Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Throwback Saturday: Pojok Cerita#1 Putri Salju Yang Terdzalimi

Hai hai! Saturday time, Hikma time! hehe. Canda timeeeee.

Jadi, Hikma di sini bakal jadi pengantar doang kok wkwk. Nggak bakalan ceramah panjang lebar. Karena di hari Sabtu yang spesial, tentunya ada yang spesial juga dong buat kalian. Ehek.

Uhm, so, hari Sabtu tidak akan ada update kelanjutan RIDDLE, but dont worry be happy! Kabar baiknya hari ini Kak Rani ada pojok cerita versi anak anak Cenus. Yeayyyyyyyyyyyyyy! #pecahin balon

Aku tahu kalian ngga ada kerjaan di malan minggu wakaka *nampol diri sendiri*  jadi dengan inisiatip dan dedikasi yang tinggi, Kak Rani mempersembahkan karya untuk kalian yang jomsss #eh

Selamat membaca!

Warning: tidak disarankan membaca ini ketika makan atau minum. Segala kejadian yang terjadi setelah membaca ini diluar kehendak kami. (((elah serius amat malihhh)))

*****

Putri Salju yang Terdzalimi

Suatu hari seorang putri cantik yang memiliki kulit putih bersih seperti keramik yang baru dipoles terbangun dari tidurnya dan mulai bersiap sebelum matahari terbit. Sambil menyanyikan senandung tembang kenangan, sang putri mandi di pancuran kamar mandi belakang Kastil sambil ditemani burung-burung yang berkicau ria—karena dilarang memakai kamar mandi utama oleh Sang Ratu. Putri berambut hitam legam itu memakai bandana di kepalanya meski dia tahu tak akan memperbaiki penampilannya yang compang-camping. Ketika sedang mengagumi kecantikan dirinya di cermin yang pecah sebagian, pintu kamarnya terbuka.

"Dewhite! Kenapa sarapan belum jadi jam segini? Itu sumur belum dikuras!"

Penasihat Vanka berkacak pinggang di ambang pintu sambil berteriak dengan wajah datarnya. Meski wajahnya tak berekspresi, matanya menatap sang putri dengan sinis.

Dewhite, putri Kerajaan Cenussian, buru-buru menghampiri asisten kepercayaan ibu tirinya itu. "Maaf Penasihat, saya sedang berniat menuju dapur sekarang."

"Niat, niat! Jam segini harusnya udah jadi sarapannya, bukannya masih dalam bentuk niat! Saya laporkan kamu ke Ratu Orionette!"

Dewhite bersujud dan mencium ujung sepatu Penasihat Vanka yang ternyata bau keju busuk sambil menangis bombay. "Maafkan saya! Saya akan selesai memasak sebelum matahari terbit. Mohon ampuni saya, Penasihat ...."

Sambil mendengkus, Penasihat Vanka beranjak pergi. "Selain menguras sumur, kamu harus mengepel seluruh lantai Kastil sebelum matahari terbenam!"

"Hah? Seluruh lantai Kastil, Penasihat? Itu bisa memakan waktu dua hari," keluh Dewhite yang semakin pucat wajahnya seperti mayat.

"Nggak peduli saya, pokoknya saya kedip, kamu sudah harus selesaikan semua."

Sepeninggal Penasihat Vanka, Dewhite mengeluh pada burung-burung yang sedari tadi bertengger di jendela kamarnya dan menyaksikan drama pagi-pagi.

"Sekalian aja dia pingsan sampe besok, biar nggak kedip-kedip," gumam Dewhite, setengah berdoa setengah menyumpah. Kemudian dia menepuk kedua pipinya keras. "Ya ampun, bicaraku kasar sekali. Ingat Dewhite, beauty brain behaviour!" Dewhite mengomel pada dirinya sendiri sambil bergegas pergi ke dapur sebelum Penasihat Vanka mengomel lebih lanjut dan menambah hukumannya.

Dengan cekatan, Dewhite menyajikan sarapan sebelum ibu tirinya yang tidak ada cantik-cantiknya itu datang sambil memelotot. Dewhite bingung kenapa rakyatnya mengakui kalau sang Ratu Orionette adalah yang paling cantik. Mungkin sebenarnya para rakyat itu suka mengghibah-kan ratunya juga, hanya saja pandai menyembunyikan.

Ratu Orionette datang ke meja makan tak lama kemudian bersama Penasihat Vanka. Dia tersenyum angkuh melihat sarapan sudah tersedia dan matanya tidak dikotori dengan kehadiran makhluk bernama Dewhite yang terlalu menyilaukan saking putihnya.

"Ya ampun ini kenapa rasanya kayak ingus sih!" pekik Ratu Orionette ketika menyuap sesendok sup buatan Dewhite. "Panggil Dewhite!"

Dewhite yang sedang asik bersenandung tembang kenangan di dapur hampir menjerit seperti banci ketika Penasihat Vanka membuka pintu dapur dengan keras.

"Penasihat, bisa nggak sih masuk dengan lebih pelan? Saya kaget tahu!" gerutu Dewhite, mengambil spatula yang dia jatuhkan tadi.

Penasihat Vanka bukannya menjawab pertanyaan Dewhite tapi malah menyeret sang putri ke depan Ratu Orionette. Dewhite menunduk, kakinya gemetar disko karena tiba-tiba dibawa ke hadapan ibu tirinya yang terlihat seperti hobi menyiksa orang.

"Kamu sengaja ya bikin sup rasanya asin banget kayak ingus!" teriak Ratu.

Dewhite mendongak kebingungan. "Memangnya Ratu pernah makan ingus?"

Lalu sendok melayang ke kepala Dewhite, membuat gadis itu mengaduh manja. Mendengarnya, Penasihat Vanka menoyor kepalanya. "Jawab yang bener!"

"Ma-maaf Ratu, saya memasak seperti biasa, saya tidak tahu kenapa jadi asin ...."

Ratu Orionette menggebrak meja, membuat sup asin itu berhamburan ke meja makan dengan menjijikkan. Dewhite menelan ludah, karena itu berarti dia harus membersihkan bekas kebrutalan Sang Ratu ketika makan.

"Ini bukan pertama kalinya kamu bikin saya emosi! Penasihat, bawa dia ke hutan! Suruh dia bersih-bersih hutan! Jangan kembali sampai hutan bersih dari daun yang gugur!"

Dewhite ternganga. "Ratu, nggak lagi mabuk kan? Itu gimana caranya bersihin hutan dari daun gugur, Ratuuu!" Dewhite menjerit nelangsa ketika Penasihat Vanka menyeretnya pergi.

Dewhite akhirnya dibuang ke hutan dengan hanya dibekali air putih sebotol dan sebuah apel untuk bertahan hidup. Meski sedih, Dewhite terus berusaha mengambil daun-daun berguguran di sepanjang jalannya. Ketika angin bertiup daun berguguran lagi di jalan yang telah dia lewati. Dewhite akhirnya jatuh pingsan kelelahan.

"Ya ampun ada bangkai!"

"Hah, kamu manggil saya?"

"Bukan! Namamu kan kurcaci Kai, bukan bangkai!"

"Kok nggak bau busuk ya? Malah wangi?"

"Coba dicolek."

"Dipikir sambel, pake dicolek!"

"Tuh pake pisaumu aja dicoleknya, kalau bangun berarti belum mati!"

Mendengarnya Dewhite otomatis bangun, sebelum kulit mulusnya tergores benda tajam oleh orang-orang yang bercakap-cakap barusan. Ketika matanya yang berkunang-kunang berhasil menangkap bayangan tiga makhluk yang berpakaian aneh—pakai topi kerucut dan sepatu kedodoran, Dewhite otomatis menjerit seperti banci.

"Eh ini kenapa dia teriak-teriak sih!"

Salah satu makhluk bertopi hijau itu berujar sambil menutup telinganya. "Kurcaci Say, bungkam mulutnya!" ujarnya pada temannya yang bertopi merah.

"Kenapa nggak kamu aja sih, Kurcaci Kai!"

Mendengar kedua temannya yang bertengkar, kurcaci bertopi kuning langsung mencari sesuatu dari tas slempang Dewhite dan menemukan sebuah apel. Dengan cepat Kurcaci bertopi kuning menyumpal mulut Dewhite dengan apel itu. Suara jeritan Dewhite terhenti dan sang putri kembali pingsan.

"Kurcaci Ian, apa yang kau lakukan!" jerit Kurcaci Say dan Kurcaci Kai bersamaan setelah sebelumnya mereka ikut menjerit seperti banci.

Karena kebingungan dan sedikit merasa bersalah, ketiga kurcaci itu membawa Dewhite—lebih tepatnya menyeret, ke taman bunga di tengah hutan dan membiarkan sang putri tertidur di sana. Hari berganti dan Dewhite tak kunjung tersadar dari pingsannya, membuat para kurcaci bergantian menjaganya.

Suatu hari, terdengar suara seseorang yang menyanyikan tembang kenangan. Kurcaci Kai yang mendengarnya segera bersembunyi sambil menunggu teman-temannya kembali dari tambang berlian. Ternyata itu adalah seorang Pangeran dan ksatrianya.

"Wah, ada pemandangan indah apa ini?" ujar Pangeran sambil melihat ke kanan dan ke kiri, kebingungan. "Kenapa bisa ada bidadari tak bersayap tertidur di hutan horor ini?"

"Pangeran Cassie! Hati-hati! Biarkan saya mengeceknya dulu!"

"Baiklah Ksatria Sellinaton," ujar Pangeran Cassie bijak, membiarkan ksatrianya mendekat dan mengecek Dewhite.

"Sepertinya dia pingsan, Pangeran, belum mati," lapor Ksatria Sellinaton.

"Hush! Jangan doain mati dong, lumayan bisa jadi selir," desis Pangeran Cassie sambil berjalan mendekat. "Dia ngapain ya pingsan di sini? Di tengah taman bunga lagi, pilih-pilih tempat banget biar estetik."

Ksatria Sellinaton berdeham. "Saya tidak melihat ada yang bisa menguntungkan kita dari makhluk aneh ini, Pangeran. Ayo kita kembali melanjutkan perjalanan ke Barat."

Namun Pangeran Cassie tidak menggubris asistennya dan berjalan mendekati Dewhite. Karena terlalu silau dengan putihnya kulit Dewhite seperti baru di-bleaching, Pangeran Cassie tidak melihat ada akar yang merambat di sekitar taman bunga tempat Dewhite terbaring mengenaskan. Alhasil, Pangeran Cassie tersandung dan jatuh ke arah Dewhite.

"Pangeraaaaaan!" pekik Ksatria Sellinaton penuh drama.

Pangeran Cassie tidak mendengar ksatrianya memekik karena baru saja bibirnya mendarat di lubang hidung Dewhite, membuatnya buru-buru menarik diri dan mengelap mulutnya panik—takut kena penyakit aneh-aneh. Tiba-tiba burung-burung beterbangan ke arah Pangeran Cassie, para kelinci keluar dari persembunyiannya, para tupai meloncat mengelilingi taman bunga, dan para rusa memunculkan kepalanya dari balik pepohonan. Semuanya mengelilingi Dewhite yang perlahan terbangun.

"Ya ampun dia hidup lagi!" Kurcaci Kai berteriak dan keluar dari persembunyiannya. Kurcaci Say dan Kurcaci Ian yang baru kembali dari tambang berlian ikut terkejut melihatnya. Pangeran Cassie dan Ksatria Sellinaton hampir menjerit melihat ketiga makhluk aneh bertopi warna-warni itu. Namun perhatian mereka teralihkan sepenuhnya karena eksistensi Dewhite. Pangeran Cassie yang masih terkejut karena salah mendarat tadi, sekarang ternganga ketika melihat wujud Dewhite yang tersadar sepenuhnya.

"Ksatria, bidadari tuh kalau ngiler bisa sparkling gitu ya ilernya?" tanya Pangeran Cassie yang pandangannya tak terlepas dari Dewhite yang heboh mengucek matanya. Sedangkan Ksatria Sellinaton hanya menatap kesal ke arah Dewhite.

"Oh bidadari jatuh dari surga, siapa namamu?"

Dewhite yang terkejut melihat banyak binatang sedang menonton dirinya dan sempat salah mengira kalau dia sedang di kebun binatang, kini terbengong melihat seorang pangeran tampan tengah mengulurkan tangan padanya. Tanpa berpikir dua kali, Dewhite menyambut tangan Pangeran Cassie.

"Dewhite, Putri dari Kastil Cenussian ... Pangeran ganteng banget!"

Pangeran Cassie tersipu malu dan tersenyum menggoda. "Kamu cantik sekali, Putri. Shining shimmering splendid. Mau menikah denganku?"

"Pangeran!" Ksatria Sellinaton berteriak histeris karena tiba-tiba Pangeran Cassie melamar gadis yang bahkan bangun dari pingsannya sangat tidak estetik.

Di sisi lain, Dewhite dengan berbunga-bunga bersenandung tembang kenangan. Usaha keras tidak akan mengkhianati, setelah berjibaku mengambil daun berguguran di hutan sampai pingsan, Dewhite malah menemukan pangeran tampan yang melamarnya. Dia tidak perlu lagi mengalami penderitaan karena Ratu Orionette yang membencinya.

Dengan gerakan manja, Dewhite menggelayut ke Pangeran Cassie. Pangeran Cassie dengan susah payah menggendong Dewhite ke atas kuda putihnya dan membawanya kembali ke istananya. Ksatria Sellinaton ngedumel di belakang Pangeran dan ketiga kurcaci bahagia dengan kepergian Dewhite—karena mereka tak harus bergiliran menjaga makhluk aneh yang terlalu putih dan tiba-tiba pingsan itu.

Akhirnya mereka hidup berbahagia selamanya.

~the end~

*****

Gimana gimana? 

Nggak keselek kan makan minumnya? wkwk

Yang mau bengek waktu dan tempat dipersilahkan haha #ketawa jahat. Eits, jangan close dulu dong, Hikma ada pengumuman penting nih buat kalian. 

TBT OPEN ROLEPLAYER! 

Dicari: 

1. Manusia bengek yang hobi ngekardus untuk cast Dedew

2. Kanebo kering kang ga peka untuk cast Cass

3. Fansnya Sellina gemez untuk cast Sellin

4. Ya siapapun deh dibuka semuanya boleh join. Pegel nih nulisin cast TBT satu satu wkwk. 

Yang minat langsung kontak Hikma di nomer 085850751401 oke? Jangan kelamaan, entar jamuran hehe. Sekian, terima gaji.  Sampai jumpa Sabtu depan~


Jangan lupa follow IG kami yah!

@_tbtworld // @ranevadewi // @iirhikma_

Supported by :

1. @wattpad_storyyyy

2. @catatanwattpad_id

3. @wattpad.diary

4. @wattpadandmovie

5. @wattpadquotes_id

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro