Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Korban Podcast Abu

Medula spinalis Abu menjadi lambat mengirim informasi ke otaknya ketika melihat nama perempuan itu di layar. Tangannya yang dipenuhi keringat dan terbilang besar malah menyukarkan keadaan karena ponselnya kini menjadi seperti sabun yang licin untuk digenggam. Panggilan itu pun berakhir terlebih dahulu sebelum Abu bisa menjawabnya.

"Aduh, anjir gak kejawab pula!" Abu mengelap kedua tangannya ke kasur, mengambil ponselnya dan mengecek riwayat panggilan. Yang baru saja menelponnya itu benar Tiana, tiada angin tiada hujan, kenapa staffnya itu tiba-tiba menelpon? Dan mengapa dirinya sendiri menjadi panik dan gelisah?

"Duh, pasti urgent ini si Tiana. Telepon balik gak, ya?" Lelaki sembilan belas tahun ini sedang mengalami dua dilema. Satu ia merasa tidak perlu memanggil Tiana dan menunggunya untuk menelpon lagi dan satu lagi ia berpikir Tiana sedang dalam keadaan genting dan butuh bantuannya sekarang juga. Jari Abu hanya beberapa centimeter dari ikon telepon berwarna hijau, tetapi sebelum berhasil menekan tombol itu dilema Abu yang pertama terjadi lebih dahulu. Abu masih tersentak kaget, tapi kali ini ia berhasil mengangkat telepon.

"Halo?"

"Halo Kak. Ini aku Tiana maaf banget aku nelpon tiba-tiba, Kakak lagi sibuk nggak?"

"Nggak, Ti. Ada apa?"

"Ini, eum ... bentar-bentar maaf aku salfok banget suara Kakak telponable abis kayak ASMR di Youtube ...."

Abu menjauhkan teleponnya dan memikirkan apa yang baru saja Tiana katakan. "ASMR yang mana?" tanya dirinya sendiri mencoba mengingat ASMR yang pernah ia pikirkan.

"Halo, Kak?" Abu dikembalikan lagi ke dunia nyata mendengar suara Tiana yang memanggilnya namanya sejak tadi.

"Iya, Ti. Gimana-gimana?"

"Kakak gak usah pikirin omongan aku tadi Kak, anaknya emang suka random ...."

"Kok kamu tahu aku langsung mikirin hal itu, sih?"

"Kakak kalau bingung tuh suka tiba-tiba diem. Lucu sih, Kak, kalau Kak Abu kebingungan tuh."

"Eh, aku lucu berarti?" Di sebrang ada suara tamparan beberapa kali yang terdengar jelas ke telinga Abu dan suara Tiana yang menggumpati dirinya sendiri. Abu melontarkan suara tawanya mendengar tingkah staff-nya yang seperti itu.

"Udah ah! Fokus-fokus. Jadi gini, Kak, aku kan lagi belajar bikin tracker, nih."

"Mantep bener," puji Abu sambil menepuk ponselnya pelan.

"Diem dulu, Kak! Mujinya pas di akhir aja!" Abu hanya bisa menahan untuk tidak tersenyum melihat tingkah Tiana yang ada-ada saja.

"Nah, ini tracker buat konten ICOM yang diminta Kak Cesa. Aku tuh bingung biar ada tanda ceklis atau silangnya tuh gimana."

"Di akhir tabelnya bukan? Buat ngasih tahu status si postingan udah di-upload atau belum?" Abu dengan cekatan menebak apa masalah Tiana, ia sudah terlalu sering mengurus hal seperti ini.

"Dua juta rupiah! Gimana, Kak, cara buatnya?"

"Tinggal ke insert, terus add checkbox. Buat ikon silang gaada jadi kalau belum di posting yaudah kamu diemin aja."

"Loh, iya. Bisa, Kak! Pusing banget aku dari tadi nyari caranya gimana."

"Dua juta rupiahnya mana, nih? Dipotong pajak, nggak?" sindir Abu yang sebenarnya mengharapkan uang itu.

"Dipotong sebesar satu juta rupiah."

"Kok banyak banget? PPN nggak segitu loh."

"Termasuk POGDP, Kak."

"Pajak apa itu?" tanya Abu kebingungan.

"Pajak orang ganteng dan pinter. Uang pajaknya buat aku, karena aku fakir. Fakir kasih sayang." Tiana pura-pura membuat menangis. Abu memberikan tepuk tangan dan siulan seolah staff-nya itu baru saja mendapatkan penghargaan aktris pendatang terbaik.

"Jahat banget malah diketawain, ditepuktanganin, terus disiulin lagi. Pajaknya nambah, kakak kena POJ. Pajak orang jahat."

"Loh, katanya tadi aku lucu kok sekarang jadi jahat sih?"

"Oke, pajak kakak nambah lagi. Kakak kena POLDJ. Pajak orang lucu dan jahat. Dengan begitu uang Kakak dua juta yang Kakak dapatkan sudah habis!"

"Ti ...." Abu sengaja mengubah nada baritonnya menjadi lebih berat. Jika bisa dideskripsikan, suara Abu yang ini terdengar begitu tegas tapi mendayu-dayu seolah memberikan kesejukan di hati. Terakhir ia merubah suaranya menjadi seperti ini ialah ketika disuruh mengikuti lomba podcast menjadi delegasi prodinya. Tentu saja Abu keluar menjadi pemenang lomba itu.

"Loh, ini suara Kakak, kok bisa---"

"Kamu juga kena pajak kalau gitu."

"P-pajak apa, Kak ...."

"POLDG." Abu mengucapkan satu per satu huruf itu.

"Pajak orang lucu dan?"

"Gemesin."

🌫️TBC🌫️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro