Apakah benar kamu Ningsih?
Hari ini adalah hari di mana jadwal kuliah Abu sangat padat, tepatnya ada tiga sks. Pulangnya ia akan rapat membahas persiapan LPJ dengan Alex dan anak BEM yang lain. Jam dinding sudah menunjukan angka sebelas, tetapi nyawa Abu belum terkumpul. Ia sudah melewati kelas pertama dan kelas keduanya pun bentar lagi usai. Dari posisinya yang duduk sekarang Abu kembali berbaring, gerakan itu sudah terulang lima kali dari jam delapan. Adiknya sebelum berangkat sekolah telah menampar, meninju, dan menggelitik badan sang Kakak, tapi tidak digubris. Bukan pertama kali Jingga melihat Kakaknya seperti ini, tapi pertama kali ia melihat mata sang Kakak sembab seperti orang yang baru saja putus.
Hal yang membuat Abu membuka matanya sampai jam lima pagi adalah cerita di Twitter yang direkomendasikan adik dan juga si penulis surat yang berjumlah lebih dari 200 bagian. Kisahnya klise, tapi banyak momen yang membuat lelaki penyuka novel romansa ini menanggung perasaan gemas dan kadang membuat hatinya sakit. Apalagi ketika akan ke ending, Abu mengambil empat tisu dan air matanya turun tanpa disadari.
"Orang yang gak nangis baca part ini gak punya hati," ucap Abu di bawah lampu-lampu remang dan sekotak tisu di sisinya.
Hanya orang-orang ekslusif yang bisa melihat pemandangan Abu yang seperti ini. Walaupun masih menjadi pertanyaan kenapa Abu yang mudah tersentuh, mudah digoda, dan mudah untuk luluh mendapatkan julukan the emotionless man, setidaknya ia sudau sadar banyak orang yang akan terus menyayanginya tanpa syarat.
Akhirnya tepat lima menit sebelum jam dua belas sang mahasiswa psikologi menyapa dunia dengan rambut abunya yang acak-acakan. Mata sembab sekaligus kantung hitam di bawah matanya membuat wajahnya seperti pria patah hati yang belum move on dari sang mantan. Ketika dirinya melihat kelilingnya dia pun agak kaget banyak tisu berserakan. Iya pun agak tertegun, ia pikir dirinya melakukan hal yang agak melenceng, tapi ketika membuka ponsel dan melihat masih di aplikasi Twitter.
"First time crying cause fictional story, huh. So this is the feeling." Abu akhirnya bisa mengerti kenapa banyak orang bisa berjam-jam tahan untuk membaca cerita seperti ini. Entah mereka mencari rasa yang mereka pernah rasakan ketika bersama seseorang, mencari ketenangan membaca cerita cinta tokoh fiksi yang lebih baik dibanding mereka atau pun mencari sosok ideal yang mereka dambakan sebagai pasangan. Lalu bagaimana alasan Abu? Alasan hanya satu. Ia ingin merasakan ketiga itu semua sekaligus dan hasilnya condong ke arah nomer satu. Walaupun ia belum pernah punya memori dengan siapapun ia ingin membuatnya entah itu kapan.
Setelah beberapa menit mengumpulkan nyawa ia pun langsung turun ke kamar dan memandang bak mandi di depannya. Refleksi wajahnya terlihat dan dengan kecepatan cahaya kepalanya masuk ke dalam air. Tak lama dari sana ia keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju sofa di ruang tengah. Ia melihat jam dan akhirnya akal sehatnya pun kembali.
"How unproductive I'am today ...."
Abu baru saja mengukir sejarah selama hampir dua tahun berkuliah dengan tidak mengikuti dua kelas mata kuliah yang ia suka.
🌫️🌫️🌫️
Hari Kamis biasanya hari yang lebih produktif dibanding hari lainnya, tapi tidak untuk minggu ini. Abu memutuskan untuk meliburkan diri dan memilih mengerjakan tugas organisasi dan membaca buku. Ilran menyuruhnya untuk memperbarui broadcast pengisian PDP, hal lain yang Abu lakukan adalah memperbarui Aiesec for dummies. Salah satu booklet yang memberikan informasi bagaimana Aiesec berjalan dengan cara yang mudah dipahami.
Setelah berkutat lama di depan layar laptop ia berhenti sejenak dan membuat teh hijau. Tak lama dari sana ia memustukan untuk membaca buku referensi untuk studinya. Ia mencatat hal-hal penting dan juga membuka YouTube untuk melengkapi rangkuman yang ia punya dan tak tertinggal dengan materi kuliah hari ini. Perut Abu pun akhirnya melakukan aksi demostrasi besar-besaran. Bunyi lapar perutnya menggema di ruangan, ia melirik jam di tengah ruangan. Jarum pendek sudah menunjukan pukul tiga dan belum ada asupan yang ia makan selain teh hijau yang baru saja ia seduh. Ia mengecek kulkas dan hanya menemukan susu dan yogurt. Ia memeriksa laci makanan, yang ditemukan malah tiga baris sereal dengan rasa yang berbeda-beda. Jujur, Abu sudah agak mual memakan benda kering bervarian buah itu.
"Dahlah mending ke warteg gue."
Abu membereskan buku dan mematikan laptop. Ia pergi ke atas untuk mengganti pakaian dan mengambil kunci motor. Tak melupakan beanie putihnya lelaki itu pun menggerakan kaki mengunci segala pintu dan jendela lalu pergi ke arah garasi memanaskan motor. Ketika hendak memberi pesan ke adiknya, nama anggota staff-nya pun muncul. Perempuan itu menanyakan meeting yang keduanya akan hadiri besok. Abu membalas pesan itu dan langsung mematikan ponselnya. Tanpa memberi tahu sang adik kakaknya keluar mencari makan Abu pun mengganti destinasi hari ini ke cafe di mana ia bertemu dengan Tiana.
🌫️🌫️🌫️
Doa VP-nya terkabul tidak lama setelah insiden sendal jepit. Ia meneror Abu dan mendoakan temannya akan telat saat first-meet. Betul saja. Jam 20.10 Abu panik mengeluarkan laptop dari tas dan mengganti bajunya. Ia terus mengklik mousenya dan membuka zoom meeting setengah sadar. Ia sedang berada di waiting list.
Ia memberikan pesan di grup dan juga permohonan maaf pada Ilran. Akhirnya ia pun masuk di ruangan meeting. Sudah terlihat banyak wajah baru di depan layarnya. Ia pun bergegas membuka kamera laptop.
"Oke, dua orang terakhir. Yang satu VP yang satu lagi anggotanya. Silakan langsung aja perkenalan diri."
"Sebelumnya maaf telat ...." Keduanya menjawab bersamaan. Ilran pun melihat staff-nya yang telat itu. Seorang perempuan. Dengan mata yang bersinar dan rambut panjang tidak diikat. Melihat pipi tembamnya Abu pun membuang pandangan dan tidak sadar ia tersenyum dengan gigi gingsulnya.
Abu menuangkan teh hijau ke gelas. Matanya yang hitam seolah berkilau ketika menatap ibunya. "Mamah cantik, ayo minum dong. Nanti keburu dingin, loh ...."
Ibunya pun tertawa melihat tingkah putra sulungnya yang seperti itu, ia mengambil gelas yang sudah dituangkan teh. Tangan kanannya langsung mencubit pipi Abu dengan kencang. "Makasih, ya, masih mau nerima mamah dengan baik."
Abu merasa sesak ketika mendengar kata itu keluar dari mulut sang Ibu. Ia hanya membalas perkataan itu dengan senyum. Ia bertanya pada dirinya sendiri.
Apa semua bisa kembali bahagia kayak dulu lagi, ya?
🌫️TBC🌫️
Hello! Kembali update Abu bersama Koko! Okay-okay. Gak kerasa udah sembilan chapter aja ini astaga ... gak kebayang bisa nulis update sesuai jadwal. Seneng banget pokoknya.
Anw, jangan lupa pencet tombol vote di bagian kiri dan komen sebanyak-banyaknya. Terima kasih guys ✨
With love, Koko
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro