Sistem Sekolah Gue
Bab kali ini, lebih ke curhat, bisa dibilang. Kisah gue, selama sekolah yang punya sistem cukup aneh dibandingkan sekolah beberapa temen gue yang lain. Di sini, gue punya tiga cerita utama soal sekolah yang tidak akan disebutkan namanya ini, karena sudah perjanjian juga dengan pihak sekolah. Kisah ini, yang buat gue eneg dengan kinerja orang-orang yang melakukan dan menyiapkannya.
Sebelum masuk ke cerita, komen di bawah ya, kalian biasanya kalau punya acara sekolah, bayar berapa sih untuk bayar acara tersebut, serta apa saja yang kalian dapat dari uang yang kalian bayar tersebut?
Pertama, ini soal petinggi sekolah. Tidak perlu gue sebutkan apa jabatannya, silahkan berkhayal sendiri. Kita bagi dua kubu, petinggi lama dan petinggi baru dengan struktural yang berbeda pula. Tiap ada acara perhayaan hari tanggal merah di kalender, bisanya kami dimintai iuran sebesar 35k-40k untuk satu acara.
Apa saja yang kami dapatkan? Biasanya, kalau acaranya, acara hari raya islam, pihak sekolah dengan petinggi lama mengundang seorang narasumber, ustad yang berinisial J. Dari mulai hari raya Islam, maulid nabi, dan hari lainnya selalu mengundang ustad yang sama. Tak lupa, konsumsi roti yang terlihat seperti roti warung dua ribuan, serta air mineral gelas bermerk VIT. Buat yang suka beli, pasti tau harga per dusnya murah, 'kan?
Dua tahun, dari gue kelas 10-11 bayar tiga puluh lima ribu cuma dapet itu doang. Lucu emang. Mau tau jumlah siswa? Total kelas saat gue kelas 10-11 itu ada 14 kelas dengan jumlah siswa per kelas sekitar 28-34 orang.
Yah, bisa dibayangkan berapa uang yang didapat. Udah biasa kali, ya, murid dapet murahan, gurunya dapet yang mewahan. Kudapan guru dan narasumber pasti selalu lebih dari siswanya, padahal yang bayar siapa? Wkwkwkwk.
Alhamdulillah, setelah gue menginjak kelas tiga alias dua belas, petinggi diganti struktural dan orang-orangnya yang gue sebut petinggi baru. Perubahan yang gue rasakan, konsumsi gue walau dengan bentuk yang sama, tapi bermerk cuy! Roti Mayestik, udah tidak asing dong sama merknya? Ditambah dengan air mineral botol, walau bukan Pristine, tapi sudah cukup peningkatanlah. Ditambah, narasumber kami sekarang artis! Seneng sih, berubahnya kelihatan jelas banget, biasanya ustad masjid, sekarang ustad TV.
Bukan gue ngebedain materi dia, tapi ustad TV udah paham sama audiens yang bermacam macam, gue rada ga suka sama si Ustad J karena sebelum sesi doa, ada sesi muhasabah mulu.
"Bayangkan ketika kalian pulang, ada bendera kuning di depan rumah kalian. Setelah kalian lihat, ternyata itu adalah orang tua kalian."
Alah siah! Serius, jijik gue. Emang tidak cukup di satu tahun pertama ya begitu? Sampai di tahun kedua pun tetep ngomong begitu. Setelah gue sadar bagaimana dia bertingkah, tiap udah mau masuk sesi doa, gue pasang earphone terus nonton film. Ketika semua udah angkat kepala, ngusap ingus, baru gue copot earphonenya.
Dan setelah petinggi diganti, kami mengundang ust. Ahmad Al-Habsyi, ust. Kembar Tiga (yang gue lupa namanya siapa), sama ada satu lagi, ustad yang ganteng itu, aduh aing teh lupa namina saha. Intinya semenjak petinggi diganti, kami makmur!
Dulu kalau eskul, uang pendaftaran untuk lomba, dana untuk perbaikan kualitas alat-alat eskul hingga dekorasi ruangan khusus eskul pun susahhh banget untuk turun. Bahkan dana konsumsi acara aja susah turun.
Pernah suatu hari, sekolah gue adain lomba Cup gitu. Anak acara sekaligus lomba pasti udah tidak asing sama lomba yang bertujuan untuk promosi sekolah, 'kan? Nah itu juga yang ada di sekolah gue. Kami adakan lomba Marawis, Futsal (putra/i), Basket (putra/i), dan Storytelling. Menurut info yang gue dapat dari pembina eskul gue saat itu, dana yang diajukan tujuh belas juta, yang turun hanya tujuh juta. Tapi, selama gue mempersiapkan lomba stortel, kami justru tidak sama sekali diberikan dana apapun untuk dekor, konsumsi dan persiapan. Bahkan sampai hari H.
Pada hari pelaksanaan lomba tersebut pun, kami memohon minta dana konsumsi untuk juri, dan peserta. Bukan kami, kami panitia masih punya uang jajan sendiri, tapi yang kami pikirkan itu orang luar. Kan tujuannya mau promosi, masa iya jadi menjelekkan sekolah sendiri? Akhirnya kami dapat kurang lebih 300k/400k gue agak lupa, karena gje bukan yang pegang konsumsi. Uangnya kita cukup-cukupin untuk makan berat dan cemilan juri, serta kue-kue dan air minum untuk peserta serta pendampingnya.
Sebagai anak acara, kalian pasti paham betapa sedikitnya uang empat ratus ribu, untuk persiapan hingga hari H. Tapi, kami cuma bisa dapat uang di hari H. Lucunya, setelah lomba stortel pegangan gue ini baru saja selesai, kita mau evaluasi. Salah satu panitia, ada yang jajan di koperasi sekolah lalu ditegur oleh salah satu petinggi lama.
Beliau berkata, "Coba minta anggaran pengeluaran dari awal sampai selesai, buruan ya, saya tunggu sekarang!."
Uh, di situ kami semua emosi termasuk pembina kami. Gimana tidak kesal? Eskul kami tidak di dukung sama sekali, bahkan pada hari pendaftaran saja kami diledek dengan orang yang sama, "Udahlah kalau gak ada yang daftar, gak usah ada lombanya."
Woaahhh, ingin kutampar. Ngurus tidak, nengok apalagi, tiba-tiba minta suatu hal yang harus saat itu juga diberikan. Kemarin, kemana aja gan?
Saat itu juga, dengan kesal, kami buat laporan anggarannya, lalu kami berikan ke beliau yang terhormat tersebut. If i not mistaken, gue sempet ngomong, "Minta laporan cepet, ngasih dana kudu ngemis dulu baru dikasih." saat ngasih lembaran kertas itu ke beliau.
Setelah acara benar-benar selesai, gue juga dapat kabar dari panitia lomba lain serta anggota eskul lain. Katanya, seluruh panitia juga tidak dapat makan karena dananya ngepas untuk persiapan dan P3K saja. Pertanyaan gue, dananya emang tidak turun atau tidak mau diturunkan sama yang pegang?
Gue yakin, di sekolah lain juga ada beberapa sistem, atau kisah yang ngeselinnya minta ajak ribut. Tapi apalah daya siswa, kalo ngomong cuma dianggep angin lalu, tapi kalo nyindir baru pada ngamuk, "Kenapa harus di status, emang ga bisa ngomong langsung?"
Perubahan lain yang gue rasain semenjak adanya petinggi baru ini, biasanya kalau lomba kami hanya diberikan piala/sertifikat saja. Sekarang nambah! Ada duitnya wey, nominalnya dari 20 ribu sampai 200 ribu. Mantap! Gue soalnya salah satu pemenang 200 ribu itu, mweheheheheh.
Waktu peringatan acara maulid nabi, gue ikut lomba musik religi. Menyanyikan lagu religi gitu ceritanya. Dari yang gue perhatikan, banyak yang suaranya bagus, tapi tanpa ekspresi dan rasa. Bahkan ada yang nyanyi lagu Deen Assalam, persis ngikutin gaya Nisa Sabyan. I know, suara dia bagus banget, dan mulus alus. Tapi, seorang penyanyi harus punya karakter dan improvisasinya sendiri. Tak lupa, harus ada pesan dan rasa yang harus ia sampaikan kepada pendengarnya.
Suara gue juga tidak bagus-bagus banget, kok. Tapi karena gue pede untuk berekspresi sesuai dengan lagu yang gue bawain. Meskipun, lagunya dibawakan oleh 10 peserta lebih, gue tidak perduli. Lumayan, lawan 40+ kelas, gue bisa dapet predikat juara pertama, dengan hadiah dua ratus ribu. Asli, seneng bukan karena menang, tapi karena duitnya.
Soalnya gue juga nyaris tidak pernah ikut lomba nyanyi di sekolah, atau lomba apapun. Karena ... maleslah, apa lagi? Cuma karena ganti petinggi, gue jadi semangat.
I'm so thankful untuk semua orang yang pernah dukung dan tidak memandang gue sebelah mata aja selama ini. Gue sangat berharap, sekolah gue semakin meningkat kualitasnya. Walau dengan beberapa pengalaman pahit yang pernah gue punya dan alamin, itu tetap sekolah gue.
By the way, ini baru kisah pertama, mengenai petinggi lama dan petinggi baru. Akan ada bab berikutnya mengenai kisah kedua dan ketiga.
See, ya!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro