RIDDLE 10 : Enigma Cenus
Before The Story Continues .....
Hi, kalian udah siap masuk ke bab-bab serius sekarang?
Loh dari kemarin nggak serius dong? hehe canda
Oh ya karena ini mulai masuk pembahasan serius tentang Pintu Kenangan, let me know ya kalau terlalu membosankan atau mulai nggak asyik :(
Aku berharap kalian tetep enjoy baca cerita ini ^^
Yuk lanjut ceritanya, Thropers!
###########################################################################
"Jadi kalian bawa-bawa nama saya buat ngeliat CCTV?"
Pak Teddy menatap tajam keempat siswanya yang sedang menunduk. "Kenapa diam aja? Saya tanya sama kalian," ujarnya lagi, mulai tidak sabar.
Sepeninggal Pak Wisnu dan timnya—tentunya setelah memanggil Pak Kosim untuk mengecek rekaman CCTV, Pak Teddy langsung meminta Cassandra dan teman-temannya pindah ke ruang Bimbingan Konseling. Bu Gina sebagai wali kelas Cassandra serta Bu Krisna sebagai wali kelas Orion dan Vanka, juga mengikuti Pak Teddy ke ruang Bimbingan Konseling.
"Saya yang punya ide itu, Pak," ujar Dewa akhirnya mengalah.
Cassandra terkejut dan mendongak. "Pak, itu ide saya! Bukan Dewa!" serunya.
"Haduh!" Pak Teddy memijat pelipisnya. "Saya anggap itu ide kalian berempat. Nggak usah berantem. Kenapa kalian menyembunyikan cerita ini dari sekolah? Harusnya kalian bilang sama saya atau guru yang lain, kalau mau ngecek CCTV waktu Sellina menghilang di toilet."
Keempat siswa itu saling berpandangan. Cassandra akhirnya yang bicara duluan, "Soalnya siang itu harusnya Sellina kumpul sama kita, Pak. Tapi kata Dewa yang satu kelas sama Sellina, dia nggak balik ke kelas setelah jam istirahat dan sampai pulang tasnya masih ada."
"Terus?" ujar Bu Gina, mencondongkan tubuhnya ke depan, mulai tertarik.
"Ya waktu itu saya bawakan barang-barang Sellina ke rumahnya bareng Cassandra, Bu. Waktu itu kata Tante Hasya, Sellina belum pulang. Kami sih mikirnya dia memang iseng bolos aja waktu itu." Dewa mengambil alih bagian untuk menjelaskan kronologinya.
"Tapi besoknya Kak Sellina nggak masuk dan kami berempat ke rumahnya sepulang sekolah," imbuh Vanka, menyela Dewa.
"Benar Pak, Bu. Siang itu, Pak Teddy juga sempat menitipkan hape Sellina ke saya untuk diantarkan ke rumahnya," jelas Dewa lagi, yang diikuti anggukan Pak Teddy.
Cassandra sedikit menegakkan tubuhnya, sudah mulai percaya diri untuk menceritakan kejadian hilangnya Sellina. "Nah sore itu kami baru tahu kalau Sellina nggak pulang. Om Danu menelepon sekolah bilang kalau Sellina sakit, tapi waktu kami ke rumah dan ketemu Tante Hasya, beliau bilang Sellina belum pulang dari saat dia menghilang itu."
"Kenapa ayahnya malah bilang gitu?" tanya Bu Krisna, lebih ke arah Pak Teddy dan Bu Gina. Namun kedua guru itu hanya menggelengkan kepala.
"Mungkin biar nggak heboh aja, Bu." Kali ini Orion yang angkat bicara. Ketiga guru itu baru menjentikkan jarinya hampir bersamaan, setuju dengan ucapan Orion.
"Sebenarnya waktu itu, Om Danu sedang ke kantor polisi, membuat laporan hilangnya Sellina," jelas Dewa. "Besoknya kami kepikiran cek CCTV. Maksudnya mau ngecek lewat mana dan jam berapa Sellina keluar dari sekolah."
"Terus?" Ketiga guru itu kompak mencondongkan tubuh mereka ke depan, ke arah Cassandra dan yang lainnya duduk. Wajah mereka ikut serius, seakan cerita yang barusan diceritakan anak-anak didik mereka itu adalah kisah horor yang mencengangkan.
Dewa mengedikkan bahu. "Ya setelah masuk ke toilet itu, CCTV nggak menangkap sosok Sellina keluar toilet. Amit-amit terjadi sesuatu yang aneh-aneh di toilet cewek, harusnya para siswi yang masuk berikutnya panik atau berteriak .... Namun, nyatanya semua keluar masuk toilet cewek tanpa terjadi sesuatu yang mencurigakan."
Pak Teddy mengusap dagunya, sedangkan Bu Gina dan Bu Krisna bertukar pandang.
"Menurut kami itu aneh," imbuh Orion tiba-tiba. "Kak Sellina bukan orang yang ceroboh. Kalau mau bolos, dia nggak mungkin nggak bawa dompet dan menjatuhkan hape-nya dengan terang-terangan di dekat pintu toilet."
Vanka mengangguk dan menjentikkan jarinya. "Ditambah lagi, kalau Kak Sellin diculik—amit-amit, penculiknya harus menyuruh Kak Sellin untuk keluar sekolah. Dan Cenus punya CCTV di setiap sudut sekolahnya. Waktu kami bertengkar di kantin saja, Bapak dan Ibu guru tahu kan?"
"Kami memeriksa semua CCTV di hari itu, tidak ada tanda Sellina keluar dari sekolah. Para security juga mengaku tidak ada siswi yang keluar dari sekolah saat jam pelajaran berlangsung. Security kita berjaga di dua tempat, pintu belakang dan gerbang utama. Jadi kalau Sellina keluar dari sekolah, dia akan pergi saat malam atau sebelum sekolah dibuka besoknya." Cassandra menjelaskan dengan cepat tanpa ragu. Tiba-tiba jiwa detektifnya tertantang.
"Kembali lagi itu nggak mungkin," Dewa menambahkan lagi. "Kami sudah mengecek CCTV sampai besoknya dan Sellina nggak ada. Kecuali dia masih bersembunyi di bawah lantai atau di balik tembok rahasia di toilet cewek tanpa kelaparan, menurut kami Sellina tidak pernah keluar dari sekolah. Mungkin, Sellina menemukan pintu tersembunyi di toilet cewek. Tapi buat apa dia sembunyi?"
Setelah kalimat Dewa selesai, ruangan itu diliputi keheningan. Pulpen yang sebelumnya diputar-putar oleh Pak Teddy tiba-tiba terjatuh, membuat Bu Gina dan Bu Krisna terkejut. Kedua guru wanita itu menatap guru senior di sampingnya dengan tatapan bertanya-tanya, karena Pak Teddy terlihat kebingungan dan terkejut—atau lebih tepatnya wajah pria itu memucat.
"Sembilan tujuh," desis Pak Teddy. Kemudian buru-buru dia beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan ruangan. Bu Krisna buru-buru menyusulnya sebelum Pak Teddy berhasil menutup pintu. Melihat kehebohan kedua guru itu, Bu Gina langsung meminta keempat siswanya untuk kembali ke kelas lagi.
Sebelum pintu tertutup, meski samar-samar Dewa sempat mendengar percakapan Pak Teddy dan Bu Krisna di luar ruangan Bimbingan Konseling.
"Ini kejadian sembilan tujuh terulang lagi! Pintu Kenangan, Bu Kris!"
***
"Wah gue baru tahu sekolah kita ada kejadian aneh-aneh macam ini." Dewa yang berjalan di depan Cassandra, Orion, dan Vanka bergumam sambil melipat tangannya di depan dada.
"Pintu Kenangan, sembilan tujuh. Dua puluh dua tahun yang lalu," desis Cassandra sambil membaca berita yang barusan dicari lewat laman pencarian daring oleh Dewa.
Hanya ada satu unggahan di blog pribadi tentang Pintu Kenangan SMA Cempaka Nusantara yang keluar dari laman pencarian mereka. Dalam unggahan gambar yang difoto seadanya dan ditulis tahun 2007 itu, diketahui bahwa terjadi sesuatu yang menghebohkan terkait siswa yang hilang. Karena kualitas foto yang diunggah tidak begitu baik, Cassandra tidak bisa membaca informasi lainnya.
Informasi sementara yang berhasil didapatkan adalah wartawan yang membuat liputan itu bernama Retno Wulandari dan kasus itu terjadi pada tahun 1997. Siswi itu hilang selama tiga tahun dan baru ditemukan pada 2000. Selebihnya buram, mungkin karena ponsel yang dipakai mengabadikan potongan koran itu tidak begitu bagus resolusi kameranya.
"Tahun segitu belum banyak berita di-upload online, nggak akan ketemu meski lo browsing sampe mata lo minus, Vanka," gerutu Orion ketika Vanka masih berusaha mencari hingga halaman lima belas dari berita pencarian anak hilang di Cenus. Vanka mendengkus karena ucapan Orion ada benarnya.
Tiba-tiba Dewa menghentikan langkahnya dan berbalik, hampir membuat Cassandra menabraknya. Cewek itu memukul lengan Dewa keras. "Perpus!" seru Dewa dengan mata berbinar, tak menghiraukan Cassandra yang mengomel.
"Perpusnya kenapa?" tukas Vanka.
"Perpus kan banyak koran lama! Apalagi kalau beritanya tentang Cenus, harusnya mereka simpen nggak sih? Itu loh yang dijilid jadi satu. Apa namanya dulu itu? Klappert?" Dewa menepuk-nepuk dadanya sendiri dengan bangga. "Wah gila, gue jenius banget!"
"Kliping? Kenapa jadi klappert? Lo pikir makanan!" sembur Vanka, tiba-tiba kesal.
Orion tertawa sinis mendengarnya. "Jenius dari mana? Perpus sekolah kita bukan gudang, arsip dua puluh tahun yang lalu ya pasti udah nggak ada."
Dewa mengernyit. "Masa? Gue kira semua arsip bakalan tetap ada."
"Nggak ada salahnya sih kita coba cek, ada sistem online juga jadi lebih gampang buat tahu berkas yang kita cari ada atau nggak. Tapi sekarang kita harus masuk kelas dan perpus tutup satu jam setelah kelas terakhir." Cassandra mengecek jam tangannya.
"Kalau berempat pasti cepet sih, kalau nggak kita kasih sogokan aja penjaga perpusnya!" usul Dewa dengan senyum jumawa.
Cassandra, Vanka, dan Orion saling bertukar pandang. Vanka melipat tangannya di depan dada sambil memicing. "Ketahuan kan lo nggak pernah ke perpus. Lo nggak tahu betapa galaknya Kak Vero, penjaga perpus kita. Mana mungkin mempan disogok!"
"Meski dengan rayuan cowok paling ganteng di Cenus?" tanya Dewa lagi, dengan wajah serius, membuat Vanka langsung menginjak kaki cowok itu kuat-kuat.
"Lo kepinteran apa gimana sampe jadi odong gini?" hardik Vanka, disertai lenguhan Dewa karena kakinya kena injak dan Orion yang cekikikan.
"Udah jangan berantem," lerai Cassandra, sedikit menahan tawa. "Nanti cari sebisanya, berempat lebih cepat kan? Kalau nggak dapet, besok juga masih ada waktu."
Semua setuju kecuali Orion yang mengangkat tangannya dengan wajah sedih. "Kak Cass, gue nggak bisa. Gue ada latihan taekwondo nanti sore ...."
"Wuidih, meski telat puber, jagoan juga lo! Aduh!" puji Dewa sungguh-sungguh, meski setelahnya Cassandra langsung mencubit lengan cowok itu. Orion tersenyum miring melihat Dewa memelotot kesal pada Cassandra.
"Oke, nggak masalah kok."
Orion dan Vanka berpisah karena deretan kelas sepuluh dan kelas sebelas berbeda gedung. Cassandra menjadi lebih banyak diam setelah mengetahui informasi baru mengenai Pintu Kenangan. Hal itu membuat Dewa juga jadi gelisah. Selama ini, hal-hal tidak jelas seperti itu tidak pernah masuk ke logikanya. Sekarang dia harus mulai melakukan pencarian informasi tambahan tentang pintu legenda yang bahkan belum tentu benar keberadaannya.
Di ujung lorong yang memisahkan kelas sebelas IPS dan sebelas MIPA, Cassandra berhenti melangkah dan menatap Dewa.
"Menurut lo, Sellina masuk ke pintu itu? Lo percaya pintu itu ada?"
Dewa kesulitan menjawab. Logikanya masih menolak keberadaan pintu imajiner itu. Namun, kalau sampai Pak Teddy yang sudah lama menjadi guru di Cenus heboh ketika mendengar keanehan hilangnya Sellina, bisa jadi memang pintu itu benar ada. Dewa menyugar rambutnya sambil menghela napas panjang.
"Kalau beneran ada, memangnya kita bisa ke sana dan membawa pulang Sellina langsung? Gue rasa cara kerjanya nggak semudah itu."
Cassandra bergidik ngeri. "Gue juga mikir gitu. Gimana kalau kita yang nggak bisa pulang setelah lewat pintu itu? Gimana kalau Sellina terjebak selama ini? Gimana kalau dia udah ...." Cassandra tertegun dengan kemungkinan lainnya, membuatnya berkaca-kaca.
"Jangan overthinking." Dewa mengusap pelan puncak kepala Cassandra. "Semuanya bakalan baik-baik aja."
Benarkan? Semuanya akan baik-baik aja? Batin Dewa kembali terusik.
****
Hai Thropers!
Ya ampun, ketemu lagi kita!
Kayaknya udah lama nggak bersua ya padahal baru kemarin Jumat kemarin update wekekekekekee~
Kayaknya lagi pada minggu-minggu ujian yah? huhuhu Semangat ya kalian! Pasti bisa dan semoga semuanya lancar jaya kek jalan tol, bebas hambatan xixixixi
Aku juga lagi super hectic di kantor huhuhu semoga nggak mengurangi semangat update (PASTI NGGAK DONG, SEMANGAT SELALU POKOKNYA!) hehehe
Btw itu di atas aku kasih weekly calendar dengan muka2 gemoy dari karakter TBT sapa tau ada yang mau screencapt buat diprint xixixixi sok mangga~
#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#
Btw pantengin IG @_tbtworld ya sebentar lagi ada event seru! Soalnya tanggal 18 Maret ada ........... eh rahasia nanti aku dikeplak Hikma kalau bocorin sekarang xuxuxuxuxu
Pokoknya wajib banget pantengin!
Tetep semangat, jangan kasih kendor, jaga kesehatan, jangan lupa ngemil!
Salam 3 jari ala katniss everdeen~
-ranieva-
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jangan lupa follow IG kami yah!
@_tbtworld // @ranevadewi // @iirhikma_
Supported by :
1. @wattpad_storyyyy
2. @catatanwattpad_id
3. @wattpad.diary
4. @wattpadandmovie
5. @wattpadquotes_id
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Btw bonus, lagi dengerin ini kalau lembur, biar mantep ga berhenti2 sampe apal liriknya luar kepala wkwkwk
https://youtu.be/82RfCOVdf6A
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro