RIDDLE 4 : Amarah
"Kayaknya kemarin gue bilang lo harus jauhin Cassandra deh. Lo budek apa gimana?"
Cassandra dan Dewa serentak mendongak ketika mendengar suara Sellina. Dewangga langsung memelotot ke arah teman-temannya yang duduk berjarak satu meja dengannya.
Tadinya Dewa makan bersama ketiga temannya, sampai Ian menunjuk meja tempat Cassandra makan sendirian. Menurut Ian, Sellina sedang dimintai tolong guru Sosiologi untuk mengumpulkan tugas ke ruang guru. Jadi, sepertinya Sellina tidak akan makan siang bareng Cassandra. Dewa yang tidak mau membuang kesempatan, langsung memindahkan mangkok baksonya ke hadapan Cassandra.
Cassandra memang sangat jarang terlihat sendirian. Kalau tidak bersama Sellina, pasti bersama Vanka dan Orion—teman-teman Noktah-nya. Ketika Cassandra dalam misi mendekatkan Dewa dan Sellina, pada akhirnya Dewa yang melipir atau Sellina yang ngacir sambil marah-marah.
Jadi, ketika melihat Cassandra sendirian siang itu, Dewa pikir tidak ada salahnya makan siang dengan lebih santai. Apalagi ketiga temannya juga bersiap menjadi CCTV untuk memantau kehadiran Sellina dan mengirimkan sinyal bahaya kalau cewek itu mendekat.
Dewa bukannya takut bertemu Sellina, tapi dia malas kalau harus berdebat di tempat umum seperti kantin siang ini. Sekarang Dewa bersumpah akan menendang pantat ketiga temannya sekuat yang dia bisa sepulang sekolah nanti.
"Sorry Sel. Gue kira bangku ini kosong." Dewa mencoba berbasa-basi, tapi wajah Sellina tidak berubah—masih menatap Dewa dengan sinis.
"Kenapa sih, Sel? Salah Dewa ke lo apa deh? Dia cuma mau makan bareng," bela Cassandra, yang membuat Dewa makin panik. Ucapan Cassandra bagai minyak yang dituang ke api yang tengah menyelimuti Sellina.
"Gue kan udah peringatin lo, Cass. He's not a good guy. Kenapa lo nggak percaya dan nurut aja sama gue sih?" Sellina mengacuhkan Dewa dan menatap tajam ke arah sahabatnya.
"Sel, please, jangan kayak gini. Lo kenapa kayak gini ke Dewa?"
Suasana kantin siang itu yang biasanya adem ayem dan penuh canda tawa para siswa, tiba-tiba hening seperti kuburan. Awalnya tidak ada yang memedulikan percakapan Cassandra dan Sellina di meja tengah kantin sampai suara Sellina tiba-tiba meninggi. Cewek itu memelotot marah ke arah Cassandra yang juga ikutan berdiri sambil berkacak pinggang. Apalagi ada Dewangga yang duduk di dekat mereka berdua. Pasti semua orang jadi memerhatikan mereka bertiga.
"Kak Cassandra! Kak Sellina!"
Dewa menoleh dan mendapati Vanka beserta Orion berlari mendekat dengan wajah panik. Melihat Orion, rasanya Dewa makin kesal saja.
"Kalian ngapain deh berantem? Suara kalian sampai di lorong tahu nggak!" tegur Vanka dengan napas memburu. Orion lagsung memelotot ke arah Dewa yang balik memelotot.
Tak jauh dari meja Cassandra, teman-teman Dewa mulai memucat.
"Wah mampus kita! Lo kenapa sih Say, nggak ngeliatin yang bener!" ujar Ian memelotot kepada Sayed yang dengan brutal menghabiskan nasi pecelnya.
"Say, Say, Say! Emang gue pacar lo!" Sayed bicara sambil mengunyah, membuat beberapa butir nasi beterbangan. "Lah kan tadi janjiannya gantian ngeliatin, gue kan jatahnya makan! Harusnya Kai nih yang jaga! Malah nge-game!"
Alakai sebagai tertuduh utama, hanya bisa menggigit bibir bawah—sama paniknya dengan Ian. Bagi ketiga cowok itu, marahnya Dewa bukanlah hal yang bagus mengingat terakhir Dewa marah, dia menolak bicara kepada ketiga temannya dan tentunya tak sudi melunasi utang gorengan mereka di Warteg Echonomist. Bagi mereka bertiga yang uang sakunya dihabiskan untuk patungan membeli gim PS4 terbaru, traktiran Dewa adalah anugerah.
"Gue nggak mau memperpanjang masalah ini. Cass, gue nggak akan mengorbankan pertemanan kita karena cowok ini. Tapi, gue nggak mau bareng lo selama ada dia."
"Sel, bentar deh!" Cassandra berusaha menahan lengan Sellina, tapi cewek itu dengan cepat menepis tangan sahabatnya. Dia berlalu setelah menatap sinis Dewa yang masih terbengong-bengong dengan situasinya sekarang.
Dewa yang merasa menjadi sumber kekacauan itu bangkit dan mendekati Cassandra yang masih diam mematung.
"Cass, gue–"
Tanpa menghiraukan Dewa, Cassandra buru-buru mengejar Sellina. Sepeninggal kedua cewek itu, suasana kantin kembali ramai seperti tidak terjadi apa-apa—mungkin karena adegan jambak menjambak yang mereka harapkan tidak terjadi.
Dewa sudah hampir menyusul Cassandra ketika lengannya ditahan.
"Mau ke mana lo?" Orion memicing dan mengencangkan cengkeraman di lengan Dewa. "Gara-gara lo, mereka berdua berantem. Bisa nggak sih, lo nggak ikut campur sama urusan kita?"
Kali ini, Dewa menepis tangan Orion. "Cass yang ngajak gue, for your information. Lagian kalau ngomongin ikut campur, lo juga nggak perlu ikut campur masalah gue sama Cass." Dewa melirik Orion dari atas ke bawah. "Jangan mimpi deketin Cass. Ngaca, dasar bocah telat puber!"
Dewa meninggalkan Orion yang ternganga dengan ucapannya barusan. Melihat Dewa melangkah pergi dari kantin, ketiga temannya yang dari tadi menonton di meja pojok ikutan pergi. Sedangkan Vanka sibuk menghibur Orion yang marah-marah karena hinaan Dewa.
***
Tidak butuh waktu lama, Dewa menemukan Cassandra di bangku panjang depan perpustakaan yang memang selalu sepi. Bukan hanya kali ini Cassandra main ponsel di depan perpustakaan, atau sekadar bengong di salah satu tempat paling jarang dilewati siswa SMA Cenus itu. Cewek itu memutar-mutar ponselnya di tangan dengan gelisah. Pandangannya mengarah ke lantai dan kakinya bergerak-gerak sembarangan.
"Sorry ya," Dewa mengulurkan sebotol milk tea kepada Cassandra.
Cewek itu mendongak sekilas, kemudian kembali menunduk memandang lantai sambil menggigit bibir. Karena tawaran minumannya dicuekin, akhirnya Dewa menaruhnya di samping Cassandra dengan canggung.
"Cass, kalau misalnya kondisinya masih kurang baik, kita nggak usah ngobrol dulu di sekolah. Dan untuk rencana lo sore nanti buat ngetemuin gue sama Noktah, mending—"
"Wa, jujur deh. Lo ada apa sih sama Sellina?"
Dewa sedikit terkejut. Kali ini dia terdiam cukup lama, menghindari tatapan Cassandra yang menuntut. Lorong depan perpustakaan memang terlalu sunyi sampai Dewa bisa mendengar deru napasnya sendiri yang mulai memburu. Dia bimbang apakah harus menceritakan masa lalunya dengan Sellina kepada Cassandra atau menunggu waktu yang dirasa tepat.
Cassandra menghela napas panjang dengan suara keras dan mendongak ke langit-langit. "Serahasia itu ya? Sampai kalian berdua nggak mau gue tahu?"
"Nggak gitu sih," bisik Dewa, seolah takut ada yang mendengar. "Gini aja, nanti sore kan jadwal ketemuan Noktah. Gue ceritain di situ, pas ada Sellina, biar Sellina nggak mikir gue ngarang cerita buat memecah pertemanan kalian. Gimana?"
Cassandra terlihat meragu, tapi akhirnya mengangguk juga. Setelah mereka terdiam beberapa saat—berkutat dengan pikirannya masing-masing, Cassandra berdiri ketika mendengar bunyi bel tanda istirahat berakhir. Sebelum Cassandra pergi, Dewa kembali menghela napas panjang dengan suara keras.
"Cass, sebaiknya lo pertimbangin lagi buat ngajak gue gabung ke Noktah. I mean, kita masih bisa berteman tanpa gue harus join ke Noktah. Dan kalian nggak perlu bertengkar."
"Gue bakal pikirin lagi." Cassandra menoleh sedikit lalu melanjutkan langkahnya.
Dewa nggak buru-buru balik ke kelasnya. Dia terdiam sesaat. Rasanya ada yang mengganjal di hatinya, sesuatu yang aneh dan tidak mengenakkan. Sempat mengira itu adalah firasat buruk, Dewa segera menepisnya karena menolak percaya sesuatu yang belum pasti terjadi. Baginya, firasat adalah omong kosong.
"Semoga Sellina nggak memperpanjang masalah ini," ujar Dewa, kepada dirinya sendiri.
Keinginan Dewa seperti diaminkan oleh malaikat yang lewat, karena setelahnya Sellina tidak kembali ke kelas. Bahkan sampai jam pelajaran terakhir selesai, cewek itu belum kembali. Dewa awalnya tidak terlalu memperhatikan absennya Sellina setelah jam istirahat. Namun, ketika cewek-cewek di kelas heboh mencari keberadaan Sellina yang dikira bolos, Dewa jadi terusik batinnya.
Sellina bukan tipe cewek yang suka bolos, jadi Dewa masih berpikir cewek itu akan datang sepulang sekolah dan mengambil barang-barangnya yang masih berserakan di meja. Nyatanya, setengah jam setelah kelas bubar, cewek itu tidak juga muncul.
"Wa, ngapain lo bengong di depan meja Sellina?" Sayed menghampiri Dewa, melambaikan tangannya di hadapan wajah cowok itu. "Gue balik duluan ya?"
"Oh, oke," jawab Dewa pendek, masih mengernyit menatap bangku Sellina.
Menyadari pandangan temannya, Sayed mengembuskan napas keras. "Gila si Sellina, bolos sih bolos, tapi kenapa barangnya nggak dibawa pulang deh?" cerocos Sayed, membuat Dewa berdebar tanpa sebab. Tiba-tiba dia merasa bersalah.
Dewa buru-buru membuka ponselnya yang nggak dilihat sejak jam istirahat. Dia berusaha menelepon Sellina. Terdengar nada dering, tapi Sellina tak mengangkatnya. Dewa menahan bahu Sayed sebelum cowok itu berlalu pergi.
"Say, teleponin Sellina coba."
"Dih, kenapa nggak lo aja! Jangan menyalahgunakan posisi lo sebagai ketua kelas dong!"
"Nggak diangkat. Dia kan dendam sama gue. Udah buruan teleponin, suruh ambil tasnya!"
Sambil ngedumel, Sayed menelepon Sellina. Dia paling malas terlibat ke urusan percintaan orang lain. Sambil menunggu Sayed menelepon Sellina, Dewa mengirim pesan ke Cassandra—menanyakan Sellina. Setelahnya, Dewa bengong lagi menatap meja Sellina.
"Nggak diangkat," lapor Sayed, membuyarkan lamunan Dewa.
"Ke mana ya dia?" gumam Dewa dengan muka yang mencureng.
Barusan Cass nelpon juga dan nggak diangkat.
Dewa membaca chat Cassandra yang baru saja masuk.
"Udahlah paling besok nongol tuh anak. Lo minta aja Cass anterin barang-barangnya ke rumah Sellina. Sekalian lo anterin Cass balik, cuy!" Sayed menyenggol lengan Dewa heboh. Namun, pikiran cowok itu sedang melayang entah ke mana.
Dewa akhirnya mengemasi barang Sellina dibantu Sayed. Mereka berpisah di depan kelas, karena Dewa harus menuju kantin tempat Noktah biasa berkumpul. Di meja nomor dua dari ujung itu sudah ada Orion dan Vanka. Melihat Dewa datang, wajah Orion yang awalnya biasa saja, jadi menegang penuh emosi.
"Mana Cass?"
"Ngapain lo ke sini?" sergah Orion sinis.
"Di mana Cassandra!" ulang Dewa dengan mata memelotot.
"Muterin sekolah, nyariin Kak Sellina. Katanya ilang nggak tahu ke mana," jelas Vanka.
"Kenapa kalian nggak bantuin?"
Vanka mengedikkan bahu. "Kami udah muterin sekolah tadi, nggak ketemu. Kak Cass mau nyari sekali lagi katanya. Mungkin Kak Sel emang pulang duluan."
"Tapi ini tasnya ditinggal di kelas," potong Dewa. Vanka dan Orion bertukar pandang, kebingungan juga. "Ditelepon kenapa juga nggak diangkat? Bikin khawatir aja."
Sampai Cassandra kembali, Sellina tak juga ditemukan. Perkumpulan Noktah sore itu menjadi sangat canggung. Tanpa kehadiran Sellina, Vanka dan Orion tak punya alasan menolak Dewa. Namun, cowok itu memilih diam saja selama kegiatan Noktah. Mereka membahas kolom khusus Noktah di mading sekolah. Vanka dan Orion tahu, Cassandra juga tidak fokus dengan absennya Sellina tanpa pemberitahuan.
Sore itu, Dewa mengantar Cassandra mengembalikan tas ke rumah Sellina. Yang lebih anehnya lagi, Sellina tidak ada di rumah. Bahkan mamanya Sellina malah menanyakan ke mana perginya Sellina kepada Cassandra.
Cassandra dan Dewa saling berpandangan. Keduanya benar-benar khawatir sekarang. Dewa menyesal karena tak mengindahkan firasat buruknya. Kini mereka hanya bisa berharap, Sellina beneran bolos dan sedang main-main di luar sana.
"Cass, jangan khawatir, besok Sellina juga bakalan nongol di kelas kok," hibur Dewa ketika sampai di halte bus yang akan memisahkan mereka karena arah rumah berlawanan.
"Semoga aja.... Bikin khawatir banget si Sellina..." keluh Cassandra pelan.
Dewa tersenyum dan mengusap puncak kepala Cassandra.
"Semoga Sellina cepet pulang ya, nggak lama-lama keluyurannya."
Dalam hati, Dewa mengamini dengan keras ucapannya sendiri. Wajar bagi Cassandra untuk khawatir karena Sellina adalah sahabatnya. Namun, untuk Dewangga, Sellina adalah akar dari rasa bersalah yang selama ini mengendap di hatinya. Sekarang, Dewa hanya ingin Sellina kembali dan benar-benar meminta maaf kepadanya.
****
KONBAN WA MINNA SAN!
Kembali lagi hari ini dengan trio drama, Cass-Dewa-Sellina!
Oh ya kayaknya ceritanya udah mulai serius nih :((
Btw, di atas ini ada gambar sesuatu, nggak penasaran apa gimana gitu kalian?
Kalau penasaran, bisa langsung cuss IG kita ya di _tbtworld ^^
Btw kita udah open group chat di WhatsApp loh
yang mau join dan ngobrol ngalor ngidul bole lah ke link ini :
https://chat.whatsapp.com/GtauPacgxwMGDkkG7bmOVn
langsung join aja ga usah pake syarat-syarat segala, emang mau daftar sekolah pake syarat wkwkwk
Dah lagi ga ngerti mau cuap2 apa, dah join GC aja ngobrolnya pindah ke sono yeee kaaan?
SALAM MERIANG! (bentar panas bentar ujan)
~ranieva~
P.S
Biar syahdu bacanya, sambil dengerin ini lagu bole loh ... suara mbaknya syahdu bener jadi baper #ehh
https://youtu.be/P7vQwfEFfw8
Jangan lupa follow IG kami yah!
@_tbtworld // @ranevadewi // @iirhikma_
Supported by :
1. @wattpad_storyyyy
2. @catatanwattpad_id
3. @wattpad.diary
4. @wattpadandmovie
5. @wattpadquotes_id
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro