Attention seeker
Penjelasan materi di kelas pedagogik tadi membuat semua orang membicarakan Abu. Tidak pernah seisi kelasnya selama hampir dua tahun bersama lelaki itu melihat dirinya sangat vokal dalam memberikan opini dan baru pertama kali juga mereka mendengar Abu membicarakan keluarganya. Forum tadi seperti tidak akan terjadi dua kali, karena Abu sendiri kini menjadi spotlight dan ia tidak suka dengan hal itu. Pelajaran yang ia dapatkan hari ini adalah, jangan menceritakan hal personal di dalam sebuah forum terbuka. Ia sebenarnya selalu memegang prinsip itu. Namun, apa yang ia alami sekarang sudah tidak bisa dibendung dan Abu butuh sandaran untuk hal itu, hanya ia bersandar di waktu yang salah.
Ketika kelas berakhir banyak orang-orang di kelas mulai berinteraksi dengannya. Seolah mereka berhasil memanjat gunung yang sangat tinggi dan Abu adalah pemandangan yang mereka ingin lihat. Banyak spekulasi dan pertanyaan dilemparkan ke Abu dalam satu waktu. Namun, pertanyaan yang paling sering keluar adalah "Bu, jadi selama ini lu cuman hidup berdua sama adik lu?" "Bu, orang tua lu kerja apa?" dan yang terakhir "Bu, udah berapa cewek yang lu pacarin?" tidak menyangka bahwa banyak teman sekelasnya yang kepo dengan kehidupan Abu yang tidak terlalu menyenangkan untuk diceritakan.
Abu di satu sisi menjawab semua pertanyaan dengan senyum dan harus menutup rasa sebalnya ketika melakukan wawancara mendadak ini. Dalam sesi itu ia mencoba mengirimkan pesan ke Ilran untuk segera menjemputnya karena ia sudah ingin berada di kelas.
Abu
Ran, jemput gue di gedung FIP. Kelas gue. Lantai dua, paling pojok.
Ilran
Manja loe, ada apa nih? Tumben banget, LOE MAU NEMBAK CEWE YA?
Abu
Kesini aja fepet guw pengwn keliar
Ilran
Bahasa apaan itu anjeng???
Abu
Gua nggak kasih tebengan ya hari ini.
Ilran
BAIK PADUKA RAJA ABU, OTWWWW
"Bu lu dengerin kita ngomong nggak, sih!" teriak salah satu mahasiswa yang sedang menceritakan silsilah keluarganya, yang mana Abu pun tidak tertarik mendengarkannya.
"Nggak, maaf-maaf tadi gua lagi chat temen gua." Spontan orang-orang yang masih berada di sana memalingkan pandangannya ke Abu.
"Kayaknya kita terlalu ngebosenin ya buat lu?" celetuk seorang perempuan yang duduk di kursi dekat Abu.
"Nggak, nggak gitu. Gua lagi ada kerjaan aja ini, jadi fokusnya ke mana-mana. Maaf-maaf." Abu menundukan kepalanya beberapa kali.
Di belakang ia bisa mendengar jelas ada yang sedang membisikan sesuatu tentang dirinya. "Kan, kata gua juga, Abu tuh baik banget anjir! Cuman kasian aja keluarganya begitu."
"Gua bisa denger kalian btw." Abu membalikan badannya dan menatap kedua orang yang baru saja membicarakan dirinya. Abu hanya menatap mereka dengan tatapan seriusnya. Matanya bergerak melihat dari atas hingga bawah kedua perempuan yang ada di belakangnya.
"E-eh, kita nggak maksud ...."
"Ea, panik. Tenang aja, santai-santai!" Abu 180 derajat langsung berubah dan tertawa melihat ekspresi ketakutan dari kedua perempuan itu. Semua yang ada di situ pun ikut tertawa.
"Kirain lu bakal marah, Bu," ucap satu perempuan tadi yang menggosipkan dirinya.
"Lu gak bakal mau lihat gua marah, sih. Jadi gak usah ngomongin yang enggak-enggak soal gua, oke? Entah itu gua, adik gua, orangtua gua, atau pun orang yang deket sama gua. Gak usah berspekulasi apapun, langsung tanya gua aja soal hal itu." Suara Abu begitu lantang sampai semua orang yang masih ada di kelas itu melihat dirinya dan mendengarkan apa yang ia katakan. Setelahnya ia hanya tersenyum, membenarkan kemeja dan juga merapihkan buku-buku yang masih di luar tas. Situasi kelas masih agak canggung dan tidak ada orang yang bersuara setelah ucapan Abu tadi.
"Gua duluan ya, semua. It is nice to talk to all of you. Semoga kalian gak takut lagi sama gua." Abu pun berjalan keluar kelas dan sebelum keluar dari sana ia melihat Ivena di depan kelas memperhatikannya Abu pun melontatkan senyuman menyeringai kepada perempuan itu dan menutup ruang kelas.
🌫️🌫️🌫️
Setelah menapakan kaki di lantai satu Abu melihat Ilran yang sedang duduk di bangku tengah mengobrol dengan seorang perempuan yang ternyata adalah Ningsih.
"Hei Bu!" Ilran dan Abu akhirnya melakukan kontak mata. Abu melambai-lambaikan tangannya ke arah Ilran dan Ningsih. Kedua orang itu pun menghampiri Abu.
"Hai, Bu," sapa Ningsih dengan suara yang pelan.
"Hai, Ning." Ilran yang melihat ada yang aneh di antara keduanya, ia pun mulai curiga.
"Kalian abis nge-ghosting satu sama lain atau gimana, dah? Aneh amat," ucap Ilran tanpa mengerem perkatannya. Abu yang mendengar itu langsung menginjak sepatu sang VP dengan memperlihatkan senyum kesalnya.
"A-ADU---"
"Loh, kenapa Ran? Darting lu kambuh, ya? Duh, Ning. Kita kayaknya mau duluan, deh. Gua mau bawa Ilran pulang ke rumahnya, takutnya dia pingsan di sini, gapapa, kan?" tanya Abu sambil panik memegang dahi Ilran dan juga mencubit pinggangnya agar terlihat kesakitan.
"Eh, iya-iya. Aku juga mau ke kelas lagi ngambil sesuatu."
"Oke, kalau gitu kita duluan, ya. Hati-hati, Ning!" Abu dan Ilran pun meninggalkan gedung FIP. Ketika Ningsih sudah tidak terlihat lagi, Abu melepaskan cubitan ke pinggang Ilran juga.
"Oke, aman sekarang."
"Sumpah, Bu. Gua kasih warning letter lu anjir harusnya, gak tahu diri banget nyubit pinggang gua sampe nyeri. Sialan lo!" ucap Ilran sambil memegang pinggannya yang dicubit tiada ampun.
"Ya, elu, asal jeplak mulu. Lambemu itu jaga yang bener." jawab Abu menjastifikasi perbuatannya tadi.
"Terus kalau emang gak saling ghosting apaan? Gua tahu lu deket kan sama tuh cewe? Apa lu yang baper ama dia?" Abu berhenti berjalan dan ketika itu terjadi Ilran langsung menjauh dari staff-nya itu. "ASLI DEH, BU, LU KENAPA SIH HARI INI SENSI BANGET."
Dengan terpaksa Abu pun menceritakan apa yang terjadi padanya saat di kelas tadi dan apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya dan Ningsih. Penjelasan itu cukup panjang, sampai mereka tiba di parkiran pun mereka harus diam dulu beberapa menit untuk menuntaskan ceritanya.
"Ya, gitu jadinya. Gua gak usah dikasihanin, gua gak usah dimenye-menyein, terdengarnya emang sedih, but I know I don't need to invite people to my problem. I can do this on my own."
"Cih, lu gak usah berlaga jadi sok male alpha gitu, deh, Bu." Ilran memberikan tatapan bosannya kepada Abu, Abu tahu jika Ilran sedang seperti itu berarti dirinya sedang serius dalam topik ini.
"Gua gak berlagak, Ran. Gua gak mau aja ngerepotin orang."
"Ironisnya lu butuh seseorang buat dengerin keluh kesah lu, sampai lu membludak di forum. Harus gitu, kah? Kelihatannya kalau gitu lu nyari simpati orang."
Abu harusnya tidak kaget mendengar ucapan itu dari mulut Ilran, pada dasarnya pria jurusan sastra inggris itu memiliki mulut yang sangat pedas jika sedang mengomentari sesuatu dan kini hidupnya sedang dikomentari.
"Okay, sorry. That was too harsh, kita adain sleep over aja deh, di rumah lu gimana? Gua, Alex, sama Willy. Kita jujur-jujuran di rumah lu."
"Loh, kok tiba-tiba? Gak bisa gue ada---"
"Piloting bagian Koming sama Cesa sekarang. Gak usah khawatir, kalau lu ada tugas, lu bisa kerjain dulu kita gak bakal interfere. Udah ini gua chat mereka dulu. Sekarang lu siap-siap jadi supir aja."
"Emang asu lu, Ran."
"Sama-sama, Bu."
Abu terkadang berpikir, sikapnya yang dingin kepada orang lain selain keluarganya saja masih dibalas dengan kebaikan orang-orang di dekatnya seperti Ilran. Entah mengapa ia terkadang berpikir bahwa dirinya tidak pantas menerima kebaikan seperti ini.
🌫️TBC🌫️
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro