Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

RIDDLE 1 : Anggota Baru

Matt pergi ke rumah John malam itu, tapi tak ada jawaban dari dalam rumah John. Cuaca malam itu dingin, salju turun sedikit-sedikit. Matt berusaha mengintip dari jendela untuk mencari John. Namun, jendelanya berembun dan Matt harus membersihkan embun dengan kausnya. Matt mengaku melihat John terkapar di lantai dan segera mendobrak pintu, lalu memanggil polisi ketika menyadari John bersimbah darah di lantai. Menurut polisi, John dipukul dengan benda tumpul di bagian belakang kepalanya. Ruangan itu terkunci dari dalam, bagaimana John bisa meninggal?


"Matt yang membunuh John."

Cassandra yang berjalan dengan langkah ringan menoleh ke arah cowok yang mengikutinya dengan senyum miring. "Hmm, kenapa gitu?"

Cowok itu masih berusaha menjejeri Cassandra yang melangkah dengan lincah dan cepat. "Matt bohong waktu bilang ngelap embun di kaca jendela. Nggak mungkin."

Kuncir kuda Cassandra bergoyang ke kanan dan ke kiri seirama dengan langkahnya yang ringan—hampir seperti melompat-lompat kecil. "Kok nggak mungkin?"

Mereka berdua menyapa seorang guru ketika melewati depan Ruang Kepala Sekolah. Cowok itu masih terseok-seok mengikuti langkah Cassandra yang cukup cepat. Meski tinggi badan dan panjang kaki mereka tak jauh berbeda, tapi cowok itu tidak terbiasa berjalan secepat Cassandra.

"Embun itu muncul kalau ada perbedaan suhu di luar jendela dan di dalam rumah atau lo biasa sebut kondensasi. Embun itu akan berada di suhu yang lebih panas, itu berarti ada di sisi dalam rumah. Gimana caranya Matt ngelap embun di sisi dalam jendela kalau dia ada di luar?"

Cassandra terkekeh sampai matanya membentuk satu garis melengkung. Kadang kalau Cassandra sedang tertawa begini, cowok itu selalu gagal fokus. "Memang nggak salah pilih gue, top deh Dewa! Playboy paling ganteng di Cenus ini otaknya nggak ngadi-ngadi!"

"Sialan lo, siapa yang playboy!" sergah Dewa dengan mata menyipit.

"Ya lo, siapa lagi. Coba siapa sih di Cenus yang nggak kenal Dewangga Bayu Satria? Tapi kan mereka nggak tahu kalau otak lo encer banget, jadi nggak modal tampang doang."

"Lo pikir otak gue ini beraknya orang mencret? Kok encer!" dengus Dewa, diikuti Cassandra yang tertawa terpingkal-pingkal.

"Ngaco lo! Jorok!"

Dewa berjalan mendahului Cassandra ketika cewek itu memperlambat langkah. Sekolah sudah sangat sepi di pukul tiga sore. Selain lorong kelas dua belas yang sedang ada pelajaran tambahan dan lapangan yang penuh dengan anggota ekskul basket, hampir nggak ada siswa lagi yang berkeliaran. Biasanya Dewa nongkrong sama teman-teman cowok di warung depan sekolah, sekedar ngomongin cewek atau ngobrol nggak penting. Namun kali ini, dia mengubah agendanya demi Cassandra yang tiba-tiba memintanya untuk bergabung dengan klub detektif ala-ala buatannya. Kalau Dewa nggak salah inget, namanya Noktah.

"Noktah ini ngapain sih sebenernya?" Dewa tiba-tiba merasa bodoh karena nggak tahu kegiatan apa yang akan dia lakukan kalau beneran menjadi anggota klub Cassandra itu. Dalam pikiran Dewa, Noktah itu semacam nama TV series yang digandrungi mamanya ketika masih muda. Memang kalau udah bucin, suka lupa sama logika. "Jangan-jangan yang barusan itu lo ngetes gue?"

"Klub santai aja kok. Tiap Kamis kumpul di kantin, ngobrolin buku misteri terbaru yang seru, atau bikin riddle kecil-kecilan kayak barusan itu."

"Waduh gue nggak suka baca novel lagi!" Dewa menepuk jidatnya, mulai panik karena tidak akan mengira klub Cassandra ini akan seperti klub kutu buku. Dewa anti dengan kutu buku karena dia nggak pernah nyambung sama orang yang orientasinya selalu mengarah pada buku-buku tebal yang judulnya saja sulit diingat.

"Gue juga nggak suka kok," ujar Cassandra santai. "Ini kan klub detektif, bukan klub pecinta buku, Dedew!"

"Nama gue bukan Dedew!" sungut Dewa, membuat Cassandra terbahak. "Lo nggak akan bisa menjadi detektif yang baik kalau nggak rajin membaca, Cass."

"Gue ini anak kelas sebelas SMA, bukan detektif macem Sherlock Holmes, Wa. Lagian buat mempertajam kemampuan analisa, nggak melulu harus jadi kutu buku."

Dewa mengangguk-angguk mendengar ocehan Cassandra. Buat Dewa sendiri, metode belajar yang nampol ke dirinya sendiri adalah dengan mendengarkan dan memahami, bukan mencatat dan menghapal. Ucapan Cassandra masuk akal juga. Yah jadi makin naksir.

"Terus cara lo menganalisa sesuatu gimana?" Dewa tiba-tiba excited, seperti anak kecil yang diiming-imingi harapan palsu mau dikasih permen.

Cassandra memainkan ujung rambut kuncir kudanya. "Hmm, gue nonton youtube. Sama bacain riddle di internet. Gue juga kadang main di Quora, ngeliat cerita orang-orang."

"Gue belum pernah main Quora, emang di situ ngapain?"

"Deepweb versi soft," kekeh Cassandra. "Asik deh, coba sekali-kali lo buka. Orang-orang pada jujur karena mereka anonim. Kadang gue bacain tuh alasan-alasan orang ngelakuin itu, jadi kayak analisa kepribadian orang juga terus bikin kita sadar kalau orang lain tuh bisa melakukan hal-hal aneh karena kebutuhan mendesak."

Dewa nggak bisa menyembunyikan ketertarikannya lagi. "Contohnya gimana?"

Cassandra mengedikkan bahu. "Ya misal ada yang ngaku kalau dia jadi pelaku bullying di sekolah. Kenapa? Karena itu udah jadi tradisi turun temurun di sekolahnya. Ada lingkaran setan yang menjebak dia melakukan itu ke juniornya. Semacam itulah."

"Menarik juga." Dewa mengangguk-angguk. "Ada yang bikin forum tentang gimana cara dapetin cewek yang kurang peka nggak?"

Cassandra memutar matanya. "Kalau cowok emang beda ya mikirnya? Untung Orion nggak gitu-gitu amat."

"Siapa Orion?" Darah Dewa langsung berdesir mendengar nama cowok lain disebut oleh Cassandra.

"Anggota Noktah juga. Untung nggak playboy kayak lo, nanti Noktah isinya playboy semua pusing gue."

"Emang lo tahu dari mana Orion nggak mikirin cewek? Lo nggak tahu aja kali, Cass." Dewa tiba-tiba memaksa dirinya berhenti komentar. Kini dia merasa seperti cowok yang sangat posesif terhadap cewek yang bahkan bukan pacarnya.

"Seenggaknya nggak diomongin di depan kita."

"Telat puber kali," cemooh Dewa, tanpa bisa ditahan. Alhasil, dia mendapat pukulan di lengan oleh Cassandra. Dewa hanya meringis minta maaf.

"Oh ya, lo sekelas sama Sellina, kan? Noktah yang bikin gue sama Sellina loh."

"Iya gue kenal Sellina, tapi enggak deket amat." Dewa bergumam. Soalnya cantikan lo, Cass, batinnya sambil mesem sendiri.

Langkah kaki mereka terhenti di salah satu meja di kantin sekolah yang sudah terisi oleh tiga orang lainnya. Tiga orang itu menoleh ketika Cassandra datang dengan langkah yang meriah.

"Hai guys!" sapanya ceria. "Tebak gue bawa siapa?"

"Ngapain dia ke sini?"

Sellina yang pertama berujar. Sedangkan dua orang lainnya—Orion dan Vanka, hanya menatap tajam ke arah Dewa. Mendengar sambutan dingin Sellina dan kedua orang lainnya, Dewa sudah bisa merasakan kehadirannya ditolak. Sayangnya, Cassandra tidak segera menyadari hal itu.

"Cass, gue balik deh ya?" Dewa sudah hampir pergi, ketika lengannya dicengkeram Cassandra yang memelotot.

"Kenapa deh tiba-tiba kabur? Gue kan belum ngenalin lo!"

"Nggak usah dikenalin, kita semua udah tahu, Cass." Sellina mencebik, "lagian ngapain lo bawa dia ke sini? Ini acara rutin Noktah, inget kan lo?"

Cassandra menangkupkan kedua tangan di depan dada dengan senyum sumringah. "Gue ngajak Dewa untuk gabung sama kita! Gini-gini dia pinter banget loh! Udah gue tes sendiri! Nah Dewa, silakan memperkenalkan di—"

"Gue nggak setuju."

Yang barusan berujar adalah Sellina lagi. Dewa mematung di tempatnya, sudah bisa menduga reaksi Sellina yang sejak awal nggak bersahabat.

"Kenapa Sel?" tanya Cassandra dengan dahi berkerut.

"Pokoknya gue nggak setuju. Klub kita ini bukan klub main-main, Cass. Lo harus minta persetujuan kita dulu kalau mau masukkin orang baru. Nggak gini cara mainnya!" sergah Sellina.

"Tapi Sel, dia ini pinter kok, jangan liat tampangnya do—"

"Gue tetep nggak setuju." Sellina tiba-tiba mengemasi barangnya dan mengangkat ranselnya. "Keburu males gue, mood anjlok. Kalian lanjutin aja kegiatannya, gue pulang."

Ketika melewati Dewa, Sellina sengaja mengembuskan napas keras. Cassandra terbengong-bengong sampai Orion dan Vanka juga beranjak pergi.

"Kami balik juga Kak Cass," ujar Vanka ketika melewati Cassandra dan Dewa. Orion hanya menatap sinis Dewa sebelum pergi.

"Kenapa sih mereka!" ujar Cassandra, frustasi sampai mengentakkan kakinya.

Dewa menggeleng. "Udahlah, Cass. Emang nggak jodoh kali gue di Noktah. Lagian lo masih bisa main sama gue nggak perlu gue join Noktah."

Sayangnya Cassandra berpikir lain. Dengan tangan terkepal, dia menatap punggung teman-temannya yang perlahan menghilang dari pandangan. "Liat aja, gue pasti bisa ngeyakinin mereka, Dewa!"

Dewa hanya menghela napas panjang. Urusannya akan lebih rumit setelah ini.

****

pic credit : canva

HAIIIIII AKU KEMBALI HAHAHAHA

(((berisik banget lu Ran)))

Btw soooo excited dan deg-degan upload bab ini karena terjebak macet di jalan huhu

akhirnya bisa upload juga T_T dugun-dugun

Akhirnya ketiga bocah yang ada dicover nongol di bab ini! Yay!

Yuk kenalan satu-satu! Di sini masih pada jaim, semoga ga pada ilfeel ya kalau di bab-bab berikutnya ehehehe (((ketawa setan)))

Dahlah nggak tahu mau bilang apa lagi ehehe 

OH YA!

Tiap bab ada satu clue buat mecahin misteri terakhir. Pokoknya pantengin terus ya! Sedetail mungkin lah sampe mata jereng wkwk

Hayooo siapa yang mikirnya lama pas baca riddle awal? ^.^

Ngaku!


Sampai jumpa di riddle berikutnya yah! Jangan lupa catet waktunya!

Besok kita jumpa lagiiii ^^


Salam anget-anget bubur kacang ijo,

~ranieva~


Janglup follow IG kami ya!

IG : @_tbtworld ~ @ranevadewi ~ @ iirhikma_ 


Supported by :

1. @wattpad_storyyyy

2. @catatanwattpad_id

3. @wattpad.diary

4. @wattpadandmovie

5. @wattpadquotes_id

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro