Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 10: Perpustakaan

Minho benar dengan perkataannya akan membawa Ra ke tempat banyak buku. Ra dapat mencium kuat aroma buku-buku bahkan saat mereka belum memasuki sebuah bangunan yang dilapisi kaca di berbagai sisinya.

Ra dapat melihat rak penuh buku di dalam sana membuatnya tersenyum sumringah dan tanpa Minho duga. Ra berlari sangat cepat memasuki pintu masuk membuatnya ikut berlari menyusul wanita itu.

"YA!" teriak Minho saat menyadari Ra tiba-tiba sudah ada di depan pintu masuk, padahal beberapa detik sebelumnya wanita itu masih berjalan di sampingnya. Minho ingin tidak percaya dengan yang dilihatnya itu, tapi mengingat Ra adalah wanita aneh dan misterius, dia menerimanya.

Minho berlari menyusul Ra menuju pintu masuk. Sangat sial baginya harus berlari di tengah hari seperti ini----di saat matahari begitu terik menyorot bumi. Minho bertekad akan mencari spot tersejuk di dalam sana---nanti.

Minho memasuki loby perpustakaan. Sebelum memasuki area buku, pengunjung diperlukan menunjukkan kartu anggota atau memasukan data diri ke sistem computer yang dibantu oleh petugas.

Masih mengatur napas akibat sempat berlari kecil, nyatanya Minho harus menghadapi satu kejadian lagi yang kurang mengenakkan di matanya. Pria itu memandang ke arah meja petugas di ujung sana. Di mana perbatasan sebelum memasuki area buku-buku di dalam sana.

Dia melihat dua petugas tengah menghadang seorang wanita dengan busana hanbok putih. Wanita itu seperti meronta-ronta ingin segera memasuki area perbukuan. Namun, entah apa yang bermasalah dua petugas itu berusaha menghalanginya masuk.

Ingin rasanya mengaku tidak mengenal wanita itu. Namun, harapannya pupus saat kepala wanita itu berputar dan melirik ke arahnya. Mata bulatnya seakan menusuk kedua matanya. Entah mengapa, Minho merasa tatapan wanita itu begitu menyeramkan seperti sosok mahluk yang kehausan darah. Padahal sebelum-sebelumnya wanita itu sering tersenyum lebar dan ceria.

Minho terdiam beberapa saat dan akhirnya menghampiri mereka.

"Silahkan scan kartu anggota anda, Sonnim," ujar salah satu dari mereka.

"Tuan, bantu aku, mereka menghalangi aku menuju buku-buku." Wanita itu tidak mau kalah.

Minho menghela napas kemudian membungkuk ke arah dua petugas itu. "Mohon maaf, wanita ini teman saya. Dia datang dari desa dan kurang mengerti dengan aturan masuk ke sini."

Akhirnya dua petugas itu melepaskan Ra. Wanita itu mengambil langkah mendekat ke arah Minho dan berdiri di belakang pria itu.

Minho mengscan kartu anggotanya. Kemudian Ra terdiam.

"Kau punya kartu anggota?" tanya Minho seraya mengacungkan kartu anggota perpustakaan dan langsung dijawab gelengan polos Ra.

"Kalau begitu bisa mengisi data diri di sini, Sonnim." Salah satu petugas telah siap di depan komputernya.

Minho kembali menanyakan perihal alamat tempat Ra tinggal. Namun, wanita itu juga menggeleng.

Tidak ingin menjadi perkara yang panjang, akhirnya Minho memasukkan data diri Ra hampir persis dengan alamat tempat mereka.

Setelah pendaftaran selesai. Akhirnya mereka bisa masuk ke area buku-buku.

Ra mematung di tempat beberapa saat. Matanya membulat sempurna seakan terpancar binar-binar di kedua bola matanya. Mulutnya pun terbuka lebar. Seakan ini adalah pertama kalinya dia melihat hal seperti ini.

"Wah..., Minho, buku-buku itu ada di tebing. Bagaimana kita membawanya?" Sejujurnya Ra bisa saja mengeluarkan kekuatan melayangnya, tetapi mengingat tidak boleh membuat manusia curiga. Akhirnya Ra bersikap seakan dia tidak punya kekuatan tersebut.

Minho menunjuk sebuah tangga yang bisa bergerak membuat Ra mundur beberapa langkah. Ini adalah pertama kali baginya melihat tangga bergerak dan orang-orang berada di atasnya tanpa ada rasa takut sedikitpun.

Minho lagi-lagi membantu Ra untuk menggunakan escalator. Minho memastikan bahwa Ra tengah memelototi tangga berjalan itu. Seakan-akan tangga itu merupakan seekor ular yang sewaktu-waktu bisa menggigitnya.

Minho berinisiatif menggenggam tangan Ra berharap ketakutan wanita itu setidaknya berkurang sedikit. Minho merasakan tubuh suhu tubuh Ra yang sedikit lebih dingin dari suhu manusia pada umumnya. Ia sempat memikirkan itu.

Tepat saat mereka menepi dari eskalator, Minho baru sadar bahwa ruangan ini dipenuhi ac, dan hal tersebut bisa menjadi alasan tubuh Ra kedinginan. Minho tidak mau terus-terus curiga pada Ra.

Ra mulai mencari buku Lee Hwan dari deretan buku pertama. Dia bahkan membuka bukunya satu persatu dan kemudian melemparnya ke belakang jika ternyata itu bukan buku yang dicarinya.

Minho sempat berpisah dari Ra karena dia ingin mencari buku-buku misteri yang menarik. Sampai ia mendengar perkataan orang-orang yang berjalan di belakangnya.

"Dasar wanita gila. Dia mengacak-acak buku."

"Bagaimana bisa orang gila masuk ke sini? Pasti ada yang mengajaknya."

"Dari dandanannya yang hanya pakai hanbok putih, aku yakin dia gila. Mana ada yang memakai hanbok lusuh di zaman seperti ini?"

"Benar, dasar wanita gila."

Tepat setelah percakapan di belakangnya itu, Minho segera mencari Ra. Dan lagi-lagi Minho harus dihadapkan dengan peristiwa yang sewajarnya tidak terjadi, tetapi wanita bernama Ra itu sukses membuatnya ingin berbalik dan tidak memerdulikan wanita itu lagi.

Namun, melihat Ra yang dimarahi petugas. Minho merasa iba kemudian menghampiri mereka.

Lagi-lagi, Minho membungkuk pada petugas perpustakaan atas apa yang dilakukan wanita itu. Ra juga ikut membungkukkan punggungnya di samping Minho.

Minho sempat melirik ke samping dan menangkap raut wajah Ra yang mendung. Berbeda dengan ekspresi wajahnya sebelum memasuki gedung yang terlihat begitu cerah seperti matahari di siang hari.

Minho dan Ra pun membereskan buku-buku yang diberantakkannya pad arak buku. Selepas itu, Minho mengajak Ra duduk di salah satu bangku dan meja yang berada di pinggir dinding kaca sehingga dapat melihat pemandangan kota Seoul di luar sana.

"Ini posisi terbaik untuk membaca buku di sore hari, kau bisa melihat Kota Seoul di waktu senja."

Ra mengikuti arah pandang Minho memerhatikan lalu-lalang kendaraan di jalanan sana.

"Mau kubantu, sebenarnya kau mencari buku apa?" Entah dorongan dari mana, Minho menawarkan bantuan pada Ra. Alasan terkuat dia melakukan hal tersebut lantaran khawatir Ra kembali membuat kerbutan atau kekacauan di sana.

Raut wajahnya semakin redup, bibirnya melengkung ke bawah, dan kedua matanya tampak sedih. "Aku tidak bisa mengecek semua buku ini, Tuan. Bagaimana jika buku yang kucari tidak sempat aku temukan."

Minho mengangguk. "Jika begitu, aku ada cara bagaimana kau bisa menemukan bukunya lebih cepat."

Seakan tertarik, raut wajah Ra berubah seketika. Matanya berbinar-binar. "Apa itu?" tanyanya tak sabaran.

Minho pun mengajak Ra berkeliling. Dia menjelaskan bahwa buku-buku di perpustakaan itu dikelompokkan sesuai jenisnya yang dikumpulkan pada rak yang sama.

"Ada buku-buku khusus," novel, di dalamnya ada khusus novel cinta atau misteri dan banyak lagi. Di sini juga ada buku-buku non-fiksi seperti mengenai politik sampai tata cara bercocok tanaman." Ra mengangguk-angguk sepanjang Minho memaparkan penjelasannya.

Mereka sampai di rak buku sejarah dan khusus yang menyangkut mitologi. Ra berpesan untuk mencari buku tentang Gumiho. Entah lah mengapa Ra mencari buku Gumiho. Minho tidak ingin terlalu peduli dengan hal itu.

Namun, begitu dia tetap membantu Ra. Beberapa buku telah ada di pelukkannya dan sebagian lagi dibawa oleh Ra. Mereka kembali ke meja tadi yang syukurnya masih kosong. Matahari telah berganti senja. Pemandangan kota Seoul sangatlah cantik----cahaya keorenan memantul di setiap kaca gedung dan menyorot kendaraan-kedaraan di bawah sana.

Mereka mulai membuka buku-buku itu satu persatu. Ra meutup buku-buku yang sudah diperiksanya dengan begitu keras. Entah apa yang dicari Ra, dari raut mukanya dia terlihat kesal.

"Sebenarnya apa yang kau cari?" pertanyaan itu spontan saja keluar dari tubuh Minho.

Ra mengangakat wajahnya dari balik buku. Ekpresinya tidak terbaca tengah merasakan apa. Dia menatap Minho begitu serius.

"Tuan, apa tanggapanmu terhadap Gumiho?"

Bersambung ...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: #mitologi