part 2 - may your beauty never fade in my heart
cw// alcohol consumption
Sejak kecil, Vil sudah dikenalkan pada dunia kabar burung atau gosip belaka. Terkadang Vil menjadi topik utama yang selalu menceritakan tentang shooting drama terbaru dimana dia--selalu berakhir--menjadi antagonis. Anak-anak di sekitar perumahan mengumpatinya, mengatakan bahwa Vil tidak pantas memiliki teman dengan sikap jahatnya. Memang anak-anak tidak tahu dimana realita dan fiktif. Meskipun begitu, perasaan Vil tersakiti dalam kesunyian, dan menerima uluran tangan Jack menjadi teman pertamanya.
Namun, suatu hari, sebuah rumor antar tetangga yang bukan tentang dirinya menyebar bagaikan lidah api di hutan liar.
Seorang pria tua yang mati sendirian di rumah besarnya karena tidak bisa menemukan wanita yang pas untuk menjadi pengantinnya. Pada usia muda, pria itu mampu mencuri hati tiap wanita dengan karisma dan mulut manisnya, lalu melangkah pergi tanpa meninggalkan apa pun.
Ketika Vil menanyakan perihal pria itu kepada ayahnya, Eric langsung menghela nafas dan menunjukkan wajah kecewa, lalu mengatakan, "Dia memiliki standar yang tinggi, bahkan bisa dihitung kelewat normal."
"Kenapa?" tanya Vil, mencondongkan tubuhnya ke depan karena mulai tertarik. Standar tinggi jenis apa yang dimaksud? Apakah standar tinggi yang dibicarakan ayahnya sama dengan standar sempurna yang harus dimiliki figur publik?
Eric tersenyum lembut, lalu mengusap puncak kepala Vil. "Tidak semua bunga harum selamanya, dan tidak semua sayap kupu-kupu bisa dikepakkan selamanya. Semua akan berakhir di waktu tertentu."
Kecantikan bukanlah segalanya.
Vil sangat tahu, makanya dia berusaha keras untuk memastikan keberhasilan dan apresiasi yang diberikan tiap orang kepadanya tidak sia-sia. Dia berusaha dan berusaha, berharap para penonton tidak melihat kecantikan dan peran antagonis di tiap drama, melainkan segala kerja keras yang dia kerahkan hanya untuk mencapai puncak popularitas.
Entah masyarakat buta atau mereka tidak peduli, spotlight yang seharusnya dihujankan pada Vil diberikan kepada Neige yang dinilai lebih relateable dan kepolosan yang dia miliki membuat semua orang jatuh hati padanya, meninggalkan Vil bersama hati yang dihiasi oleh hijau dengki.
Rasa dendam itulah yang membawa Vil ke titik akhirnya--Overblot.
Di antara sadar dan tidak sadar, Vil melihat wajah pucatmu yang dipenuhi rasa takut. Deuce dan Ace, kedua murid yang selalu berada di sampingmu, langsung mengambil siaga di depanmu sebagai gestur perlindungan.
Kejadian itu tercetak jelas di dalam benaknya hingga beberapa tahun berjalan. Peristiwa Overblot di hari VDC dan penolakanmu ketika Vil berhasil mengungkapkan perasaanya selalu berjalan bersamaan, mengingatkan Vil bahwa sejak awal dia sudah gagal mencuri hatimu ketika dia menunjukkan sisi terburuknya.
Terkadang peristiwa itu dibawa ke dalam mimpi, dan ada saatnya Vil mendapat mimpi dimana kamu di ambang kematian karena gas racun memenuhi paru-parumu.
Vil selalu terbangun dengan keringat dingin bercucur dari pelipis.
Oh, dia berharap kamu sekarang berada di sisinya, menunjukkan keberadaanmu yang selalu bersinar di mata Vil, lalu mengelus tangannya sambil berkata bahwa kamu baik-baik saja--kalian baik-baik saja. Tetapi kamu tidak ada di sampingnya; telah pulang ke dunia lain tanpa sihir, sebuah dunia yang tidak bisa Vil bayangkan.
"Oh, bukankah itu teman aktingmu di projek sebelumnya?" Rook berbisik, sambil mengalihkan pandangannya pada seorang wanita yang curi-curi pandang ke arah mereka, terlihat sedang mengalami konflik batin untuk mendekati Vil atau tidak.
Vil mengikuti arah pandang Rook, menyadari keberadaan seorang wanita yang terlihat ingin kabur dari percakapan yang sedang dia alami untuk berlari ke arah mereka. "Ah, iya. Ternyata dia menyempatkan diri untuk datang ke pesta ini."
"Ini kesempatan yang bagus untuk memperdalam hubungan kalian."
"Hubungan?" tanya Vil, tersinggung. "Menurutku, hubungan kami sudah lebih dari cukup. Sebuah kesempatan yang indah bisa bekerja sama dengannya, dan dia harus beruntung bisa membawakan dirinya menjadi karakter utama yang becus untuk berakting bersamaku."
Rook mengangguk paham, sangat mengerti sikap profesional yang ingin Vil pertahankan. "Tidak ada salahnya menambah relasi, apalagi saat ini dia sedang naik daun atas iklan parfum terbarunya. Selain itu, akan sangat melegakan jika kau mendapat teman bercerita, Vil."
Tentu saja. Rook, dengan segala kepekaannya, mengingatkan betapa menyedihkan keadaan Vil sejak tubuhmu menghilang di dalam cermin. Rook juga menjadi orang pertama sekaligus saksi bagaimana tunas cinta Vil kepadamu bertumbuh, dan tetap berdiri tegap meski keberadaanmu tidak ada lagi di dunia Twisted Wonderland.
"Aku tidak semenyedihkan itu sampai harus menjatuhkan diri kepada orang lain," ujar Vil tegas.
"Itu benar. Engkau adalah ratu terkuat, sebuah mawar yang tetap berdiri dengan duri-durinya meski badai melanda. Hanya saja, hati manusia selalu merindukan keberadaan dimana rasanya mereka dimengerti oleh orang lain." Rook segera menambahkan dengan lembut, "Aku tidak selamanya berada di sampingmu, Roi du Poison."
Vil menghela nafas. "Akan aku pikir-pikir ulang."
Panjang umur.
Aktris wanita yang mereka bicarakan telah menentukan pilihannya, yaitu mendatangi Vil dengan senyuman brilian. "Selamat sore, Schoenheit-san! Sebuah kesempatan yang indah dapat bertemu dengan Anda lagi! Berkat Anda, drama terbaru kita mendapat rating yang tinggi."
"Jangan rendahkan dirimu seperti itu. Akting yang kamu tunjukkan didengar buat banyak penonton menangis di adegan terakhir," ujar Vil. Jika menyebut ucapannya sebagai pujian paling tinggi bukanlah hal berlebihan, karena Vil cukup skeptis dalam memberikan pujian.
Rasanya wanita itu telah memenangkan lotre karena berhasil mendapatkan penilaian positif dari "Vil Schoenheit" sendiri.
"Ah... tidak, kok," gumam wanita itu. Rona merah mekar di pipinya, memberikan kesan manis pada wajahnya yang sudah rupawan di mata orang lain. "Saya bisa memberikan yang terbaik karena Anda pasangan dramanya."
Kalimat itu tidak jarang dia dapatkan dari aktor pemula. Sudah sepantasnya Vil membimbing mereka dan menunjukkan sikap senior dimana keberadaanya akan dihias dengan cahaya panutan. Vil juga tahu kalimat itu terkadang tidak memiliki makna dalam, hanya sebatas formalitas untuk menunjukkan rasa hormat kepada senior.
"Aku senang mendengarnya," ucap Vil dengan senyuman simpul, tidak mengambil ucapannya terlalu dalam. "Oh, iya, Nona. Perkenalkan, ini plus one sekaligus temanku dalam pesta ini, Rook Hunt."
Rook memberikan hormat sopan, layaknya seorang pangeran. "Bonsoir, mademoiselle. Saya begitu bahagia dapat bertemu dengan Anda."
Wanita itu mengangguk canggung. "Eum, iya... Saya harap Anda menikmati drama terbaru kami."
Dalam lima bulan, Vil sudah menangkap bagaimana kepribadian dibalik senyuman manis dan ucapan patuh itu. Sudah terjerumus terlalu dalam ke dunia industri membuat Vil memahami orang-orang jenis apa yang dia hadapi dan bagaimana dia harus menangani mereka.
Namun, apa yang dikatakan Rook benar.
Dia adalah Vil Schoenheit, sosok yang dikagumi dan dicintai. Tangan-tangan tamak ingin meraihnya, merasakan sentuhan emas yang dapat mereka pamerkan ke khayalak. Vil adalah keberadaan yang diingakan semua orang, entah dalam konteks positif atau negatif.
Tidak ada gunanya meratapi cinta pertama yang ditolak tanpa penjelasan lebih.
Mungkin dia bisa menerima apa pun yang ditawarkan wanita di hadapannya.
-
Dugaannya salah.
Dari se-sentimental bunga violet hingga bunga pajangan di rumah-rumah, tidak ada yang bisa bersanding dengan bunga liar yang tumbuh dari antara retakan jalan beraspal. Aroma parfum mahal yang bertahan setengah hari tidak bisa melupakan aroma pewangi baju murahan yang biasanya kamu beli di Sam karena Crowley terlalu pelit memberikan uang tambahan. Jari-jari lembut terkadang dihiasi emas dan perak yang pernah menggenggam tangannya selalu dia bandingkan dengan tanganmu yang kasar dan selalu penuh keringat karena selalu didorong kesana-kemari.
Lautan beragam bunga dengan aroma semerbak, muncul kuncup bunga rona merah muda yang manis untuk dipandang. Seorang artis papan atas yang memulai karirnya di usia muda, sama seperti Vil. Kesan pertama yang bagus, pertemuan selanjutnya menarik beberapa senyuman asli dari bibir Vil, lalu pertemuan terakhir... sebuah kalimat menusuk dadanya--diluar prediksi siapa pun, termasuk peramal cuaca handal.
"Lihat aku, Vil! Lihat lurus ke mataku. Jangan lihat aku sebagai orang lain!"
Terkutuklah dirinya ketika berpikir kehadiran bunga sweet pea bisa merubah segalanya. Ada yang salah dirinya. Entah kemana pandangan beredar, dia selalu bisa menangkap kepingan keberadaanmu yang seharusnya sudah tiada di Twisted Wonderland.
Vil tidak mengerti mengapa dia begitu mudah dihancurkan konsentrasinya setiap melihat wajah wanita lain yang memandang dirinya penuh nafsu dan kekaguman. Vil tidak mengerti mengapa harus bayang-bayang senyummu yang selalu menghantui pikirannya sebelum dia tidur.
Alkohol pun tidak bisa menenggelamkan kenangan yang Vil habiskan bersamamu. Begitu singkat, begitu fana, membuat seluruh kepingannya berharga dan tersimpan di setiap rak hati. Meski dengan mata berkunang-kunang, Vil masih bisa berhalusinasi atas kehadiranmu di sampingnya, ikut minum sambil menertawakan pipinya yang merona karena mabuk.
"Apa dia sungguh tidak mengatakan apa pun sebelum pergi?" gumam Vil, jatuh di dalam rasa kesepian, tidak menyadari tatapan kasihan yang dipancarkan Jack melihat keberadaannya yang tambah sayu hari ke hari.
Jack memberi isyarat pada bartender agar menggantikan minuman vodka di genggaman Vil menjadi air mineral. Dehaman kasar keluar dari tenggorokannya. "Tidak ada pesan yang begitu menonjol, sih."
Vil tertawa pelan, menyandarkan dagunya di atas telapak tangan. "Benar-benar pergi tanpa jejak, ya?"
Benang hati nurani Jack berputar di jari Vil, ditarik hingga dada menjadi sesak, mengeluarkan sebuah rahasia yang sudah dia janji agar tidak diingkari. "Dia ada meninggalkan satu pesan untukmu, beberapa jam sebelum masuk ke cermin."
Tatapan sayu yang terlihat ingin tenggelam dalam bunga mimpi mekar kembali, terbuka lebar seolah Jack baru saja tumbuh dua kepala baru di pundak. Melihat tatapan penuh harapan itu, Jack semakin tidak tega. Tentu kamu salah satu teman signifikan di masa SMA-nya, tetapi Vil juga teman masa kecilnya. Kalian berdua orang paling berharga dalam hidupnya, dan Jack tidak tega harus menyakiti hati salah satu temannya.
Es di dalam gelasnya terbentur ke dinding kaca, suaranya seperti bel yang menciptakan ruang tertentu di tengah-tengah bar yang ramai.
"(Name) hanya meminta satu hal darimu, Vil-san."
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro