Capek kali aku ngurusin kau! Apa permintaan berikutnya?" Jen menjentikkan jarinya dan sebuah kursi santai muncul, kemudian dia rebahan di atasnya.
"Permintaan pertama, aku mau jadi Pangeran yang kaya raya, biar bisa ngelamar Putri Cassmine."
Jen membuka matanya. "Itu aja? Gampanglah! Sekarang banget ini maunya? Apa mau istirahat dulu abis makan banyak? Begah nggak perut?"
Alakiddin bersungut-sungut. "Ye sekarang Om Jen yang berisik. Udah sekarang aja, keburu Putri Cassmine dikawinin sama orang lain."
"Iye, iye, berisik!"
Dalam satu jentikan jari lagi, Alakiddin tiba-tiba sudah berada di atas gajah yang dipasangi baju warna warni dan sorak sorai di sekitarnya membuatnya kebingungan. Rupanya dia ada di tengah-tengah pawai yang mengaraknya menuju istana. Alakiddin celingak-celinguk mencari Jen, dan akhirnya menemukannya di barisan depan pawai dengan baju warna-warni juga.
"Om Jen! Om Jen!" seru Alakiddin, berusaha memanggil Jen yang jaraknya satu kilometer di depannya. Hebatnya, Jen mendengar panggilan Alakiddin dan muncul di sampingnya.
"Nape lagi!" bentak Jen, kesal karena Alakiddin banyak mau.
"Kita mau ke mana? Kok heboh gini?"
"Gimana sih! Kan mau ngelamar Putri Cassmine!"
"Oh astaga seheboh ini?"
Jen menggeleng kesal. "Dasar orang kismin! Udah ikutin aja pokoknya! Akting yang bener ya jangan malu-maluin! Sekarang kamu Pangeran Alai, bukan Alakiddin lagi." Jen menghilang sebelum Alakiddin protes karena pemilihan namanya yang aneh.
Sesampainya di halaman Istana Gerabah, Sultan Ian dan Putri Cassmine menyambut iring-iringan Jen dan Alakiddin. Putri Cassmine menatap tidak suka keramaian yang dibuat oleh Alakiddin, lalu dia berbisik pada Sellia, dayang pribadinya.
"Sellia, itu norak banget bawa-bawa gajah, burung onta, merak, ya ampun sampai bawa kawanan monyet. Dia mau sirkus apa mau ngelamar sih!" gerutu Cassmine.
Sellia terkekeh dan berbisik. "Nggak apa-apa kali, mukanya sih pas-pasan, tapi duitnya ngalir terus kayak keringet kalau lagi kepanasan, Cass."
Cassmine terkekeh dan menyenggol lengan dayang sekaligus sahabatnya sejak kecil itu.
"Assalamualaikum akhi ukhti, saya Jen yang ganteng, membawa iring-iringan Pangeran Alai dari Negera Antah Berantah untuk melamar Putri Cassmine yang menawan." Jen membungkuk dan merentangkan tangan kanannya untuk menunjuk Pangeran Alai yang sedikit kesulitan turun dari gajahnya. Jen berdecak kesal melihat kelakuan Alakiddin yang tidak estetik.
"Apa yang kau bawa untuk melamar putriku?" Sultan Ian bersabda.
"Seperti yang Anda lihat Sultan, saya membawa banyak seserahan dan tentunya pangeran saya yang tampan ini." Jen menarik lengan Alakiddin untuk mendekati Sultan dan Cassmine.
Setelah membungkuk memberi salam dan mencium punggung tangan Sultan, Alakiddin tersenyum ke arah Cassmine, yang dibalas dengan senyum canggung tuan putri.
Sultan Ian mengelus janggut putihnya yang dia ombre dengan warna biru neon biar asik. Lalu menoleh ke arah putrinya. "Gimana Cass? Kamu suka dia?"
Cassmine menggeleng. "Belum tahu, Ayah. Kita kenalin ke Rajah dulu aja? Rajah suka, mungkin Cassmine pertimbangkan?"
Sultan Ian mengelus janggutnya lagi. "Boleh juga, bawa Rajah ke sini."
"Siapa Rajah?" Alakiddin berbisik pada Jen, perasaannya tidak tenang. "Astagfirullah!" Alakiddin langsung bersembunyi di balik badan Jen yang tinggi begitu melihat Rajah dibawa keluar oleh Sellia dan pengawal istana. Ya benar, Rajah adalah seekor harimau.
"Ya ampun kucingnya Putri Cassmine lucu banget!" pekik Jen sambil mendekati Rajah dan mengelus bulunya. Harimau itu hanya diam saja menurut pada belaian Jen. "Sini Pangeran coba elus! Bulunya lembut banget! Tuan Putri rajin merawat ya?"
Cassmine tersenyum mendengar pujian Jen dan ikut mengelus peliharaannya. Lalu dia melempar pandangan pada Alakiddin yang mendekat dengan gemetar. Perlahan Alakiddin mengulurkan tangannya untuk menyentuh kepala Rajah, tapi tiba-tiba Rajah melompat ke arahnya.
"Innalillahi!" pekik Jen, hampir menjerit seperti banci. "Oh astaga, kaget eike!"
Jen mengembuskan napas lega ketika dilihatnya Rajah hanya menjilati wajah Alakiddin tanpa berniat menyantapnya. Alakiddin hanya bisa pasrah dan menahan diri untuk tidak pingsan ketika seekor harimau menindih dan menjilatinya. Melihatnya, Cassmine dan Sellia saling bertukar pandang. Jarang sekali Rajah bisa seramah itu pada orang asing. Alakiddin adalah pengecualian.
"Sepertinya Rajah menyukainya, bagaimana Cassmine?" tanya Sultan, terkikik gemas.
Cassmine mengedikkan bahu dan tersenyum. "Kenalan dulu boleh deh, Yah."
Sultan Ian mengangguk dan berujar kemudian, "salam Pangeran Alai kami terima. Silakan masuk, Pangeran dan Panglima Jen, nanti kita berbincang di dalam."
"TUNGGU DULU!"
Semua orang menoleh ke arah lelaki berwajah lonjong yang memakai jubah berlebihan agar tampak seperti Sultan. Alakiddin langsung mengenali lelaki itu sebagai penasihat istana yang menipunya. Setelah berhasil menyingkirkan Rajah dari atasnya, Alakiddin berdiri dan menatap tajam ke arah Dewfar.
"Kau yang—"
"Sultan, saya tidak setuju dengan kehadiran makhluk miskin itu di sana," ujar Dewfar.
"Kenapa begitu Dewfar?" tanya Sultan, kepo.
Dewfar terbahak jemawa. "Itu adalah sihir! Tidak ada negeri bernama Antah Berantah, adanya Negeri Entah Dimana! Dia bohong, Sultan! Anda ditipu!"
"Benarkah begitu, Pangeran Alai?" Sultan menatap tajam Pangeran Alai dan Jen bergantian. Alisnya yang juga diombre menyatu di tengah dahi.
Dewfar menyela sebelum Jen bisa menjelaskan. "Buktikan kalau kau memang pangeran! Saya tidak akan rela tuan putriku yang cerdas tertipu akal bulusmu!"
"Sejak kapan kau peduli padaku Dewfar! Yang kau pedulikan hanya posisi Sultan!" gertak Cassmine, kesal dengan interupsi Dewfar.
Tiba-tiba wajah Dewfar melunak menatap sang putri. Tatapan bengisnya tadi berubah menjadi syahdu macam budak cinta. "Saya selalu ada di sisimu Cassmine, tak bisakah engkau mengetahui isi hati saya yang selama ini kau sakiti?"
"HAH? DEWFAR KESAMBET APA?"
****
-to be continued.......
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Wahaha bersambung. Tungguin minggu depan ya :D
Wah, udah mau tarawih aja nih. Hikma cabut dulu ah. Jangan kangen yak hihi masih ketemu lagi minggu depan. Hari ini cuap cuapnya dikit wkwk. Kalau kebanyakan entar nggak pokus di ceritanya deh wahaha.
Jaa, see you~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jangan lupa follow IG kami yah!
@_tbtworld // @ranevadewi // @iirhikma_
Follow akun wattpad juga boleh loh wkwk~
Supported by :
1. @wattpad_storyyyy
2. @catatanwattpad_id
3. @wattpad.diary
4. @wattpadandmovie
5. @wattpadquotes_id
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro