....hiding under the petals.
Aku terpana.
Makhluk itu berwujud seperti manusia, namun tingginya tidak lebih besar dari telapak tangan orang dewasa. Segera setelah aku membuka pintu kaca, makhluk itu menatapku dengan sepasang matanya yang berbeda warna.
Tapi yang paling membuatku tertegun adalah sepasang sayap berkilau di punggungnya.
"Ngaaah ... to-tolong jangan takut!"
Makhluk itu mencicit. Sayap kecilnya mengepak cepat ketika dia terbang ke arahku. Ada seberkas debu basah di bagian kaca yang tadi dia ketuk. Aku baru berhasil membuka mulut setelah beberapa kali mengedarkan pandangan pada pot bunga tulip, pintu kaca, dan makhluk ajaib yang baru muncul itu.
"Kau seorang peri!?" seruku, yang sepertinya agak terlalu keras karena makhluk kecil itu sampai berjengit.
Raut wajahnya berubah jadi tidak percaya. "Kamu ... nggak takut?" Dia bertanya.
Aku mengerjap. Benar juga, sepertinya reaksiku kelewat datar?
"Ah, tunggu sebentar!" Aku mengucek mata, memastikan kalau aku tidak sedang bermimpi. Tapi makhluk itu masih ada di sana. "Maaf, tolong biarkan aku mencerna apa yang terjadi dulu."
Makhluk kecil itu ganti melesat menuju pot bunga. Dia melompat masuk ke dalam kelopak tulip, lalu menyembulkan kepalanya dari balik kuncup. "Maaf sudah membuatmu kaget," bisiknya lirih.
Wah, kurasa aku sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Tidak apa-apa. Tapi pertama, banyak yang ingin kutanyakan padamu."
Kuangkat pot tulip itu dari pagar balkon. Aku lalu duduk di dekat pintu pembatas dan meletakkan pot itu di hadapanku.
"Hei, jadi kau betul-betul seorang peri?" tanyaku.
"Iya, benar! Jadi kamu tahu, ya?" jawabnya, yang kini berdiri di balik kuntum bunga.
Jika kuperhatikan, tubuh dan sayap peri kecil itu sedikit basah. Selama ini aku memang selalu menyiram bunga itu setiap pagi, dan jika makhluk kecil ini selalu ada di sana ....
Aku terkesiap. Cepat-cepat kukatakan padanya. "Begitu, ya, tubuhmu jadi basah begini gara-gara aku. Maaf!"
Tapi si peri menggeleng. "Nggak apa-apa, kamu juga nggak tahu aku ada di sini. Yang penting, akhirnya aku bisa bicara denganmu."
Dia melompat dari kuntum bunga, lalu mengepakkan sayap kecilnya di depan wajahku. "Maaf merepotkan, tapi bisakah kamu membantuku pulang ke rumah?"
_____
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro