
RIDDLE 9 : Denial
Meski disebut-sebut sebagai playboy karena wajah yang (kata orang) kelewat tampan, Dewangga selalu merasa jomlo seumur hidupnya. Dia hanya punya satu mantan pacar, tapi punya belasan mantan gebetan. Boro-boro dijadiin pacar, ceweknya udah kabur duluan karena para pengagum Dewa cukup barbar dan posesif.
Kadang Dewa berpikir dia akan menjomlo sampai dia memutuskan menikah nanti. Namun, namanya juga anak muda yang darah remajanya bergejolak, Dewa juga ingin punya seseorang yang ditelepon tiap malam sebelum tidur atau memberinya ucapan selamat pagi.
"Ya elah itu gue juga bisa," ujar Sayed kala itu.
Dewa menendang pantat temannya.
"Ceweklah, masa malem-malem gue denger suara lo! Yang ada gue mimpi buruk!"
"Ya udah sih, lo mah tinggal pilih aja. Merem juga dapet. Coba kalau kasusnya kayak kita-kita ini, mau oplas sampe ke Korea juga nggak bakal dapet tuh pacar sekali kedip."
"Kenapa lo jadi oppa-oppa saranghae-minded sih, Say?" cibir Dewa.
Sejujurnya Dewa masih sedikit trauma karena pengalaman-pengalaman aneh dengan para pengagumnya. Padahal Dewa merasa banyak cowok yang lebih keren darinya. Jarang cewek menyukainya karena memang berniat menjalin hubungan bukan untuk keren-kerenan. Jadi ketika mendengar dari Risya kalau Sellina menaruh perasaan kepadanya, Dewa justru denial.
Malam itu, Dewa hanya melamun menatap langit malam dari teras belakang rumahnya. Dia tidak bisa tidur karena setiap memejam, Dewa mengingat drama yang terjadi antara Sellina dan Risya. Dewa tidak sengaja tahu dari geng Risya tentang video Risya mengeroyok Sellina.
Dewa syok karena tak menyangka pertemanannya dengan Sellina malah membuat cewek itu babak belur. Dewa terlambat tahu dan Sellina keburu menjauh. Mereka menjadi orang asing sepenuhnya setelah kejadian itu.
"Gum, Gummy, mungkin alasan gue ngadopsi lo dulu, karena sebenernya hati gue lembut kayak lo, ya?" Dewa mulai melow sambil mengelus bulu lembut kelinci abu-abu kesayangannya. Gummy berlompatan ke sana kemari dengan riang, membuat Dewa sedikit terhibur.
Dewa melirik jam di layar ponselnya, hampir pukul sepuluh malam. Rumah Dewa memang biasanya sudah sepi pukul sembilan. Papanya memilih segera beristirahat sepulang kerja dan mamanya biasa menonton TV atau bermain ponsel di ruang tengah.
Sebenarnya Dewa punya kakak laki-laki, tapi karena kuliah di luar kota jadi hanya pulang sebulan atau dua bulan sekali. Kadang-kadang rumah begitu sepi sampai Dewa lebih sering mengobrol dengan Gummy daripada keluarganya sendiri.
Dia memutuskan untuk mengirim chat ke Cassandra. Dewa sebenarnya yakin Cassandra menangkap semua kode modusnya, tapi Dewa heran karena Cassandra sama sekali tidak baper atau salah tingkah. Cassandra terlihat seperti tidak peka dan tidak peduli perkara cowok.
Dewangga
Nite Cass, sweet dream
Cassandra
Ih knp lo chat aneh mlm2 gini?
Kesambet lo?
Dewangga
Eh blm tidur, tuan putri?
Cassandra
Sumpah, geli bgt, Wa
Dewangga
Geli, apa suka? :*
Cassandra
Lo kalo stress jgn nyeremin gini dong
Dewangga
Gw g stress, gw kangen lo
Cassandra
Ampun deh!
Dewangga
Canda, ampun Cass
Nite, sori iseng beneran gw lg gabut
Cassandra
Kay
DewanggaYg sweet dream, beneran tapi :*Ampun, canda lagi
Dewa terkekeh membaca chat-nya sendiri. Kadang dia heran kenapa bisa se-alay itu demi cewek super nggak peka seperti Cassandra.
Setelah menyudahi percakapan dengan Cassandra, Dewa buru-buru mengirim pesan kepada Vanka, berharap cewek itu belum tidur. Dewa kembali bermain dengan Gummy, selagi menunggu balasan dari Vanka. Kelinci abu-abu yang lincah itu mengingatkannya pada pertemuannya dengan Cassandra ketika SMP dulu.
"Coba Cass bisa diunyel-unyel kayak lo gini, Gum."
***
"Wah gue nggak ada minat jadi makcomblang lo, Kak," ujar Vanka cepat, setelah mendengar penuturan Dewa.
Dewa bersedekap dengan alis berkerut. "Kan nggak ada ruginya buat lo, Van."
Vanka menyeruput susu kotaknya sampai habis. "Tapi nggak ada untungnya buat gue."
"Iya sih," gumam Dewa, merasa kalah. Dewa mengutuki dirinya sendiri karena kurang persiapan buat nego ke Vanka yang memang penuh perhitungan.
Vanka melirik kakak kelasnya yang tengah berkutat dengan pikirannya sendiri itu. "Lo kenapa bisa sebucin ini sama Kak Cass? Maksudnya, dia emang cantik dan pinter sih, tapi enggak tergolong ke geng anak-anak keren di Cenus dan malah bergaul sama kita."
"Lah emang kenapa kalau bergaul sama kalian?"
"Gue ngobrol ama lo aja udah dilirikin anak-anak yang lewat," dengus Vanka. "Siapa gue gitu? Gue sama Orion bukan termasuk anak keren, tapi bisa ngobrol ama lo. Kalau bukan karena Kak Cass, lo itu termasuk orang yang nggak mungkin ngobrol sama gue."
"Nggak paham gue." Dewa menggaruk pipinya. "Setahu gue di Cenus, enggak ada hierarki anak keren sama anak nggak keren. Udah basi banget, Van, hal kayak gitu."
"Lo nggak ngerasain sih soalnya." Vanka memutar bola mata. "Jadi kembali ke topik, lo kenapa ngotot banget sama Kak Cass?"
"Kalau gue bilang jatuh cinta pada pandangan pertama pasti lo bakal nendang gue, Van." Dewa mengucapkannya dengan nada sedikit didramatisasi. "Kami kan dulu satu SMP, pokoknya ada kejadian gitu sama Cass. Terus gue penasaran, makin lama makin suka deh."
"Ih najong banget muka lo! Biasa aja bisa nggak, Kak?" Vanka bergidik melihat ekspresi lebay Dewa ketika menceritakan Cassandra.
"Anyway, yang lalu biarlah berlalu. Sekarang jelas gue mau Cass jadi punya gue. Lo nggak ada saran apa? Ini bukan perkara bocah telat puber itu, masalahnya Cassandra sendiri nggak peka."
Tiba-tiba Vanka tergelak. "Susah, Kak. Kemarin Kak Cass bilang sendiri kalau dia belum berniat ganti status. Gimana dong?"
"Nah bener dugaan gue." Dewa menjentikkan jari. "Cassandra bukannya nggak peka, tapi dia sengaja denial sama kode-kode gue!"
Vanka ikut menjentikkan jari. "Betul, itu jauh lebih susah daripada ada rival."
Dewa hanya mengembuskan napas panjang. Dia sudah hampir pergi meninggalkan Vanka ketika sosok berkucir kuda berlari mendekat sambil memanggil nama mereka berdua.
"Dewa, jangan pergi dulu! Untung kalian lagi barengan! Gue tinggal nyari Orion!"
Cassandra menopang badannya dengan dua tangan di lutut, sedikit ngos-ngosan. Setelah mengatur napas, Cassandra menyibakkan poninya yang lepek karena keringat. "Bener dugaan kita. Hari ini polisi datang ke ruang Kepala Sekolah sama Om Danu dan Tante Hasya."
Dewa dan Vanka bertukar pandang.
"Ngomongin Sellina? Dia masih belum ketemu?" tanya Dewa.
Cassandra menggeleng. "Semalem gue nanya Tante Hasya, Sellina belum pulang dan polisi mulai bergerak mencari petunjuk terakhir yaitu ke Cenus. Tadi gue dipangil Bu Gina, wali kelas gue. Gue diminta manggil kalian juga sama Pak Teddy dan wali kelas Vanka."
"Kenapa manggil kita?" Vanka mengerutkan dahi, sedikit cemas.
"Karena kita orang terakhir yang berinteraksi dengan Sellina sebelum dia hilang."
"Wajar sih, di kantin juga ada CCTV. Jadi harusnya pertengkaran kita waktu itu udah dilihat sama guru-guru juga," gumam Dewa.
"Pokoknya, kita ke ruang Kepala Sekolah sekarang. Gue lagi telepon Orion."
Ruang Kepala Sekolah yang tidak terlalu luas itu terlihat penuh sesak dengan beberapa laki-laki berjaket hitam, Pak Teddy, Bu Gina, dan Bu Krisna berdiri di ruangan itu. Yang duduk di sofa ruangan ada Kepala Sekolah, kedua orangtua Sellina, dan seorang laki-laki berjaket cokelat yang terlihat lebih tua dibanding laki-laki berjaket hitam lainnya.
Cassandra, Dewa, Vanka, dan Orion saling bertukar pandang ketika mereka melihat betapa penuhnya ruangan itu. Seakan masuk ke pengadilan yang siap menjatuhkan hukuman ke mereka berempat karena bermain-main dengan nyawa orang lain.
"Oh kalian udah datang? Sini duduk," pinta Pak Agus, Kepala Sekolah SMA Cenus kepada keempat sekawan itu. "Seperti yang kalian tahu, ada bapak-bapak dari kepolisian di sini dan orangtua Sellina. Saya nggak usah basa-basi ya, seperti yang kita tahu, Sellina sudah lebih dari tiga hari belum pulang. Cassandra sepertinya sudah tahu karena kontak terus dengan Bu Hasya."
"Betul Pak, kami berempat tahu kondisinya," jawab Cassandra pelan.
Pak Agus menghela napas panjang. "Ini Pak Wisnu, yang akan nanya-nanya ke kalian tentang Sellina. Jadi tolong jawab yang jujur ya."
Laki-laki yang berjaket cokelat itu mengangguk pada keempat siswa itu. Cassandra menelan ludah, tangannya bergerak perlahan menggenggam tangan Vanka. Ketika Pak Wisnu menanyakan kenapa mereka bertengkar, Cassandra memutuskan menceritakan semuanya. Dewa, Vanka, dan Orion hanya menambahkan beberapa detail. Seluruh mata di ruangan itu menatap Cassandra, membuat cewek itu merasa sesak napas.
"Jadi kalian memang bertengkar hebat sebelum Sellina menghilang?" ulang Pak Wisnu.
"Menurut saya, kami tidak bertengkar serius. Itu bukan alasan yang cukup buat Sellina untuk menghilang seperti ini, Pak," sela Dewa, ketika menyadari Cassandra sedikit panik. "Oh ya, Bapak sudah mengecek seluruh CCTV sekolah?"
Alis Pak Wisnu terangkat dan dia menoleh ke arah anak buahnya untuk meminta konfirmasi. "Saya belum melihatnya. Apa ada yang bisa menjadi petunjuk?"
Baik Cassandra, Vanka, dan Orion menatap intens Dewa yang dari tadi terlihat berusaha tenang. "Mungkin Bapak perlu melihatnya, dan kalau sudah, boleh kita berdiskusi lagi? Karena kami tidak tahu apakah rekaman CCTV itu ditimpa atau direkayasa."
"Maksudnya bagaimana?"
"Dari rekaman CCTV, di hari dia menghilang, Sellina tidak pernah keluar dari sekolah."
****
Hai Thropers!
Yang mau menghujat Dewa boleh, ngata-ngatain anak orang nggak peka dia sendiri nggak peka!
Dasar cowok!
Kayaknya ceritanya mulai ke arah yang lebih berat nih gengs!
Menurut kalian gimana?
Kayaknya minggu depan udah mode Detektif Cass beraksi nih, masih kuat ngikutin nggak gaesss?
Btw penasaran nih, ada cerita kenapa Sellina ilang di toilet cewek. Karena terinspirasi dari cerita horor di SMP author tentang toilet cewek. Pokoknya di toilet cewek SMP author nggak boleh pipis sendirian, itu bahkan guru-guru juga nyuruh ditemenin kalau ke toilet, nggak boleh sendirian. Ya karena sehoror ituuuuuu!
Pernah pas jam olahraga, cewek-cewek ramean ganti baju di toilet ada yang ngetuk pintu dong, padahal pas dibuka nggak ada siapa-siapa hiiiiiiii udah gitu ada yang denger suara air di dalam salah satu bilik kamar mandi dikira ada orang taunya kosong :')
Untung toilet SMA ga horor-horor amat deh huhuhu maklum SMP author dulu bangunan zaman Belanda :((
Sekolah kalian tempat paling horornya apa? Toiletnya horor juga nggak?
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Eh iya yang masih mau gabung grup THROPERS di WA masih bisa loh
Coba yang pengen kapal Dewa dan Orion berlayar, ayo gabung dulu GC nya hihihi
https://chat.whatsapp.com/GtauPacgxwMGDkkG7bmOVn
Linknya bisa dicopas ke web ya, gak bs diklik soalnya kalo dr WP huhuhuu
salam TGIF!
~ranieva~
P.S
Jangan lupa besok ketemu Throwback Saturday bersama Hikma yessss~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jangan lupa follow IG kami yah!
@_tbtworld // @ranevadewi // @iirhikma_
Supported by :
1. @wattpad_storyyyy
2. @catatanwattpad_id
3. @wattpad.diary
4. @wattpadandmovie
5. @wattpadquotes_id
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Oh ya ada iklan lewat nih, sapa tau mau ikooooot TINGGAL BESOOOOOOK MALAAAAM
(kepoin IG nya EXPERT CLASS PROJECT yah --> https://www.instagram.com/expertclassproject/)
mo menistakan Dewa di sini juga boleeeeeh #HEH
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro