Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

RIDDLE 5 : Noktah Minus Satu


Sambil sesekali melirik bangku Sellina yang kosong, Dewa menghela napas panjang. Waktu cek presensi tadi pagi, Sellina memang dinyatakan tidak hadir tanpa pemberitahuan. Bahkan para guru juga tidak mendapat informasi dari keluarga Sellina. Selama satu jam pelajaran berlangsung tiba-tiba ponselnya bergetar dalam mode senyap. Meski Dewa tahu tidak boleh membuka ponsel saat jam pelajaran, dia nekat mengintip.

Cassandra
Gmn? Sellin masuk?

Dewangga
Nope

Rupanya selain Cassandra, grup percakapan kelas XI IPS 3 juga ramai memperbincangkan absennya Sellina. Meski bukan cewek terkenal di Cenus, tapi Sellina termasuk kesayangan para guru. Jadi, wajar kabar tidak masuknya Sellina tanpa sebab yang jelas memancing perhatian.

"Kalian pada bisik-bisik apa ini? Jangan pada main hape ya!" tegur Bu Krisna, guru Sejarah yang mencium gelagat mencurigakan dari para siswanya. Serentak para siswa XI IPS 3 langsung kembali berkutat pada buku pelajarannya.

"Nggak usah pura-pura nggak pegang hape!" imbuh Bu Krisna, dengan wajah kesal.

"Bu, saya mau tanya." Tiba-tiba Dewa mengangkat tangan—yang dia sendiri juga nggak tahu kesambet apa kenapa tiba-tiba punya ide bertanya. Sudah kepalang basah, lanjutkan saja, pikir Dewa. "Sellina nggak masuk kenapa, Bu? Ada izin ke Ibu atau wali kelas?"

Bu Krisna menggeleng cepat. "Ibu kira ada yang kontak Sellina dari kalian. Atau paling nggak nitip izin ke ketua kelas?"

Tanpa berucap, Dewa menggeleng menanggapi gurunya.

"Sebenarnya tadi pagi orangtua Sellina telepon Pak Teddy. Tapi Ibu nggak tahu gimana kelanjutannya. Kenapa Dewa?"

"Penasaran aja, Bu. Tumben nggak masuk, kemarin juga bolos soalnya, Bu."

"Bolos?" Dahi Bu Krisna makin mengkerut. "Sellina bolos?"

"Iya Bu, dari habis istirahat nggak masuk kelas lagi," imbuh Sayed yang tempat duduknya ada di dekat Bu Krisna berdiri.

"Coba nanti Ibu tanya ke Pak Teddy. Mungkin sakit jadi kemarin dia pulang." Bu Krisna mengangguk-angguk sebelum kembali melanjutkan pelajaran.

Dewa dan Sayed bertukar pandang sejenak sebelum kembali menyimak penjelasan Bu Krisna. Dalam hati, Dewa berharap Sellina benar-benar sakit. Maksudnya, bukan menghilang entah ke mana. Buruknya, dia beneran kabur dari rumah. Tapi untuk alasan apa?

Dewa gelisah hanya karena memikirkan alasan tidak masuknya Sellina.

Bel istirahat baru selesai berdering kali kedua ketika Dewa mendapati sosok Cassandra yang sampai di depan kelasnya dengan dahi penuh keringat. Wajahnya pucat, seperti belum makan dan minum dari pagi. Dengan langkah cepat, Cassandra menuju meja Sellina, disusul Dewa dan Sayed yang kepo.

"Beneran dong dia nggak masuk! Gimana ini, Wa?" seru Cassandra panik.

"Kenapa panik banget sih, Cass? Siapa tahu Sellina sakit gitu, emang nggak masuk hari ini aja. Kalian tuh kayak takut dia ilang ke mana gitu loh!" sela Sayed, dengan ekspresi nyinyir. Dewa langsung menyikut perut buncit Sayed sambil memelotot kesal.

"Sakit gimana? Orang tuanya aja nanya ke kita di mana dia!" Cassandra lalu memandang Dewa. "Kita ke rumahnya lagi yuk, sore ini?"

"Tunggu-tunggu!" Sayed berdiri di hadapan Dewa, menyela pandangan Cassandra ke arah cowok itu. "Kenapa Dewa dibawa-bawa? Gimana sih Cass, udah tahu Sellina nggak cocok sama Dewa, lo bawa dia ke rumahnya. Bikin perang dunia namanya!" gerutu Sayed.

"Kok lo jadi posesif sih!" gerutu Cassandra, berdiri dengan posisi menantang Sayed. "Ini urusan kami bertiga, kenapa lo ikut campur? Gue bahkan nggak kenal lo!"

Kali ini Sayed kepalang emosi dan mulai menunjuk-nunjuk wajah Cassandra. "Heh, kita tuh sekelas waktu kelas sepuluh! Kurang ajar juga lo, Cass!"

Cassandra menyibakkan rambutnya dan terkekeh meremehkan. "Oh ya, gue baru inget. Lo yang suka tidur di kelas kan? Sorry, nggak penting buat gue inget. Soalnya kehadiran lo nggak ada kontribusinya dalam hidup gue."

"Eh, apa lo bilang! Denger ya! Gue—"

"Udah deh kalian," lerai Dewa, mulai pusing dengan percakapan kedua orang di hadapannya ini. "Gue udah pusing, jangan nambahin pusing, bisa nggak?"

"Maap." Cassandra dan Sayed berujar hampir bersamaan, membuat mereka saling pandang penuh kebencian.

"Ya udah Cass, nanti sepulang sekolah kita ke rumah Sellina." Dewa akhirnya memutuskan, meski hatinya masih meragu.

Kalau Sellina memang ada di rumah, itu bagus. Namun, Dewa harus mempersiapkan diri membuka kenangan masa lalunya dengan cewek itu di hadapan Cassandra. Entah apa reaksi Cassandra nantinya, Dewa harus mempersiapkan diri. Untuk sekarang, dia hanya ingin memastikan keberadaan Sellina.

***

"Hape Sellina ada di toilet cewek?"

Dewa hampir memekik ketika mengucapkannya, tapi dia ingat ini ruang guru dan tidak boleh bersikap tidak sopan. Dewa memandangi benda berwarna rosegold yang memiliki gantungan buah anggur kecil di meja Pak Teddy dengan dahi berkerut hebat.

Sebelum jam mata pelajaran terakhir selesai, Pak Teddy—wali kelasnya, meminta Dewa sebagai Ketua Kelas XI IPS 3 datang ke ruang guru sepulang sekolah. Ternyata, petugas kebersihan sekolah menemukan sebuah ponsel di toilet cewek. Setelah dicoba untuk dibuka, wallpaper ponsel menampilkan foto Sellina dan Cassandra.

"Bapak minta tolong kamu antarkan hape Sellina ke rumahnya. Sekalian tanyain kondisinya gimana. Kata orang tua Sellina, dia nggak masuk karena nggak enak badan."

"Oh, orangtua Sellina bilang gitu, Pak? Berarti Sellina ada di rumah?"

Pak Teddy giliran mengernyit. "Ya iya di rumah, emang kamu pikir di mana?"

"Oh enggak, Pak. Ya udah, saya juga rencananya mau ke rumah Sellina kok habis ini. Saya bawa ya, Pak, hapenya."

Keluar dari ruang guru, Cassandra sudah menunggu Dewa sambil mondar-mandir.

"Yuk!" ajak Cassandra setengah menarik pergelangan tangan Dewa.

"Cass, bentar." Dewa menahan tangan Cassandra, membuat cewek itu berbalik dengan tidak sabar. "Ini hape Sellina, bener?" Dewa mengacungkan sebuah ponsel yang dia terima dari Pak Teddy ke hadapan Cassandra.

"Iya, itu gantungannya kembaran sama gue. Kok ada di lo?" Cassandra mengeluarkan ponsel dan menunjukkan gantungan buah-buahan mirip milik Sellina—bedanya punya Cassandra berbentuk potongan buah melon.

"Pak Teddy nyuruh gue anterin ini ke Sellina, katanya jatuh di toilet cewek."

"Hah? Kok bisa ceroboh banget si Sellina? Itu hape loh, bukan pensil atau barang nggak penting lainnya." Cassandra kebingungan.

Dewa mengedikkan bahu. "Kata Pak Teddy, Sellina ada di rumah, nggak masuk karena nggak enak badan. Mungkin kemarin buru-buru pulang sampe nggak sadar hapenya jatuh," jelas Dewa, dengan analisa ngaconya. "Gue bawa motor hari ini, yuk berangkat."

"Kami ikut!"

Dewa dan Cassandra menoleh serentak, mendapati Vanka dan Orion yang berdiri di belakang mereka. Melihat cowok berkacamata itu, Dewa hanya menepuk jidatnya. Ada aja yang jadi penghalang rencana Dewa buat modus ke Cassandra.

"Kami ikut ke rumah Kak Sellina," ulang Vanka. "Kami juga khawatir."

Orion mengangguk. "Iya, dan kami juga khawatir sama Kak Cassandra." Orion berujar sambil melirik ke arah Dewa dari ujung kepala ke ujung sepatu.

Dewa mengembuskan napas dan terkekeh pelan melihat tingkah kekanakkan cowok berkacamata itu. "Ya udah, ketemu di rumah Sellina ya. Nanti kita kirimin shareloc-nya. Gue sama Cass cabut duluan. Yuk, Cass!"

Belum sempat Cassandra berujar lebih lanjut, Dewa sudah menariknya pergi, meninggalkan Orion yang mengumpat kesal. Vanka hanya menggeleng melihat cinta segi banyak ini. Ketika Orion dan Dewa berlomba mendapatkan perhatian Cassandra, tapi perhatian cewek itu hanya tertuju kepada Sellina. Kalau kata Vanka, itu namanya cinta 'Huruf Y'.

Rumah Sellina terasa sangat sepi ketika Cassandra dan Dewa sampai. Hasya—mama Sellina, membukakan pintu dan mereka berdua tidak melihat orang lain di rumah itu. Benar-benar sunyi, apalagi rumah Sellina ada di kompleks perumahan yang jauh dari jalan raya. Cassandra sudah pernah bertemu mamanya Sellina, tapi tidak terlalu sering bercakap-cakap.

"Tante, ini hape Sellina jatuh di toilet. Kayaknya kemarin Sellina buru-buru pulang ya? Gimana keadaannya, Tante? Masih sakit?" Dewa membuka obrolan, sambil mengangsurkan ponsel Sellina ke atas meja di hadapan mereka.

Hasya membelalak menatap benda itu. Reaksinya cukup mengejutkan Cassandra dan Dewa.

"Petugas kebersihan sekolah yang nemuin ini, Tante," tambah Dewa. "Jadi, Sellina sakit apa, Tante? Kami boleh ketemu dia?"

"Pak Teddy bilang Sellina sakit?" Hasya balik bertanya, membuat Cassandra dan Dewa semakin kebingungan.

"Katanya tadi orangtua Sellina telepon Pak Teddy. Itu bukan Tante?" Cassandra menaikkan satu alisnya, mulai curiga dengan ketidaksesuaian informasi ini.

Mendengar ucapan Cassandra, Hasya kembali tergagap dan bergerak tidak nyaman di kursinya. "Oh maaf, soalnya tadi yang telepon ke sekolah itu papanya."

"Jadi kami boleh ketemu Sellina, Tante?" ulang Cassandra pelan.

Obrolan mereka terputus ketika Orion dan Vanka sampai, dan Hasya sibuk menyediakan minuman tambahan. Selama Hasya pergi ke dapur, Cassandra menjelaskan situasikepada kedua temannya itu. Ketika Hasya kembali, matanya tampak berkaca-kaca dan hampir saja menjatuhkan nampan berisi gelas-gelas es jeruk. Dengan sigap Orion dan Dewa menangkap nampan itu sebelum jatuh. Mereka saling tatap dengan kesal.

Setelah menyeka air mata yang hampir jatuh, Hasya tersenyum dengan raut sedih. "Sellina nggak sakit. Dia nggak pulang dari kemarin. Papanya sedang melapor ke kantor polisi sekarang."

***

 

Hello gaessssss!!!!

Duh, maap kalau bab-bab nya jadi serius ya :((

tapi emang harus serius ekekek

kalian kalau ada salah-salah sama temen jangan lama-lama gaesss ngambeknya, marahannya

nggak ada yang tahu apa yang akan terjadi sama kita atau temen kita besok

huhuhuhuhu


dah ah, ini masih hari Rabu jan sedih-sedih, sedihnya malming aja #heh


btw, aku lupa mau kasih tau jawaban di Riddle Horror Saturday Night kemarin ekekekeke

Ada beberapa yang betul loh jawabannya!

Iyap, Gerry adalah pembunuhnya. Dia ngaku dari luar kota padahal selama dia ga keliatan itu dia sebenernya sedang melakukan aksi. Dan dia bilang pisau dapur, padahal polisi belum menyatakan senjata pembunuhnya apa. Benda tajam bisa macam-maca, bisa pisau, bisa gergaji, bisa pedang, bisa tusukan daging, dan semacamnya.

Selamat! Yang berhasil memecahkan riddlenya! Jadi malam Minggu kalian gak horor-horor amat kan? wkwkwk


Btw bagi yang belum tau, udah bisa join GC WA nya TBT loh, Thropers! ^^ Nih link-nya!

https://chat.whatsapp.com/GtauPacgxwMGDkkG7bmOVn


Dah ya, kita ketemuan lagi di Hari Jumat malam jam 19.00 !

Btw fun fact, TBT malah ga terbit di hari Kamis, soalnya Noktah gengs lagi berduka :(


salam laper (iya lagi laper nih)

~ranieva~


Jangan lupa follow IG kami yah!

@_tbtworld // @ranevadewi // @iirhikma_


Supported by :

1. @wattpad_storyyyy

2. @catatanwattpad_id

3. @wattpad.diary

4. @wattpadandmovie

5. @wattpadquotes_id



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro