Bab 5: Lebih Dekat pt.1
"Bagaimana caranya aku mendapatkan kelerengku lagi?"
Tanpa Minho sadari, diam-diam Ra terus mengikutinya sampai ke sebuah bangunan dengan tangga cukup tinggi untuk sampai ke rumah. Ra menduga itu rumah atau tempat tinggal pria bernama Minho itu.
Ya, Ra sudah mengetahui nama pemuda itu dari percakapannya antara beberapa orang tadi pagi. Salah seorang menanyakan namanya dan pemuda itu mengatakan nama 'Minho'.
Minho---seorang pria yang kini menyimpan kelereng Gumiho milik Ra di dalam tubunya.
Namun, sampai saat ini Ra masih belum tahu caranya agar bisa berdekatan dengan pria itu. Ralat, maksudnya berdekatan dengan kelerengnya.
Karena kelereng Gumiho bisa diartikan sebagai jiwa Gumiho sendiri. Di dalam kelereng itulah letak kekuatan besar milik Gumiho dan jika kelereng itu pecah, maka dirinya akan lenyap.
Ra tidak tahu pasti akan hal itu karena tidak pernah melihat kelenyapan seekor Gumiho atau bahkan dirinya tidak pernah bertemu dengan Gumiho lainnya selama di bumi ini. Dirinya hanya kerap bertemu dengan siluman atau mahluk-mahluk lainnya seperti siluman rubah gunung dan dokkaebi---goblin.
Selama ratusan tahun, Ra hidup sebagai Gumiho sendirian. Itulah yang membuatnya dianggap special, terutama oleh Dewa Gunung. Beliau mengatakan bahwa Ra sangatlah istimewa dan memiliki kekuatan besar dalam kelerangnya. Dewa Gunung memberitahu Ra bahwa kelereng Gumihonya bahkan bisa menyelamatkan manusia yang tengah sekarat dengan cara mentrasnfer kelereng itu ke dalam tubuh manusia, tetapi selama kelereng itu di dalam tubuh manusia Ra tidak bisa berada jauh dari kelerengnya.
Agar kekuatannya tidak menjadi lemah. Ra harus selalu berada di sekitar kelerengnya yang sedang berada di dalam tubuh manusia.
Awalnya Ra menerima penjelasan itu hanya sekedar bekalnya untuk melanjutkan hidup di hutan yang memang menjaga keseimbangan di dalamnya. Ra bertugas melindungi hewan-hewan di hutan dari buruan manusia yang berlebihan. Ra juga bertugas untuk membantu manusia yang tersesat di dalam hutan untuk kembali ke jalan pulang, meski Ra lebih sering mempermainkan manusia-manusia itu dan membuat mereka ketakutan.
Namun, perlu diketahui fakta terbesarnya bahwa Ra tidak pernah melukai mereka seperti rumor yang beredar. Rumor itu salah besar. Ra tidak tahu dari mana asal mula rumor yang merusak nama baiknya itu.
Ra selalu kesal jika mengingat rumor tak berdasar itu. Tetapi ingatannya tiba-tiba beralih pada malam di mana ia menemukan Lee Hwan yang tak sadarkan diri di dalam hutan.
Pada malam itu, untuk pertama kalinya Ra ingin mencoba kekuatan kelerengnya sesuai yang dijelaskan Dewa Gunung. Ia mencoba mentransfer kelerengnya ke dalam tubuh Lee Hwan. Setelah beberapa kali mencoba, usahanya terus gagal. Bahkan sampai dirinya ditemukan oleh warga Joseon.
Malam itu, menjadi malam paling memilikukan bagi Ra. Ia merasakan tubuh Lee Hwan yang semakin lemah di sampingnya. Karena kejadian itu, Ra sempat tidak percaya dengan kata-kata Dewa Gunung terhadap kelerengnya yang bisa menyealamatkan manusia sekarat.
Sampai pada malam Ra mentransfer kelerengnya pada tubuh Minho yang ternyata berhasil. Bahkan pemuda itu bisa sadarkan diri segera dan luka-lukanya sembuh seketika.
Namun, satu alasan lagi yang membuat Ra tidak segera mengambil kembali kelerengnya setelah Minho sadarkan diri. Dewa Gunung juga menjelaskan bahwa, setelah menyelamatkan manusia yang sekarat, terutama manusia yang sekarat akibat terluka parah. Sebenarnya, luka-luka itu belum sembuh total.
Kelereng Gumiho menyembuhkan luka-lukanya secara bertahap dari dalam. Meski manusia itu terlihat sehat saat memiliki kelereng Gumiho di dalam tubuhnya. Tetapi jika kelereng itu diambil kembali sebelum dia sembuh total. Manusia itu seketika akan terluka kembali seperti sebelumnya.
Ra yang terlanjur memberikan kelerengnya pada Minho malam itu tidak bisa mengambil kembali langsung kelerengnya, karena jika ia ambil Minho akan kembali sekarat dan kemungkinan besar mati.
Dan jika pria itu mati setelah mendapatkan kelereng Gumiho darinya. Bagaimana jika pihak dunia bawah tanah mengetahuinya? Terutama para Pihak Agung? Bagaimana jika Ra dilenyapkan langsung bahkan sebelum dirinya menemukan buku Lee Hwan.
Oleh karena itu Ra harus pasrah kelerengnya ada di dalam tubuh pria asing. Dan sekarang yang menjadi pikirannya adalah bagaimana caranya ia bisa selalu di sekitar pria itu seraya mencari buku Lee Hwan?
Mengingat salah satu maniknya sudah berubah hitam menandakan satu malamnya telah habis.
Ra hanya bisa bersembunyi di sekitar tempat tinggal Minho, seraya mengintip kegiatan pria itu dari balik jendelanya. Pria itu tampak terus memungunginya dalam waktu yang lama.
***
Di sisi lain, Minho tengah duduk di kursi kerjanya dengan mata yang terus menatap layar leptop. Jemarinya bergerak-gerak di atas keyboard. Tatapan matanya begitu serius dan sekali-kali terkesan menyala-nyala. Gerakan tangannya kadang begitu cepat bergerak, tapi kemudian diam dalam waktu yang lama.
Di sekitar mejanya sebuah buku tulis terbuka dan beberapa kertas bertebaran di sana. Sesekali Minho menyenderkan punggungnya untuk membaca ulang kalimat yang ia ketik. Kemudian mengangguk atau menghapus kalimat tersebut dan menganggantinya dengan kalimat baru.
Minho menarik napas panjang. Kemudian menatap layar leptopnya dengan perasaan yang bercampur aduk. Di satu sisi dia sudah puas dengan hasil tulisannya, tetapi di sisi lain dia juga ragu apakah kelanjutan cerita kali ini akan membuat gebrakan untuk seri yang sedang ia tulis.
Apakah pembacanya akan puas dan penasaran dengan kelanjutan ceritanya? Atau mungkin berkat itu semua harapannya menaiki tangga rangking yang semakin atas apakah akan terwujud.
Minho menghentikan pikiran acaknya dengan menyudahi kegiatan menulisnya. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan sudah hampir tengah malam.
Merupakan hal normal dan dianjurkan, manusia beristirahat sebelum pergantian hari dan menguarangi jam begadang. Namun, jika diakumulasikan berapa jam Minho di depan layar leptop. Hal tersebut cukup tidak wajar dan perlu dikurangi.
Minho bisa menghabiskan hampir 15 jam perhari di depan layar penuh radiasi itu dan hal tersebut bisa mempengaruhi kesehatannya.
Setelah membersihkan wajah dan menggosok diri. Minho hendak menuju ranjangnya yang terletak di sisi kanan meja kerjanya.
Jika ada yang bertanya, Minho merupakan seorang penulis cerita di sebuat platform.
Lanjut ke cerita ..., Minho hendak mengistirahatkan tubuhnya malam ini. Sebelum menutup mata dia sempat berdoa panjang sekali bahkan cukup memohon pada tuhan agar dia bermimpi indah atau tidak bermimpi sama sekali.
Sebenarnya ada alasan mengapa Minho begitu khusyuk berdoa sebelum tidur. Itu lantaran beberapa hari terakhir ia sering bermimpi buruk yang sama secara berulang-ulang. Dan Minho berharap mulai malam ini, mimpi itu tidak akan datang lagi untuk seterusnya. Minho pun memejamkan matanya dan kesadarannya mulai hilang.
Waktu terus berlalu. Suara detak jarum jam terdengar jelas di tengah malam yang semakin sunyi. Dan di sanalah Minho tiba-tiba terbangun dengan deru napas berburu. Wajahnya dipenuhi keringat dingin. Lagi-lagi mimpi itu muncul mengantui tidurnya.
Mimpi yang sama dan datang secara berulang-ulang. Jika ingin mengetahui mimpi Minho, mari aku ceritakan ...
Dalam mimpi itu, Langit menandakan tengah malam hari. Minho jatuh dari sebuah bangunan tinggi dan terkapar di atas tanah dengan kesadaran yang tinggal setengah. Beberapa saat kemudian matanya menangkap sebuah bayangan putih mendekat kemudian ada sebuah cahaya biru yang begitu menyilaukan.
Meski menolak mimpi itu untuk datang lagi, sebenarnya di setiap kesempatan mimpi itu kembali terputar, Minho berusaha menangkap sosok putih di dalam mimpinya. Ia yakin sosok itu merupakan seseorang, tetapi dia belum mengerti dengan cahaya biru yang begitu menyilaukan tersebut.
Mengapa Minho menolak mimpi itu datang lagi? Alasannya mimpi itu terasa begitu nyata. Di saat dia jatuh dari bangunan itu, jantungnya berasa ditarik secara paksa dan saat tubunya membentur ke tanah dia dapat merasakan beberapa tulangnya seakan remuk. Dan hal tersebut yang membuat Minho sampai berkeringat dingin saat terbangun.
Melihat jam dinding menunjukkan bahwa sudah jam tiga dini hari. Minho memutuskan untuk tidak kembali tidur.
Dia meraih ponselnya yang terletak di meja kerjanya kemudian menggunakan hoodienya dan bergerak menuju pintu keluar. Minho berniat mencari udara segar sebelum melanjutkan tidurnya yang terpotong.
Malam itu, lingkungannya begitu sepi terutama tidak adanya bulan di langit sana. Hanya suara gonggongan anjing milik penduduk serta hembusan angin malam yang mengenai tajuk pohon atau tias besi.
Minho berjalan di belokkan tak jauh dari tempat tinggalnya. Di sana ia melihat beberapa bayangan manusia di ujung sana. Minho mulai melambatkan langkahnya dan berusaha agar tidak terdengar.
Tepat di bawah lampu jalan, Minho melihat seorang gadis atau wanita tengah diganggu beberapa pria mabuk. Wanita tersebut tampak terpojok dan tak berani melawan.
Sejujurnya, Minho bukanlah tipikal seorang pahlawan yang bisa menghajar manusia-manusia setengah sadar tersebut. Minho berpikir mungkin dirinya lah yang akan dipukuli habis-habisan jika meloncat ke sana.
Namun, tidak semua perkara bisa diatasi dengan adu fisik, masih ada cara lain yang lebih ramah keributan tapi ia yakin akan berhasil menyelamatkan sang korban.
Minho mengeluarkan ponselnya secara hati-hati dan mencari suara sirine polisi di internet. Dia memasang volume paling keras kemudian membunyikan sirine itu.
Dan benar saja, pria-pria mabuk itu langsung lari terbirit-birit meninggal sang korban. Setelah memastikan kondisi sudah aman. Minho keluar dari tempat bersembunyinya menghampiri gadis atau wanita itu yang saat dilihat-lihat ternyata mengenakan hanbok putih---penampilan yang sangat unik di zaman modern ini.
"Jeogiyo, apa kau baik-baik saja?" Minho mendekati orang itu yang ternyata seorang gadis dengan rupa yang begitu cantik jika boleh ia akui.
Minho sempat terpaku di tempat. Gadis itu tersenyum lebar sampai menampilkan deretan giginya yang putih dan rapih. Tanpa Minho duga, gadis itu bergerak bahkan berlari ke arahnya dengan tangan terlentang lebar. Dan dalam hitungan detik gadis itu sudah memeluk Minho erat.
"Kelerengku," gumamnya yang terdengar di telinga Minho.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro