Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

yet so charming.

Beruntung aku masih menyimpan bon dari pameran tanaman hias.

Tidak butuh waktu lama hingga aku berhasil menghubungi panitia penyelenggara pameran dan menanyakan tempat bunga tulip itu berasal. Ngomong-ngomong, apartemenku jadi kelihatan lebih rapi selama seminggu ini.

Yah, itu semua berkat bantuan Mika, sih. Dia sudah bilang akan membantu membersihkan apartemenku sebagai bentuk balas budi, dan aku amat terbantu karenanya. Soalnya, jujur saja aku bukan tipe yang amat pembersih.

Seminggu berlalu. Kini saatnya aku mengantar Mika pulang.

Kata panitia pameran yang kuhubungi, bunga tulip itu diambil dari ladang bunga di desa tepi laut yang berjarak lima stasiun jauhnya dari tempatku.

Aku mengunci pintu apartemen dengan perasaan berdebar. Kuintip tas jinjingku dengan Mika yang duduk di antara tumpukan barang.

"Benar tidak apa-apa kau di dalam sana? Tidak terasa sempit?" tanyaku.

Mika mengacungkan jempol kecilnya. "Nggak apa-apa, di sini cukup luas, kok!"

***

Akhirnya kereta yang kutumpangi tiba di stasiun tujuan. Menurut peta, hanya butuh waktu sekitar limabelas menit jalan kaki dari stasiun untuk mencapai ladang bunga itu.

Tapi tempat ini terasa amat asri. Aku bisa mencium bau laut, juga ladang sayur dan taman bunga yang terbentang sejauh mata memandang. Sangat berbeda dengan suasana perkotaan yang kulihat setiap hari sampai bosan.

Kami tiba di tujuan, ladang tulip. Seperti namanya, bunga tulip berbagai warna tumbuh subur di petak luas itu.

Sesaat kemudian, Mika meluncur keluar dari tasku. Dia kelihatan lebih berenergi ketika terbang di tempat luas seperti ini. Untuk sesaat, dia masih berputar di sekitar tempatku berdiri, sampai....

Oh, wow.

Selusin, tidak, mungkin lebih, makhluk kecil bersayap muncul dari kuncup-kuncup bunga. Mereka semua melihat ke arah kami.

Ketika Mika melambaikan tangan pada mereka, makhluk-makhluk kecil itu membalas dengan lambaian serupa diiringi suara kepakan sayap yang seirama.

Kupikir, Mika akan langsung terbang menghampiri teman-temannya. Tapi dia terbang rendah mendekati wajahku, mendaratkan kecupan singkat di pipiku dan berbisik.

"Terima kasih sudah mengantar, kamu jaga diri baik-baik, ya. Aku pergi dulu."

Salam perpisahan itu diakhiri lambaian singkat. Lalu dia berbalik dan terbang menghampiri peri-peri kecil lain yang masih menandangku dengan tatapan penasaran itu.

Aku mengawasi hingga mereka hilang di tengah kelebatan kelopak tulip.

***

Sungguh pengalaman yang ajaib.

Aku menghabiskan sisa siang itu dengan berjalan-jalan di sekitar ladang bunga, mungkin saja akan ada peri lainnya, 'kan? Tapi nampaknya mereka tidak semudah itu menampakkan diri.

"Selamat siang, Nak."

Sampai di persimpangan jalan menuju pedesaan, seorang nenek tua berwajah ramah menyapaku.

"Siang, Nek," balasku sopan.

Nenek itu tersenyum lembut. "Kulihat kau sejak tadi berkeliling. Apakah kau menyukai bunga?"

Aku menggaruk tengkuk yang tidak gatal. "Eng ... tidak terlalu, sih. Kebetulan saja saya ada urusan di sini," kataku.

"Kalau begitu, barangkali benda ini cocok untukmu. Coba kemarikan tanganmu."

Aku mengulurkan tangan seperti yang dipinta nenek itu. Lalu dia menjejalkan sesuatu ke telapak tanganku. Sekantong biji bunga.

"Terimalah." Nenek itu masih menunjukkan senyum nan hangat.

"Ah, terimakasih," kataku, sedikit bertanya-tanya mengapa si nenek memberikan benda semacam ini padaku.

"Jika kau rawat bunganya dengan baik, mungkin suatu saat mereka akan datang menemuimu?"

Belum sempat aku bertanya maksud dari kata-kata itu, sang nenek sudah keburu menghilang.

Tamat

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro